"Please speak softly
For they will hear us
And they'll find out
Why we don't trust them."
― Paramore, Conspiracy
.
.
.
Sabtu, 10 Mei 2003
Taehyung melangkah tergesa-gesa melewati perawat-perawat berkerudung berpakaian serba putih-putih yang bertugas pagi itu. Bahkan satu kali tanpa sengaja menyenggol pundak mereka. Dia bolak-balik membungkuk meminta maaf, kemudian lanjut melangkah. Tujuannya adalah kamar Jungkook.
Sepatu Nike pink berderap di lantai mengikuti ayunan langkah kaki jenjang si pemilik yang terbalut celana jeans pudar dan ketat. Rambut panjang Taehyung berayun ringan di punggungnya. Sesekali ada perawat yang cemburu, menengok untuk membandingkan rambutnya sendiri dengan rambut Taehyung. Tidak hanya rambut, belahan payudara Taehyung yang ingin ikut eksis menyapa dunia membuat perawat-perawat pria susah fokus menjalankan tugas masing-masing.
"Misi, misi... maaf.. misi misi..." Hanya itu yang terucap bolak-balik seperti mantra. Melewati rintangan di sepanjang lorong tidak mudah, apalagi kalau tiba-tiba pintu salah satu ruangan terbuka dan keluarlah perawat yang mendorong kursi roda, atau mendorong kasur dipan lengkap dengan pasien terbaring di atasnya. Taehyung terpaksa berhenti mendadak daripada terjadi bencana.
Coba perhatikan bokong bulat Taehyung. Uhhh yeah baby~ begitu kira-kira komentar Hoseok jika dia ikut mengekori dari belakang menyaksikan pemandangan indah berbentuk buah persik. Sayangnya dia tidak ada di sini.
Ponsel di kantong belakang menimbulkan getaran, setelah panggilan terjawab muncul suara Ginger. "Hai, kalian masih di sana kan? Kami anak-anak cewek mau ke sana. Ini lagi siap-siap. Gimana kondisi Jungkook sama Jared?"
"Mereka berdua baik-baik saja." Taehyung berkelit cepat menghindari dua dokter muda yang tiba-tiba muncul dari tikungan, takut ketabrak, dua dokter itu juga berhenti mengobrol dan pasang wajah siaga. Untung Taehyung sigap. "Tidak ada luka serius. Jared juga hari ini mau keluar."
"Hah? Yaaah... padahal kami sudah beli segala macam buah dan makanan."
"Kok kau kecewa sih?" Taehyung cekikikan. "Teman nggak kenapa-napa mustinya kau bersyukur. Kenapa kecewa? Ohhh... aku tau! Karena fantasimu ingin berduaan di kamar Jared rusak?"
"Taehyung!" Terdengar nada marah yang tidak jelas apakah marah atau justru girang. "Dengar, jangan pernah sebut-sebut Jared--"
"Atau apa?" sambar Taehyung dengan tampang meledek yang bisa dipastikan bakal membuat Ginger makin senewen dan salting. "Kutantang kau cium bibir Jared. Ayo! Datang sekarang. Cium bibirnya. Kudengar-dengar ada yang mau balik ke London hari ini."
Ginger sepertinya kehabisan kata-kata. "Kau tidak lucu."
"Yang melucu siapa?" Taehyung memutuskan sambungan lalu mengantongi ponselnya. Bagus! Ha-ha. Kena kau Ginger sayang! Biar cowok itu peka sedikit.
Taehyung beristirahat sebentar di pertigaan, melihat sekeliling koridor yang familier. Sebentar lagi dia sampai. Yak! Itu dia pintunya, kedua dari ujung!
Sambil melangkah ke sana, Taehyung melirik kamera-kamera kecil yang dipasang di langit-langit. Kamera itu mengarah ke dirinya. Merekam setiap gerak-geriknya. Memelototi balik mata Taehyung. Menuduh: Kalian sudah terlihat. Kalian akan terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
1001 Nights
Fanfiction[INI BUKAN REMAKE ALADIN!] Jungkook si IBLIS dari keluarga misterius. Jimin si Gadis biasa-biasa saja dari keluarga wartawan. Mereka bersatu di negeri penuh konflik Timur Tengah dengan cara yang tidak pernah mereka sangka. BTS Jornalist AU! Konflik...