17. Mirrors

775 120 74
                                    


"It's like you're my mirror

My mirror staring back at me

That we're making two reflections into one

Baby, 'cause it's like you're my mirror 

My mirror staring back at me, staring back at me..."

Justin Timberlake - Mirrors

.

.

.

.

Mobil termasuk salah satu tempat merenung buat Jimin. Di dalam mobil, sambil mengamati pantulan wajahnya di kaca, dimana lampu-lampu jalan, kendaraan yang lewat, serta para pejalan kaki membuat pikirannya merefleksikan banyak hal.

"Jodoh itu cerminan katanya... dan juga separuh dari kita."

Yoongi beserta empat orang kru dalam mobil menoleh ke jok belakang. Jimin duduk mojok di belakang, padahal waktu pergi dia duduk di tengah, diapit Yoongi dan Hayden Jones, produser lapangan. Eddie Izzard (asisten produser) duduk di depan, sementara Mister Jaweed seperti biasa, pemegang kendali rute perjalanan, memastikan orang-orang aman sampai di tujuan. Usia mereka sepuluh tahun lebih, nyaris dua puluh diatas Yoongi. Itu artinya cuma Yoongi dan Jimin anak muda di dalam mobil. Dan cuma Yoongi yang mau memulai percakapan dengan gadis galau.

"Kata siapa?" sahut Yoongi.

"Temanku." Jimin merengut. "Apa? Kalian mau tertawa? Silahkan."

"Kau menuduh kami mau tertawa disaat muka-muka kami datar seperti ini?" kata Pak Hayden. Sesuai jabatannya, produser lapangan lebih banyak berada di lokasi. Fungsi produser lapanganmenjadi penting, ketika stasiun televisi melakukan liputan langsung (live). Dia yang akan mengarahkan juru kamera dan reporter di lapangan, termasukmempersiapkan wawancara, memberikan masukan kepada reporter mengenaimateri wawancara atau siapa narasumber yang dapat diwawancarai. Produserlapangan membantu reporter melakukan riset guna mendapatkan informasi bagisuatu liputan, dia juga harus mempersiapkan rencana perjalanan jika tim liputanharus berangkat ke daerah lain. Pak Hayden memang jarang menginap di basecamp, paling-paling pas kebetulan ada reporter yang mau bertugas, dia baru diterbangkan dari London.

"Tunggu dulu, kita sedang membicarakan siapa sih?" Eddie menyela. "Siapa orangnya?"

"Jungkook," kata Yoongi. "Bocah yang kau bilang wajahnya mirip kelinci bajingan."

Eddie terbahak-bahak keras. "Oh yang itu. Well, dia memang berbakat bikin gadis-gadis kebingungan."

"Dia yang katamu tidak beragama itu kan?" timpal Pak Hayden.

Oh. Great. Sekarang mereka semua ramai-ramai menjudge agama Jungkook.

"Aku tidak peduli dia tidak beragama." Jimin merengut, makin kusut mukanya.

"Iya, cinta anak muda memang begitu," ucap Pak Hayden. "Serba tidak peduli. Toh prinsip kalian menikah dulu, nanti bencana dibelakang tanggung bersama."

"Aku juga dulu seperti itu." Eddie manggut-manggut. "Aku tidak peduli kaki istriku bau bangkai gagak, nanti setelah kami menikah aku nyaris pingsan menghirup aroma kaki telanjangnya mondar-mandir di seluruh ruangan. Tapi karena kami jodoh, aku terjebak bersamanya, dia pilihanku, aku harus bisa menerimanya, apapun yang dia miliki, entah kaki bau atau kebiasaannya berdandan melebihi durasi tayangan berita."

1001 NightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang