Part 24

941 69 21
                                    

Nasya dan Hito sudah sampai rumah Wijaya. Nasya terlihat sangat bahagia. Ia sudah merindukan rumah ini, rumah yang menjadi saksi tumbuhnya ia. Rumah yang tidak pernah ia tinggalkan selama 23 tahun.

"kenapa rumah sepi?" tanya Hito membuyarkan lamunan Nasya.

"kak Hito pasti capek, pulanglah dan istirahat. Lagipula ini sudah malam."

"Nas, kamu harus memberitahu tante dan om kalau Stefan punya wanita lain di sana."

"kamu harus memberitahu mereka,  tidak peduli apa. Kakak nggak mau tau." lanjut Hito

"Nasya akan mengurus ini sendiri.  Kak Hito pulanglah."

"kalau kamu bilang, om pasti akan membatalkan status pernikahanmu. Itu bisa diurus di pengadilan Nas. Kebebasan ada di tanganmu. Bicarakan dengan Om Attalarik." ucap Hito,  hingga membuat Nasya heran. Nasya tidak menyangka dengan entengnya laki-laki yang sudah ia anggap saudara sendiri berkata seperti itu.

"kak,  Nasya pulang sekarang karena ingin menjaga jarak dari rumah itu. Nasya nggak mau membicarakan itu dulu. Satu lagi ini hidup Nas,  biarkan aku mengurus hidupku sendiri." ucap Nasya dengan nada yang lebih tinggi. Hito jadi menyesal telah bicara asal pada Nasya. Dirinya tau Nasya pasti kecewa padanya, tapi tak bisa di pungkiri ia juga kesal dengan Stefan.

"oke, aku akan pergi dulu." jawab Hito lesu. Nasya yang melihatnya pun jadi menyesal telah marah tadi. Tapi mau bagaimana lagi saat ini Nasya memang sedang tidak mood membicarakan hal itu.

"non Nasya... " teriak bik Ana seketika saat melihat Nasya. Nasya berbalik dan melihat tingkah bik Ana pun tiba-tiba melupakan kepenatan yang sesari tadi ia alami. Senyumnya sumringah, mungkin rumah memang adalah obatnya,  batin Nasya.

"saya sangat merindukan non.. Sebentar." ucapnya sambil berlari memeluk Nasya sebentar kemudian berlari ke arah tangga.

"semuanya non Nasya pulang!!" teriak bik Ana si bawah tangga.

"Kak Nasya" panggil Ersya

"Nasya" ucap Raya.

Ersya dan Raya lalu buru-buru menuruni tangga. Mereka bertiga kemudian berpelukan melepaskan rindu yang selama ini belum tersalurkan.

"kita merindukanmu." ucap Raya dan Ersya berbarengan.

"oh, kenapa kamu tidak bilang akan pulang? Kita sangat merindukanmu. " tanya Raya.

"sesaat aku melihat wajahmu,  aku tau pernikahanku akan terasa lengkap. Aku takut kamu tidak datang karena harus berada di pedalaman."

"kak Raya jangan berkata begitu, Nas nggak pantas. Nasya hanya pembantu."

"kak Nasya.. Jangan bilang gitu." sergah Ersya.

"mama dan papa kemana?" tanya Nasya.

"mama menemani papa ada seminar di Jogja. Besok pasti sudah pulang." jawab Raya.

"eh,  ayo ikut sama Sya kak.." pinta Ersya pada Nasya dan menariknya untuk mengikutinya menaiki tangga. Mereka menaiki tangga dengan bercanda.

"huh, harusnya aku nggak memanggil non Raya dan non Ersya secepat itu. Aku belum selesai memeluk non Nasya." gerutu bik Ana yang ditinggal sendirian di bawah.

Ersya dan Raya sama sama memeluk pinggang Nasya. Posisi mereka berdua mengapit Nasya dari kedua sisi. Mereka lalu tiba di depan sebuah pintu. Ersya membuka pintu sedangkan Raya menutup mata Nasya. Saat di dalam ruangan, Raya melepaskan tangannya.

Cinta dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang