Part 42

876 77 28
                                    

Malam semakin larut dan pesta kian meriah dengan adanya sesi dansa. Setiap orang berebut mencari pasangan untuk berdansa. Stefan awalnya ingin mengajak Nasya berdansa dengannya tapi urung karena Nasya terlebih dulu berjalan meninggalkan tempatnya berdiri untuk menghampiri orang tuanya yang sedang duduk bersama mertuanya dan pak Atmajaya beserta istri, alhasil Stefan hanya bisa mengekori Nasya di belakang dengan wajah di tekuk.

"mama dan papa harus berdansa. Nasya udah lama nggak lihat mama dan papa berdansa." pinta Nasya.

"kamu ada-ada aja sih Nas, itu di depan semuanya anak muda. Masak mama sama papa ikut-ikutan."

"nggak ada batas usia ma, pa. Kita disini untuk bersenang-senang. Pa, ajak mama berdansa!" pak Attalarik menganggukan kepalanya dan mengusapkan tangannya di pahanya sebelum mennegadahkan tangannya di depan istrinya.

"tidak ada salahnya menyenangkan anak, tidak ada salahnya juga menyenangkan suami. Will you?" tanya pak Attalarik menatap mata istrinya.

"baiklah.." jawab ny. Vonny menyambut uluran tangan suaminya.

Ny. Vonny dan pak Attalarik menuju lantai dansa mulai berdansa. Nasya tersenyum sumringah melihat dari kejauhan. Melihat pak Attalarik dan istrinya berdansa, pak Atmajaya juga mengajak istrinya untuk berdansa diikuti dr. Ari yang datang sendiri meminta ny. Yeollita berdansa dengannya.

"semua orang sudah pergi. Tinggal kita berdua."

"ha? Maksudnya?"

"kamu meminta papa dan mamamu berdansa, tapi kamu malah duduk disini."

"terus?"

"berdansa denganku?" tanya Stefan sambil mengulurkan tangannya.

"tentu saja. Tapi jangan salahkan aku jika aku menginjak kakimu, dansaku belum ada  peningkatan." jawab Nasya dengan kekehan.

"suamimu akan menuntunmu."

Stefan dan Nasya menempati lantai dansa dengan tangan terpaut kemudian Stefan melingkarkan lengannya pada pinggang Nasya, menariknya sedekat mungkin dengan tubuhnya hingga menghapus  seluruh jarak diantara mereka.

"Stefan ada banyak orang, kita terlalu dekat." jawab Nasya dan meletakan kedua tangannya di bahu Stefan dan menahan tubuh Stefan agar tidak lebih mendekatinya meskipun percuma saja karena kekuatan Stefan tak sebanding dengannya.

"tidak akan ada yang peduli semuanya sibuk dengan pasangannya masing-masing. Kalaupun ada aku yang nggak peduli, kamu istriku." jawab Stefan santai dan menyentuh hidung Nasya dengan hidungnya.

"Stefan.. Tetap saja ini berlebihan.. Aku malu.." Stefan tersenyum melihat ekspresi Nasya.

"rona merah di pipimu selalu membuatmu terlihat cantik" Stefan berbisik di telinga Nasya, membuat Nasya menggigit bibirnya karena sensasi aneh di tubuhnya hanya dengan merasakan hembusan nafas Stefan  yang justru membuat pipinya semakin merona merah.

"kalau pipimu terus merona, aku yakin acara dansa ini akan berhenti."

"kenapa?" tanya Nasya heran, tapi sedetik kemudian ia merutuki dirinya sendiri karena bertanya pada Stefan setelah melihat senyuman menggida dari wajah Stefan. Harusnya ia tak bertanya!!

"karena aku akan menciummu di sini, di hadapan semua orang. Sekaligus mengumumkan pada dunia kalau kamu milikku."

"sepertinya kemampuan merayu dr. Stefan semakin naik ke permukaan."

"kamu nggak percaya aku bisa melakukannya?"

"Stefan jangan main-main."

"as your wish, kita akan menundanya setelah kita sampai di kamar. Lagipula semua orang sudah tahu kamu milikku. Kalau tidak ada orang tuamu di sini, aku sudah membawamu ke kamar kita saat ini!! kita akan tidur di lengan masing-masing itu lebih menyenangkan daripada acara ini." Nasya tertawa kecil mendengar penuturan kekanakan Stefan.

Cinta dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang