02

27.4K 252 0
                                    

Kertas yang kubaca ini adalah suratnya, kualihkan penglihatanku kearah anak ini' malahan anak tanpa dosa ini akan menjadi saksimata dari kenanganmu keara… aku berjanji, aku akan merawatnya sampai di besar nanti.
"Pak iwan, trimakasih banyak udah mau memberitaukan soal keara' kalau gak ada bapak. Aku pasti gak akan tau masalah tentang ini…"

"Sama-sama nak, kalau begitu kita ketempat' resepsonisnya dulu' bayar tagihanya…"

Aku dan pak iwan menuju ketempat resepsonis dan menelpon sebentar papaku.
"Pa… bisa minta tolong gak, Aku minta uang dong 15 juta…"

"…"

"Untuk tagihan rumah sakit, aku di rumah sakit sehman' cepat kem-"
Perkataanku terpotong.

"…"

"Aku gak sakit, tapi ada perlu' nanti kita jelasin jika papa dan mama udah nyampai di rumah sakit…"

"…"

-

"Papanya diago…"

"Iwan, Gurunya diago…"

Mereka bersalaman' termasuk juga mamaku, aku belum menjelaskan kepada papa dan mama tapi mereka udah membayar tagihan uang rumah sakit ini' tiba-tiba saja yang membuatku kaget? Jiki berlari kearahku dan menggenggam pipiku.

"Kak… kau gak apa-apakan?…"

"I… ia, a… aku gak apa-apa' bisa kau lepaskan tanganmu dari wajahku…"
Dia melepaskanya dan tak lupa cengengesan seperti orang bodoh, tapi pandangan mereka tertuju kearahku! Yang membuatku terkejut obrolan papa, mama, dan jiki… sama' kompak bener mereka bertiga.

"Anak siapa itu?…"

"Sekarang dia jadi tanggung jawabku, dan anak ini akan menjadi anaku…"senyum.

"Ahh…"

Apa mereka gak punya malu, berteriak sekencang itu di dalam rumah sakit ini.
"Papa, mama, dan jiki. Pasti taukan dengan keara. Ayo ikut aku, dia sekarang di ruang mayat…"

"Ah… diago, jangan bercanda' apa kau gila. Mana mungkin keara ada disana…"

"Mama… kita bisa buktikan' anak sulung mama gak pernah berbohongkan. Ikuti saja aku dan pak iwan' ayo pak…"
Bapak iwan hanya menganggukan kepala saja, setelah kami sudah berada di kamar mayat' dokter dan suster sudah menyiapkan kain putih untuk menutupi tubuh dan wajahnya tapi kutahan dulu.

"Bisa tinggalkan kami dok…"
Dokter dan suster keluar dari sini, waktu wajahku melihat kearah papa dan mamaku… mereka nampak sedih begitu juga dengan jiki' bahkan aku juga gak sadar kalau airmataku mulai jatuh.
"Ini pa, jika belum kurang jelas…"
Kuberikan surat itu pada papa' dan mereka bertiga membacanya? Sedangkan tanganku terus menggenggam tanganya keara bahkan pendengaranku gak jelas mendengar perkataanya mereka bertiga, tanganku berkeringat, tubuhku panas dingin, dan mataku buram karna airmata yang terus jatuh menetesi pipi.
"Kenapa… kau gak mau cerita sama aku, kalau kau punya masalah' bahkan aku rasa anakmu juga sangat sedih denganmu. Walaupun anakmu gak tau apa-apa dan tidur nyenyak di gendonganku' tetap saja aku tau… dia pasti sangat kesepian tanpa ada kamu disini. Keara…"sedih. "Besok, kami akan memakamkanmu dan aku gak tau harus mengajak siapa untuk menghadiri pemakamanmu. Tapi kau jangan sedih? Walaupun gak ada keluargahmu. Tetap saja ada aku, anakmu, dan keluargahku yang menghadiri pemakamanmu besok… aku harap kau beristirahat dengan tenang di atas sana…"


-



Tujuh tahun telah berlalu dan sekarang aku sudah berkuliah di universitas voilashoold, aku yang sedang duduk tenang di dekat pepohonan sambil maen laptop tiba-tiba saja di kagetkan oleh temanku yang bernama gian.

"Lagi ngapain, pokus bener loh' nih minuman. Apa gak bosen lihat laptop mulu…"

Kuambil minuman kota yang ada di tanganya tadi.
"Enggak, aku lagi sibuk ngebantuin papaku. Nih dokumen…"
Dia melihat kearah laptopku.

"Pusing gue, gak ngerti kayak ginian' oh ia… tadi aku lihat adik loh…"

"Em… dimana?…"
Sibuk lihat laptop lagi.

"Seperti biasa, ngegoda cewek' ha… ha… kenapa kalian beda banget dah…"

Bedah palak loh, waktu sma dia sama sepertiku' judes dan dingin kepada orang… tapi? Aku juga gak tau! Kenapa jiki berubah… apa karna keara ya??…   jadinya dia nyesal nyia-nyiain cewek baik kayak temenku itu, mengingat kenangan keara bersamaku rasanya hatiku sakit.

"Woi… bro, kenapa loh nangis?…"

Bersambung

MERTUA'KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang