12

3.3K 32 0
                                    

Apa aku berpikiran seperti itu ya?' kulihat dia melepaskan pelukanku dan memasang celananya, waktu kutahan lenganya, yang adanya dia menghempaskan tanganku keudarah.

"Lagian… gue gak keberatan' loh mau menjauh ataukah tidak dari gue. Itu urusan loh, gue hanya minta pada loh! Jangan tatap gue seperti loh menatap keara. Karna bagi gue? Dia bukan siapa-siapanya diago…"

Kenapa harus kakaku' apa kurangnya aku bagimu gian… sampai-sampai di hati kau masih tulus berpihak kepadanya.
"Diago… diago… dan diago, kenapa harus dia haa… apa aku kurang semuanya dimatamu' kau mau aku merubah seperti dia. Supaya kau bisa aku dapatkan…"

"Intinya… loh terlalu mencolok dan terlalu playboy' gue gak suka berurusan dengan cewek…"

"Jadi…"
Aku bangun dari duduku dan berdiri di belakangnya' sambil membenarkan seritingan celanaku.
"Kau mengizinkanku pergi… hoo tidak… tidak. Bukan mengizinkan tapi' mengusirku dari indonesia ini. Gian dengar…"
Saking kesalnya langsung kubalik tubuhnya dan kucengram kedua pipinya' sedangkan dia hanya memicingkan mata dan menahan rasa sakit di rahang pipinya.
"Aku gak akan pernah pulang ke indonesia' jika kau tidak meminta maaf kepadaku. Kau kira aku bersikap baik padamu selama ini di karnakan aku selalu menjahilimu, buka matamu lebar-lebar' dimana otakmu… kau udah di butahkan oleh kakaku? Sudah kubilang berkali-kali. Kakaku… gak menyukaimu, kau dengar tidak…"
Yang membuat kaki kananku sakit' dia menginjaknya cukup kuat sampai-sampai aku melepaskan cengkraman tadi dan dia berusaha untuk memutar kunci? Langsung kutarik tanganya dan kuhadang tubuhnya di belakang tembok.
"Gian… kau udah keterlaluan' cepatlah bilang minta maaf, atau aku gak akan pernah mencabut kata-kataku tadi. Sampai aku tua! Kau tetap jadi miliku…"

"Apa begini cara loh memperlakukan cewek jika loh, sungguh-sungguh mencintainya…"

"Ya… walaupun aku banyak mantan di luar sana, tetap saja' aku selalu memikirkanmu… gian"
Tiba-tiba saja dia mencium pipiku, kok mala cium pipi? Bukanya tadi dia marah kok sekarang jadi bungkam tanpa suara… dia hanya diam menunduk.
"Gian… kau tau, aku terlalu di mabukan olehmu' sampai-sampai semalam aku tiba-tiba nangis karna mikirin kau…"

"Kenapa gue? Bukanya loh tau sendiri. Kalau gue ini cowok…"

Kugenggam dagunya dan mata kami berdua bertemu' anehnya… tatapanya kosong seakan dia kayak tuli tidak medengarkan perkataanku.
"Dari awal emang aku menjahilimu, terus berteman denganmu walaupun gak akrab, lalu selalu… dan selalu menjahilimu' tapi entah mengapa perasaan ini tiba-tiba datang begitu saja… aku gak padang gimana orangnya. Yang penting aku mencintai orang dan yaitu kau? Gian…"
Matanya melihat kearahku dan beralih lagi melihat kearah bawah' aku mengangkat dagunya lagi dan langsung mencium bibirnya… tapi dia hanya diam membisu tanpa menggerakan bibirnya? Langsung aku menjauh darinya, memutar kunci dan membuka pintu.
"Sudalah' yang udah terjadi gak usah di ingat lagi, lupain aja… anggap aja semua yang aku katakan gak pernah terjadi…"
Kok mala duduk di lantai, aku menghampirinya dan berjongkok di depanya' sambil mengelus rambutnya.

"Jiki… loh mencintai gue tapi gue mencintai kakak loh, gue gak tau harus milih siapa?…"

"Maaf jika tadi aku membentakmu' dan terlalu banyak marah. Mungkin gak semestinya aku berbicara kasar padamu. Aku udah keterlaluan, silakan saja? Kau mau memilih kakakku, tapi kau ingat satu hal… kalau aku mencintaimu gian…"senyum.
Yang membuatku aneh dia mendorong pintu itu dan tertutup lagi, waktu mataku melihat kearah pintu… aku gak sadar kalau ternyata wajahnya sudah di depan wajahku.

Bersambung

MERTUA'KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang