28

1.1K 18 0
                                    

Dia menghapus airmataku dan memeluku sebentar, bahkan tanganya mengusap rambutku... Paman jiki menyuruhku untuk bersandar di bahutanganya dan aku hanya menurut saja.

"ya... Karna kuyakin, dia mencintainya... Sampai gak mau kehilangan benny..."

Berdenyut... Ya hatiku sakit, sampai begitunya dia mencintai keara... Ternyata paman diago sungguh setia? Bukankah sifat setia itu adalah kebangganya bagi seorang perempuan.

"aku juga gak mengerti, kenapa diago sampai begitunya mau menjodohkan kalian. Kau tau abell... Benny dari kecil sangat menyukaimu? Jadi wajarlah kenapa dia gak menentang soal perjodohan ini."

Em sudah kuduga, yang kubisa hanyalah pasrah mengikuti alur kehidupan semesta ini, gimana nasib hidupku nanti tanpa adanya cinta kepada sang suami.
"paman, makasih... Sudah mau peka kepadaku..."

"sama-sama sayang, lagian' aku berani yakin. Nanti diago akan sadar sendiri?... Ini..."

Aku gak menyandar lagi dan mataku menatap kearah telapak tanganya yang menggenggam kunci? Kunci rumah.
"untuk apa, kunci rumah..."

"em... Bukan kunci rumah tapi kunci villa... Awalnya kunci villa ini mau kuberikan kepada diago? Siapa tau dia mau liburan ke korea. Dikarnakan villa itu tempat aku... Lagian gak kepakek, jadinya' mau kuberikan kepadanya... Tapi Kalau kuberikan padanya, takutnya nanti dia marah..."

"marah..."

"ia marah, sebab aku mau bilang begini kepadanya..."

"bilang apa?..."

"bilang... Kak ini hadiah dariku, villa untuk honeymonmu' bersama kakak ipar baruku suatu saat nanti... Kalau di pikir-pikir lagi! Gak jadi deh bilangnya, takutnya nanti dia marah dan membuang kunci villa ini? Dikarnakan aku mempercaimu! Jadi kuberikan padamu..."

Kuambil kunci ini dan memperhatikan bentuk ukiranya.
"he... He...untuku, makasih paman?..."

"sama-sama... Siapa tau, jika emang kau beneran menikah dengan diago. Malam pertamamu di habiskan di villa itu. He... He..."

Mendengar ocehanya, membuat darahku naik mendesir gemetar karna kaget dan tersipuh? Aku hanya bisa menutup wajahku menggunakan telapak tanganku.
"jangan merayuku..."

"he... He..."
















Flhasbeck on.
Dia duduk di kursi dengan wajah yang lesuh akan ketakutan, semua saksi yang melihat aku menganiyaya lio di tempat gudang bekas ini adalah para polisi dan mata-mata yang kubayar.

Mereka bekerjasama denganku, karna pak adi adalah rekanku waktu aku masih kerja di kantornya papaku? Kami saling menghormati karna adi mengenal papaku.

Yap... Bu anira dan ayah adee usianya mereka berdua kira-kira sama seperti kedua orangtua, mereka duduk berhadapan dengan lio! Tanganku memegang sabuk sejenis mau menyiksa orang.

Aku mengelilingi kursinya lio, dia gak bisa bergerak' tubuhnya kuikat, tangan, dan juga kakinya... Hanya saja mulutnya yang gak di kuikat? Maksudku gak kusumbat pake kain.
"jadi... Ulangi lagi perkataanmu..."

"ya... Hikh...hikh... Aku mengenal kearah karna dikenalkan oleh temanku. Namanya prisila..."

"lalu... Prisila itu kenal dengan keara dari mana..."

Plaatr...

Suara sabuk bergema di dalam gudang ini, bekas luka lama sekarang membekas yang baru pula karna membuka darah segar keluar.

"haaa... Sa... Sakit, prisila... Ka... Katanya... Hikh... Dia gak sengaja memotonya dan mengaflot foto itu ke sosial media' nah makanya aku bertanya... Kepadanya' te... Tentang siapa nama... Gadis itu... Huuh... Hihkh... Sakit..."

"kau masih ingatkan, wajahnya..."

"ya' agak inggat sih..."

"jika, kau salah orang' aku benar-benar akan menembak kepalamu..."
Kuletakan sabuk ini di atas meja, dan beralih memegang hp... Membuka fecebook? Kuotak-atik fb ini dan menuliskan nama.
"namanya, prisila' apa?..."

"prisila gita..."

"hemm... Pak adi, tolong buka talinya yang di bangian pergelangan tanganya..."
Pak adi membuka talinya, kuberikan hpku pada lio... Dia kira aku sebodoh itu? Dikarnakan aku waspada' jadinya kuarahkan pelatuk pistol ini kearah kepalanya bahkan sampai menempel di rambutnya.



Bersambung.

MERTUA'KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang