29. In My Blood

436 85 107
                                    

"Someone help me 

I'm crawling in my skin 

I need somebody now 

Help me..." 

Shawn Mendes - In My Blood

.

.

.

.

Jimin

Kali pertama melihatnya, aku memperhatikan iris matanya yang gelap. Dan ada getaran yang menakjubkan dari caranya memandangiku. 

Bukan, bukan... aku tidak bilang aku merasakan getaran cinta orang dewasa. Karena dia bocah dibawah umur, jadi perasaan itu jelas-jelas illegal. Bukan itu!

Entahlah... aku menangkap sesuatu yang berbeda dari caranya mengamati wajahku.

Aku merasa sedang menatap balik ke mata gelap tunanganku. Jeon Jungkook. Pria yang membuatku tersenyum. Juga pria yang membuatku kehilangan senyum. 

Mungkin tidak sih... dua manusia yang berbeda bisa terlihat mirip?

Memoriku menyimpan dengan baik jenis tatapan seperti itu dimana pun. Apa yang tersirat di balik tatapannya? Misteri yang harus kupecahkan. Pikiran-pikirannya meluncur di dalam rongga-rongga otaknya, cepat seperti kaki laba-laba. Aku kelabakan menangkap pikiran-pikiran itu, sering tersandung akibat kurang hati-hati.

Pertanyaan yang paling sering kuajukan dalam hati, dan berharap bisa sampai padanya: Kau memikirkan apa? Apa lagi yang akan kau lakukan? Apa aku bisa menolongmu? Plis, izinkan aku menolongmu sekali ini saja.

"Noona, kau pernah dengar shock therapy?" gumamnya pelan.

Aku berdiri di sini, sementara bocah itu menjulang seperti pohon beringin, mengatakan sesuatu yang membuatku kebingungan sampai-sampai aku lupa berkedip. "Apa?"

"Kita sama-sama menjadi orang yang lebih baik ketika kita sama-sama berusaha."

Lagi-lagi dia membuatku terlihat seperti orang bodoh. "Hah?"

"Kata-kata favorit ibuku untuk ayahku disaat dia hampir menyerah." Bocah itu tersenyum, memperlihatkan dua lesung pipi. Soobin, aku paling ingat namanya diantara yang lain. 

Aku menatap sekilas dua lesung pipinya, diam-diam berdoa bayiku nanti terlahir dengan dua lesung pipi yang sama. "Sepertinya kau punya orang tua yang mengagumkan."

Dasar bocah kecil yang ceria, bolak-balik pamer senyum. "Mereka hebat, aku diajari mereka agar tidak gampang menyerah."

"Ya, kentara kok, kau bukan tipe yang gampang menyerah." Kuberi dia senyum terbaikku.

"Noona, percayalah... ayahku juga memiliki problem yang mirip dengan tunangan anda."

"Eh, serius?"

"Ayahku memiliki sisi destruktif dalam dirinya, aku dan ibuku benar-benar telah menempuh berbagai macam cara. Kami..." Dia tampak ragu-ragu pada awalnya, lalu tekad di dalam matanya semakin kuat dan semakin besar. "Aku punya rencana, mungkin sedikit agak nekat. Tapi shock therapy biasanya selalu berhasil untuk ayahku."

1001 NightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang