"We got politicians making wicked decisions
Straight lying to the public so they can make begin another mission of war
Cause it's not you versus me
But it's you and me versus the war industry..."
Pete Philly & Perquisite - Hope
.
.
.
"Selamat malam pemirsa, saya Joanne Richie melaporkan langsung dari lokasi, kami himbau kepada seluruh warga untuk berhati-hati dan tetap di rumah..." Seorang reporter bercuap-cuap di depan kamera. Berusaha tenang meski raut cemas dan takut jelas sekali terlihat di wajah cantiknya.
Dibelakangnya orang-orang berlarian panik. Lampu-lampu di area tersebut mati total. Tidak ada lampu penerangan jalan. Hanya ada satu cahaya penerangan dan itupun berasal dari kobaran api yang telah melahap habis sebuah supermarket. Kacau sekali! Banyak teriakan dan jeritan. Anak-anak kecil menangis mencari orangtua mereka. Para pejalan kaki berlarian seolah berusaha menghindar dari pembunuh bayaran. Sebuah mobil berada dalam posisi tengkurap. Bunyi sirine polisi dan ambulans bersahut-sahutan memekakkan telinga. Disusul bunyi tembakan dan jeritan minta tolong. Helikopter ikut meramaikan suasana dengan berseliweran di langit.
Bola api diikuti kilatan putih menerjang gedung pemerintah. Puing-puing terbang di udara saat bangunan terkena hantaman dari rudal yang menabrak atap Gedung Menteri, kepulan asap berwarna oranye merangkak naik ke udara. Helikopter, tank-tank militer, kobaran api, gumpalan asap kelabu, orang-orang berlarian panik. Jimin stress melihat disuguhi tragedi. Ada barangkali sejam mereka duduk di mobil saling diam-diaman. Benar-benar hening kuburan, yang kedengaran hanya suara penyiar radio.
Mister Jaweed yang bertugas sebagai sopir juga bungkam.
Hoseok galau dengan alasan belum bisa move on dari fakta kawan-kawannya terjebak di dalam hotel, diincar peluru.
Jimin menyalahkan dirinya sendiri sepanjang jalan. Katanya gara-gara dia semua ini terjadi.
"Jimin... sudahlah.. ini bukan salahmu!" kata Taehyung. "Kenapa sih kau ngotot ini salahmu?"
Sebenarnya yang bikin Jimin kepikiran gara-gara komentar jujurnya di majalah Chicago Daily pekan lalu. Komentarnya itu mendapat pujian dari para jurnalis senior, namun mengundang kritik dari pembaca Amerika yang bermarkas di gedung putih.
"Faktanya, pemerintah tidak banyak bertindak, perang melanggengkan keruntuhan infrastruktur. Angka kematian bayi di Afghanistan tetap tertinggi di dunia. Akses air bersih masih buruk. Jadi dongeng tentang bagaimana Amerika Serikat meningkatkan kehidupan perempuan Afghanistan kurasa masih berupa dongeng."
Makanya Jimin kepikiran terus. Walaupun semua mulut menyangkal itu bukan salahnya. Atau ini tidak ada hubungannya dengan dia.
"Taeee..." cicit Jimin. "Coba aku tidak--"
"Jimin, I swear to God if you say that again I will fucking kick you out from my fucking window!"
Hoseok gigit bibir nahan ketawa. Good job untuk yayang tercinta. Hoseok jadi agak terhibur. Menurutnya Taehyung terlihat lucu disaat marah. Dia itu ratu swearing... lebih-lebih di ranjang...
KAMU SEDANG MEMBACA
1001 Nights
Fanfiction[INI BUKAN REMAKE ALADIN!] Jungkook si IBLIS dari keluarga misterius. Jimin si Gadis biasa-biasa saja dari keluarga wartawan. Mereka bersatu di negeri penuh konflik Timur Tengah dengan cara yang tidak pernah mereka sangka. BTS Jornalist AU! Konflik...