"Bagaimana kalau aku mentraktirmu es krim? Kita bisa duduk sambil ngobrol. Bagaimana?" tanya Brian terburu-buru.
"Ngobrol? tentang apa?"
"Tentang... banyak hal. Aku... kangen sama kamu."
Ersya tampak tersentuh mendengarnya. Dia bahkan hampir tersenyum, tapi dengan cepat dia menguasai diri dan bersikeras menyuruh Bryan untuk berhenti tertarik padanya. Karena dia masih bertekad untuk melanjutkan studinya.
Dia hampir lulus sebentar lagi dan sekarang ini, dia sedang berusaha untuk mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studinya ke luar negeri. Kalau dia kuliah ke luar negeri, maka dia akan pergi lama.
"Menurutku, kamu harus mencari wanita lain yang bisa tinggal di sini dan mengurusmu. Jangan seorang kutu buku seperti aku. Aku tidak ingin menyia-nyiakan waktumu."
Pasti ada banyak wanita di luar sana yang mengantri untuk mendapatkan Bryan. Lebih baik dia jadi adiknya Bryan saja, seperti Nasya. Itu jalan terbaik. Bukankah begitu?
Ersya langsung pergi tanpa menunggu jawabannya. Walaupun di depan Bryan sikapnya sangat dingin, tapi begitu dia turun, dia langsung menangis sedih.
Bryan masih berdiri linglung di sana. Sungguh tak disangka jika dia sudah ditolak duluan, bahkan sebelum mereka mulai. Patah hati, dia kembali ke kantor dengan wajah sedih hingga membuat Nasya cemas melihatnya. Apa dia baik-baik saja?
"Hatiku... patah. Hancur... berkeping-keping."
***
Sebelum pergi, Stefan terlebih dulu mendatangi Hito. Tanpa basa-basi, dia memberitahu Hito jika dia harus pergi ke Puncak hari ini. Dia datang kemari untuk menitipkan Nasya padanya.Hito penasaran kenapa Stefan sepertinya terburu-buru kembali, bukannya yang Hito tahu, Stefan masih harus menyelesaikan penelitiannya tentang pengembangan obat baru.
Hito menjelaskan jika ia jangan dalah paham padanya. Hito tahu hal itu, karena dia baru-baru ini belajar berbisnis sendiri dan ia telah membeli saham di rumah sakit tempat Stefan bekerja. Jadi ia tahu secara tak langsung.
"Jika terjadi sesuatu padaku, tolong jaga Nasya untukku."
"Pak Dokter, lo kan mau kesana buat nyembuhin orang, Jadi jangan bicara gitu."
Setelah mendengar penuturan Hito, Stefan mengingat pembicaraannya dengan dokter Affandi kemarin.
*Flashback ON*
"dokter Stefan, kembalilah dulu bertugas ke Puncak. Hal-hal di sini biarkan mereda dulu. Keluarga kerabat bersikukuh untuk menuntut rumah sakit. Setelah semua hal terkendali, kamu bisa kembali.""terimaksih untuk kebaikan dokter, tapi itu adalah tanggung jawab saya. Mereka menyalahkan saya. Jika saya pergi, rumah sakit tidak akan mengalami masalah lagi. Mungkin, saya juga tidak akan kembali ke sini. Untuk penelitian pengembangan obat baru, dokter kepala bisa mengutus orang lain untuk menggantikan saya."
"Tidak!! Tidak akan ada yang menggantikanmu. Untuk saat ini biarkan team penelitian itu bekerja tanpamu. lagipula anda ketua team, nantinya saya masih butuh bantuanmu. Sedangkan untuk tetap berada di Puncak tanpa kembali, aku tidak bisa menjanjikan itu dokter Stefan... Anda tahu, bakat sepertimu tidak mudah ditemukan."
Stefan hanya diam tak menanggapi, ia berbicara seperti itu bukan karena tanpa alasan. Beberapa hari ini ia mendapat ancaman dari anak lelaki tua itu, jika ia tak mau mengakui kesalahannya ia akan menerima akibatnya. ia akan membuat Stefan merasakan kehilangan anggota keluarganya.
Melihat Stefan tak berbicara, dokter Affandi berfikir jika Stefan masih menyalahkan dirinya.
"semua itu bukan salahmu dokter Stefan, meninggal di meja operasi tidak bisa dihindari. Orangtua itu sendiri yang memaksa melakukan operasi, dan sudah menandatangani surat pernyataan untuk tidak menyalahkan dokter dan rumah sakit jika terjadi hal di luar kendali. Tapi saat ini emosi pada hak keluarga sedang tidak baik, nantinya pihak rumah sakit akan terus berbicara dengan pihak keluarga. Bahkan jika bukan anda yang mengoperasi, hal yang sama akan tetap terjadi."*Flashback OFF*
Stefan menceritakan duduk permasalahannya pada Hito, ia ingin Hito menjaga Nasya untuknya.
"Tidak ada seorangpun yang memaksaku untuk menjadi dokter. Aku sendiri yang menginginkannya. Kejadian ini mungkin kelalaianku, tapi Nasya, dia tidak punya pilihan. Aku tidak bisa membawanya untuk menghadapi hal-hal buruk bersamaku."
"Jadi loe akan meninggalkannya di sini? Nasya akan mau begitu?"
"Tapi baiklah. gue janji akan menjaga Nasya untuk Loe. Loe fokus saja sama pekerjaan. Ketiga wanita di keluarga Wijaya sudah seperti adik-adik gue sendiri. Jadi gue pasti akan menjaga Nasya tanpa loe minta." lanjut Hito.
"Terima kasih."
di tempat lain, mang Aji membantu ny. Yeollita untuk berkemas.
mang Aji bertanya karena penasaran. "Lalu bagaimana dengan non Ratu? Dia sangat bergantung sama dhen Stefan sekarang ini. Apa tidak apa-apa membawanya ikut serta?" Tanya mang Aji.
---
Keesokan paginya, Bryan terburu-buru mengabarkan masalah itu pada Nasya setelah dia mendengarnya dari kenalannya. Nasya terkejut mendengarnya.
beberapa saat kemudian, di Puncak
Stefan sedang membersihkan halaman rumahnya dan Nasya tiba-tiba muncul. Stefan jelas sebal melihatnya ada di sini dan langsung ngambek mengabaikannya. Nasya tidak peduli, ini juga rumahnya.
"Saat aku pertama kali datang kemari, kamu bersikap seolah aku makhluk tak terlihat. Apa sekarang kita akan kembali ke masa itu?"
Stefan tetap acuh dan kembali melanjutkan kegiatannya. Mengacuhkan kekesalan Stefan, Nasya langsung hendak membantu Stefan. Mereka tinggal di rumah ini bersama, maka dia akan membantu Stefan.
Tapi saat Nasya hendak bekerja, dia justru melihat Ratu baru keluar ke balkon. Nasya sakit hati melihat hal itu. "Kamu membawa Ratu kemari? Kamu kembali padanya, yah?!"Alih-alih menjelaskan apapun, Stefan justru diam saja dan membiarkan Nasya berpikir semaunya. Kesal, Nasya tidak jadi membantunya dan pergi dengan penuh amarah.
Tapi di tengah jalan, Nasya mendadak teringat kembali akan cerita Bryan tentang kekhawatiran Stefan mengenai ancaman keluarga pasien itu. Seketika itu pula, Nasya akhirnya sadar kalau Stefan hanya menjauh darinya karena mengkhawatirkan keselamatannya."Kamu berpikir untuk membohongiku, Stefan! Aku tidak sebodoh itu untuk dibohongi!" Kesal Nasya lalu balik lagi ke rumah itu.
Ratu akan masuk rumah saat tiba-tiba saja dia mendapati Nasya menghadangnya. Mungkin malu, Ratu langsung memalingkan wajahnya dari Nasya.
"Kenapa wajahmu begitu? Kamu mungkin berpikir kalau aku datang kemari untuk menghakimimu."
"Apa kamu akan melakukannya?"
"Kenapa juga aku harus melakukannya?"
Nasya hanya ingin tanya alasan mereka berdua datang kemari bersama-sama, apakah karena mereka sudah balikan sekarang?
Ratu menyangkal, mereka tidak berduaan, melainkan bersama Ibu Stefan juga. Di keluarga Stefanlah, Ratu merasa berarti. Sekarang ini, dia hanyalah seseorang yang tak punya tempat tujuan.
"Lalu apa hubunganmu dengan Stefan sekarang?" tanya Nasya.
***
Ps. Maaf dikit, part selanjutnya akan di double.
Jangan lupa vote dan comment.
Btw part-part terakhir yah...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dan Kesetiaan
RomanceUntuk menunjukkan rasa terima kasih kepada ayah angkatnya, Nasya menerima untuk menyamarkan dirinya sebagai putri kandung dari keluarga Wijaya dan menikahi Stefan, untuk menepati janji yang dibuat oleh ayah mereka di masa lalu. Stefan adalah pria b...