"pipi kiri ini milikku, pipi kanan juga milikku. Milikku, milikku. " ucap Stefan sambil mencium kedua pipi Nasya berkali kali. sedangkan tangannya memegang leher dan belakang kepala Nasya menahannya hingga Nasya tak bisa bergerak.
"laki-laki gila itu tidak ada hak untuk mengganggu." ucap Stefan.
"lepaskan aku. Kamu yang gila dasar cabul." ujar Nasya mencoba melepaskan diri. tapi Stefan tak menghiraukannya apalagi melepaskannya. Stefan kemudian memandangi Nasya lekat-lekat.
"yang ini juga... " ucap Stefan dan kemudian mendekatkan bibirnya ke arah bibir Nasya.
Jarak antara keduanya semakin dekat, keduanya bahkan saling merasakan hembusan nafas mereka berdua. Kini hidung mereka sudah saling bersentuhan.
"oh, Tuhan.." pekik bik Ana.
Nasya yang mendengar suara bik Ana lantas mendorong tubuh Stefan dengan kuat.
"orang cabul.. Orang cabul.. Tolong..tolong..." teriak bik Ana sambil berlari menuju rumah.
"bik Ana, dia bukan orang jahat." teriak Nasya pada bik Ana. Tapi percuma bik Ana sudah jauh, dan tidak mendengarkan Nasya.
"dasar gila, aku tidak akan memaafkanmu." ucap Nasya marah. Stefan hanya terdiam di tempatnya.
"bik ana.." panggil Nasya sambil berlari menyusul bik Ana. Dan kemudian disusul Stefan.
"tolong.. Tolong.. Ada orang cabul dengan non Nasya. Non Nasya dalam masalah." adu bik Ana pada tuannya.
"dimana dia?" tanya Attalarik.
"non di luar."
"bik Ana, dia bukan orang jahat. Bibik kenapa teriak kenceng-kenceng dan nggak dengerin Nasya." ucap Nasya terengah-engah karena berlari memasuki rumah.
"jika dia bukan, terus siapa dia?"
"suami, aku suaminya. Kamu tidak bisa menggunakan istilah 'cabul' untukku." jawab Stefan yang baru masuk rumah dan mengarahkan tatapannya pada bik Ana.
"Stefan..." panggil ny. Vonny.
"saya minta maaf baru menyapa"
"saya baru saja sampai Jakarta. Istri saya lari tanpa memberitahu saya. Jadi saya tidak sabar dan tidak masuk dulu untuk memberi salam anda." lanjut Stefan.
"lari.. Sudah mama duga. Apa kalian berdebat?" tanya ny. Vonny pada Stefan. Stefan kemudian melihat Nasya dalam.
"ah, mmm... " lidah Nasya kelu, ia bingung harus berkata apa. Ia tidak mungkin jujur pada orang tuanya.
"Nasya menuduh saya memiliki wanita lain, padahal saya tidak." jawab Stefan menyela Nasya.
"hei, kamu.. Bisakah tidak banyak bicara. Mereka orangtuaku, ini rumahku." ucap Nasya kesal.
"mereka bertanya, aku adalah orang yang jujur. Jadi aku harus menjawab dengan kejujuran." jawab Stefan.
"mereka baru saja menikah beberapa bulan, tapi sudah sepanas ini?" sahut Ersya. Pak Attalarik yang di sebelahnya lantas merangkul bahu anak bungsunya ini.
"Nas, suamimu sangat tampan. Wajar jika ada wanita lain yang naksir. Kamu jangan berpikir berlebihan." goda Raya.
"jangan menggoda saudaramu Ray, kamu juga Sya." nasihat ny. Vonny.
"karena kamu baru sampai, santailah. Ayo makan dulu." ucap Attalaruk kemudian pergi dari tempat itu dan diikuti Raya serta Ersya.
Ny. Vonny merentangkan tangannya seolah mengajak Nasya mendekat ke arahnya, ny. Vonny kemudian merangkul Nasya dan berjalan menuju ruang makan. Bik Ana pun tersenyum canggung pada Stefan sebelum akhirnya mengikuti majikannya. Terakhir, Stefan pun mengikuti mereka ke arah meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dan Kesetiaan
RomanceUntuk menunjukkan rasa terima kasih kepada ayah angkatnya, Nasya menerima untuk menyamarkan dirinya sebagai putri kandung dari keluarga Wijaya dan menikahi Stefan, untuk menepati janji yang dibuat oleh ayah mereka di masa lalu. Stefan adalah pria b...