120

349 9 0
                                    

ALEX

Esfresinya nampak kaget' sewaktu telinganya mendengarkan ucapanku tadi, ya apa boleh buat... aku langsung saja berkata jujur padanya? Sebab aku merasa kesal melihatnya menangis kayak gini meluluh.
"tangisanmu langsung berhenti waktu aku mengatakan nama anaku, jadi ternyata benar ya kalau kau mencintai diago..."

"i... Ini gak seperti yang kakek kira kok, kakek salah paham' a... Aku gak mencintai daddy, mala aku menyayangi daddy seperti orangtuaku juga kok..."

Gimana aku mau percaya kalau tingkahmu kelagapan kayak gitu.
"emm..."
Kami balik lagi pulang kerumah, tapi sayangnya suasana di perjalanan mau menuju pulang sekarang' keadaan ini tiba-tiba menjadi hening seolah gak ada yang berani membuka obrolan lebih dulu' bahkan aku tadi diam-diam melirik kearahnya abell, tapi yang kudapati dia sedang menggigit jari tanganya dengan esfresi wajah yang nampak khawatir.

Sesampai di depan gerbang, aku tetap diam gak menjalankan mobil masuk ke dalam' bahkan pak momod mau bergegas membuka gerbang.

Kuturunkan kaca mobil ini dan memanggil pak momod.
"pak' gak usah buka gerbangnya..."
Dia kearahku dan tanganku sibuk mengambil kantung kresek lainya.

"loh kok gak usah tuan, emang tuan gak masuk kedalam..."

"hehe enggak pak, em... Boleh saya minta tolong gak' ini kasih ke nyonya ya, tadi dia nitip makanan dan minuman sama abell' jadi langsung berikan kepadanya ya..."
Dia mengatakan siap dan melangkah mau bergegas meninggalkan mobilku tapi langsung kutahan.

"apa perlu bantuan lagi tuan..."

Tubuhku balik kebelakang sofa, mengambil minuman boba miliku.
"maaf pak' hanya minuman ini aja yang bisa saya berikan ke bapak..."

"yaampun tuan, gak usah' gak perlu repot-repot, saya bisa saja balik pulang kerumah buat kopi' toh motor saya ada di belakang pos ronda..."

"gak apa-apa, ambil aja' biar ada semangat ngejaga gerbangnya..."
Kuberikan minuman ini kepada pak momod, sedangkan dia terus mengatakan trimakasih dan nyengir lebar karna merasa senang mendapatkan penyemangat dariku? Kututup kembali kaca jendela mobil ini dan melaju pergi menuju ke kantor.

"a... Anu kek' bukankan ini arah ke tempat kantor..."

Kuabaikan saja perkataanya abell tadi, entah kenapa emosiku kembali menggebuh, seakan kata-kata di pikiranku seolah mau meluap secara langsung' tapi jika aku mengatakanya dengan amarah yang besar, mungkin abell akan nangis lagi.

Sejujurnya aku mau pergi kearah kantor, ya sekalian melihat gian juga? tapi mungkin nanti sajalah' em... apakah aku mengajak abell ke taman kota aja ya.

Jadi kuputuskan untuk berbalik arah dan mengarah ke tempat taman menteng kota jakarta pusat.

Sampai disana' dan telah memarkirkan mobil, kami keluar dan membawa kantung kresek masing-masing' tadi tak lupa juga aku beli dua air botol sedang di tempat jajan kaki lima.

Aku bilang pada abell' mau beli makanan lagi gak? Tapi mala dia menggeleng dan menjawab (makanan ini udah cukup).

Apakah lambungnya begitu kecilkah' sampai dia gak mau makan banyak, udah tau badan gak gendut tapi mala ngejaga penampilan.

Disinilah kami berada' di ujung taman dekat pepohonan, mencari tempat yang lindap' biar sejuk akan menikmati angin sepoi-sepoi.

Anak-anak, sepasang kekasih, teman, ataukah keluargah' datang di tempat ini... Taman bunga, airmancur buatan, dan pemandangan lainya sudah ada di depan mataku? Aku menyukai momen dan suasana sekarang.

Tapi sayangnya, di sampingku berkata lain' abell menundukan kepala menatap makananya dengan tatapan kosong.
"kalau lapar' makan saja, toh itu punya abell-kan, kalau haus tinggal minum boba aja' em... Atau mau air botol ini..."
Wajahnya melihat kearahku dengan tatapan sedih akan terpaksa mengeluarkan senyumanya.

MERTUA'KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang