24. Are You Gona Be My Girl

579 92 63
                                    

"So one two three take my hand and come with me

Because you look so fine that I really wanna make you mine

I say you look so fine

That I really wanna make you mine."

Jet - Are You Gonna Be My Girl

.

.

.

Friday, 9 May 2003

Jimin terbangun tiba-tiba hanya untuk mendapati kasur di sebelahnya kosong.

Tangan mungilnya meraba kekosongan itu. Hangat.

Jungkook kemana? Buang air kecil?

Dia bangkit terduduk. Jam digital di meja nakas pamer angka 02.59 besar-besar di depan mata.

Jimin celingukan bingung. Musik. Sayup-sayup terdengar alunan musik, arahnya dari luar.

Siapa yang putar musik?

Sudut matanya melirik sekilas ke arah jam beker di atas meja. Pukul 03.00.

Siapa yang setel musik jam segini? Masih ada yang belum tidur? Kelewatan isengnya kalau sampai putar musik segala. Suara penyanyinya sih familier... itu...

"Please allow me to introduce myself... I'm a man of wealth and taste... I've been around for a long, long year... Stole many a man's soul to waste..."

Mick Jagger? Jimin hapal betul karena dia juga penyuka musik rock. Itu suara Mick Jagger.

Wow. Bukan main! Penggemar The Rolling Stones macam apa yang terlalu mendedikasikan dirinya di jam tiga dini hari?

Jimin merasa kedinginan. Matanya bergulir ke jari-jari kaki. Selimutnya sudah raib dari sana, berpindah ke lantai. Pasti sempat kena tendang tadi. Tak ada tersangka lain, kedua kakinya adalah sang pelaku utama. Sambil mengerang dan menguap, Jimin merunduk ke bawah ranjang dan menjulurkan tangan untuk mengambilnya.

"I stuck around St. Petersburg... When I saw it was a time for a change... Killed the czar and his ministers... Anastasia screamed in vain..."

Lama-kelamaan suaranya jelas. Jimin tidak berhalusinasi membayangkan musik. Ini musik sungguhan! Bunyinya semakin keras!

Suara serak Mick Jagger menghantam lubang telinga. Semakin jelas.

Merinding. Jimin tolah-toleh, dia cuma sendirian di kamar. Jungkook nggak balik-balik.

"Pleased to meet you... Hope you guess my name, oh yeah... What's puzzling you is the nature of my game, oh yeah..."

Lebih kuat rasa penasarannya, Jimin turun dari ranjang untuk mendamprat siapa pun yang lancang merusak momen paling krusial dalam hidupnya: Tidur.

Jimin melangkah keluar kamar, menyusuri lorong yang gelap, papan-papan lantai berderit di bawah kaki telanjangnya.

"I shouted out... Who killed the Kennedys? When after all... It was you and me..."

Lagu ini mengajak orang untuk berdendang riang. Kedengarannya sangat bahagia. Marakas diguncang-guncang dengan tempo yang cepat, selaras dengan piano dan petikan cadas gitar elektrik yang membuat iramanya lumayan asik. Tapi ketika diresapi baik-baik... sumpah, tidak butuh otak cadangan setara Thomas Alva Edison untuk menangkap maksudnya.

1001 NightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang