Nasya tentu saja kaget akan kedatangan Ratu ke rumah ini.
"kamu..??" belum sempat ia bertanya, wanita di depannya ini menjatuhkan koper di tangannya dan pingsan. Nasya kemudian memanggil mang Aji dan Ujang untuk membantunya.
Ratu di rebahkan di sofa ruang tamu sedangkan Nasya mendekatkan minyak kayu putih di sekitar hidung Ratu agar ia sadar.
"aku tidak percaya pada wanita gaun hitam ini" bisik bik Asih pada Ujang.
"oh, dia sudah bangun." ucap bik Asih lagi saat melihat jemari Ratu mulai bergerak dan matanya terbuka.
"bagaimana keadaanmu?" tanya Nasya
Alih alih menjawab pertanyaan Nasya. Ratu mencoba bangkit dan duduk di samping Nasya.
"aku Ratu." ucap Ratu mengenalkan dirinya.
"kamu.. Nasya kan??" tanya Ratu lagi.
"iya" jawab Nasya singkat.
"dari kemarin aku tidak bisa tidur. Aku bahkan tidak makan." ucap Ratu tiba-tiba.
"oh ini karena cuaca panas. Itu mungkin saja karena terik matahari." sela bik Asih.
"aku akan pergi ke rumah saudaraku di Bandung, tapi tidak ada orang disana. Aku tidak bisa pergi ke Jakarta, karena Bryan sudah pergi lebih dulu. Aku tidak ingin tinggal di hotel lagi, makanya aku pergi kemari." ucap Ratu lagi
"kalau begitu minumlah dulu. Dan kemudian makanlah bubur setelahnya. Stefan sedang di rumah sakit." ucap Nasya sambil memberikan gelas berisi air minum pada Ratu.
"bik, siapkan bubur." pinta Nasya pada bik Asih.
Bik Asih dan Ujang pun pergi meninggalkan Nasya dan Ratu hanya berdua. Tapi bukannya menuju dapur, bik Asih dan Ujang malah bersembunyi tidak jauh dari tempatnya tadi dan mengintip majikan serta tamunya itu.
"istri dan mantan kekasih saling bertemu. Mereka tidak akan saling menampar kan?" tanya bik Asih pada anaknya.
"itu kebalikannya, bu" ujar Ujang sambil menunjuk ke arah Ratu dan Nasya.
Ratu menggenggam tangan Nasya dan meminta maaf.
"kemarin, aku tidak tau jika kamu dan Stefan mengadakan pernikahan. Aku ingin menekan diriku agar tidak menangis. Tapi aku tidak bisa." ucap Ratu.
Melihat Ratu sepertinya benar-benar menyesal Nasya jadi tidak tega. Ia meletakan satu tangannya di atas genggaman Ratu.
"tidak apa-apa, Stefan akan kembali nanti"
"pernikahanmu... Sederhana tapi penuh kehangatan. Pesta pernikahanku penuh tipu daya. Aku sangat tidak beruntung, tidak sepertimu." kata Ratu sambil menangis.
"dingin.." kata Nasya sambil menggusap ngusap tangan Ratu. Kini Nasya pun ikut meneteskan air mata melihat Ratu menangis.
"mereka tidak saling menampar tapi saling menggenggam, dan menangis." kata Ujang pada ibunya, mereka masih betah mengintip Nasya dan Ratu.
"bu,, buburnya." ujar Ujang lagi pada ibunya, mereka melupakannya.
"oh ya,, ayo pergi. Sudah jangan mengintip lagi." kata bik Asih dan pergi menuju dapur sedangkan Ujang pergi ke arah lain.
Nasya masih menenangkan Ratu dengan mengusap tangannya. Tanpa Nasya sadari Ratu sedang menatapnya dengan ekspresi yang sulit di artikan.
Stefan sudah pulang bersama Mang Aji. Sepertinya kali ini ia pulang cepat entah apa yang membuatnya pulang lebih awal dari biasanya. Sebelum masuk ia bertemu dengan Ujang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dan Kesetiaan
RomanceUntuk menunjukkan rasa terima kasih kepada ayah angkatnya, Nasya menerima untuk menyamarkan dirinya sebagai putri kandung dari keluarga Wijaya dan menikahi Stefan, untuk menepati janji yang dibuat oleh ayah mereka di masa lalu. Stefan adalah pria b...