Part 43

956 78 40
                                    

Semua orang sudah berkumpul di ruang tamu rumah Stefan. Menunggu penjelasan dari Bryan. Para orangtua duduk di sofa sedangkan yang lain berdiri. Semua mata tertuju pada Bryan yang sedang menggenggam liontin Nasya.

"liontin ini buatan desainer perhiasan. Dan hanya ada satu di dunia. Dan hanya keluarga Pradipta yang punya desain seperti ini. Saya bahkan memakai gelang dengan desain yang sama. Stefan bisa membuktikan jika saya selalu memakai gelang ini." ujar Bryan membandingkan liontin dengan gelangnya.

"Jika om Attalarik dan tante Vonny menjamin liontin ini benar-benar milik Nasya, maka itu artinya Nasya memang sepupu yang saya cari. Oh saya punya foto orangtua Nasya juga." lanjut Bryan.

"orangtuaku?" Nasya menerima foto pernikahan orangtuanya dari Bryan. Ia melihatnya sekilas lalu ia serahkan pada Attalarik.

"apa mama pernah bertemu dengan mereka?" tanya pak Attalarik pada istrinya sambil menyerahkan foto tersebut.

"ya, aku bertemu dengan wanita ini sebelumnya."

"tante Melda, beliau ibu Nasya." sahut Bryan.

*Flashback On*

Seorang wanita menggendong bayinya memasuki sebuah restoran.

"bisakah saya dapat sepiring makanan, saya belum makan dari pagi." tanya Wanita itu pada seorang laki-laki berdasi yang berdiri di dekat kasir.

"kenapa kamu meminta makan pada saat seperti ini,  dan pakaianmu begitu kotor. Pergi dari sini, cepat pergi sebelum pelangganku tidak ingin datang ke restoranku. Pergi.. Cepat pergi.." usir laki-laki itu.

"pak, jangan usir dia." suara seorang wanita terdengar menghentikan, yang adalah ny. Vonny.

"ini. Aku akan membayar untuknya. Beri dia beberapa makanan jadi dia bisa menyusui anaknya." lanjut ny. Vonny.

"kalau begitu tunggu disana, kamu pergi dan duduk di tempat kosong itu. Kamu nggak bisa makan disini." tunjuk lelaki itu pada sebuah tempat duduk di dekat tempat parkir.

Vonny tersenyum melihat Melda, Melda mengucapkan terimakasih dan melihatnya dengan penuh kekaguman.

"ini, ambil ini. Makanlah dan cepat pergi."

Sebelum ny. Vonny pergi ia memberikan beberapa lembar uang untuk Melda. Saat itu ny. Vonny pergi ke restoran untuk membeli makanan untuk di bawa pulang. Setelah itu ny. Vonny kembali ke rumahnya.

Memasuki gerbang rumahnya, ia di sambut dua bayinya yang masing-masing sedang di gendong oleh pengasuh. Ny. Vonny bergegas menghampiri kedua bayi perempuannya dan memperlihatkan kasih sayangnya dengan mencium anak-anaknya bergantian.

Di luar gerbang melalui celah pagar, Melda melihat betapa wanita kaya tersebut menyayangi puteri-puterinya. Sebenarnya ia tadi mengikuti nyonya kaya tersebut dengan uang yang ia berikan. Hal itu membuat niatnya lebih pasti. Wanita itu bukan hanya baik tapi juga penyayang.

"anakku sayang, kita harus mengucapkan selamat tinggal sekarang ya nak. Ibu harus meninggalkanmu disini karena jika sesuatu terjadi ibu, kita berdua akan mati bersama. Tapi jika kamu disini dengan orang yang baik hati dan sangat penyayang, ibu percaya mereka akan membesarkanmu dengan baik." ucap Melda dengan tangis dan kemudian memakaikan liontin yang sebelumnya ia pakai di leher bayi itu dan meletakan bayinya di tanah.

Awalnya Melda sempat ragu meninggalkan anaknya, tetapi kemudian ia batuk hingga mengeluarkan darah. Akhirnya ia memantapkan hati kembali sebelum benar-benar pergi meninggalkan bayinya sendiri.

*Flashback Off*

"saya nggak pernah punya pikiran seperti ini. Berkali-kali, saya hanya berpikir kenapa ada orangtua yang meninggalkan bayinya di depan rumah saya? Tapi saya tidak bisa memikirkan alasannya. Saya tidak mengingatnya sampai saya melihat foto ini." ungkap ny. Vonny. Kemudian sekali lagi pikirannya melayang pada masa lalu.

Cinta dan KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang