"When you're only 18 and you got nothing to lose
And you're living a dream
With the sand in your shoes
You said: Falling in love is easy to do
It easy to do
Oh, I'm falling for you..."
This Providence - Sand In Your Shoes
*lagu yang lumayan enak didengar, akustik slow, but it matched this chapter perfectly*
.
.
.
.
Seandianya manusia punya tombol switch on dan off di punggung yang bisa dipencet saat momen-momen sial gini. Jimin mau akting pingsan, takut gagal. Mau akting amnesia juga, takut gagal. Pokoknya pisahkan Jimin dari koridor akting sejauh mungkin. Boro-boro akting pingsan, akting ketawa pun dia kurang penjiwaan.
Di sisi lain, Jungkook lagi didorong-dorong sama Avan, dilempari gumpalan tisu sama Ehren, dan disenggol Yoongi di bawah meja pakai ujung sepatu.
Mereka bisik-bisik, cekakak-cekikik, mengirim kode lewat lirikan mata, yang membuat Jimin semakin malu luar biasa.
Yap. Ini tidak bisa dibiarkan.
Cowok-cowok itu mungkin sedang membisikkan sesuatu yang kurang bagus dan bikin Jungkook besar kepala. Just in case itu terjadi, sebaiknya Jimin yang mulai angkat bicara.
"Maaf." Jimin mengacungkan jaket hoodie di tangan kanannya tinggi-tinggi. "Bapak-bapak. Excuse me!"
Keempat-empatnya menoleh serentak.
"Ada yang merasa kangen sama jaket ini? Sori baru sempet ngembaliin sekarang."
"Hoooo... jakeeeethhh..." Avan pasang muka di depan hidung Jungkook. Napasnya otomatis berembus mesra menyapa bulu-bulu hidung Jungkook.
"Jaket." Ehren manggut-manggut. "Jaket, hm?"
"Kalian sudah mulai tukar-tukaran? So sweeet!" goda Avan makin menjadi dan makin nyebelin. "This bastard never share anything to me. Not even his socks." Entah dia sengaja ngomong begitu supaya Jimin terkesan?
"Malas ah, kakimu bau udel bodong firaun," cibir Jungkook.
Avan pasang muka datar, Ehren ngakak sambil menimpuk jidatnya pakai sendok.
"Jangan kelamaan," ucap Yoongi. "Ditungguin tuh."
"Sikat bos!" Avan menyikut lengan Jungkook. "Sikaaaat!"
"Sikat sikat." Jungkook bangkit berdiri. "Sini kugunduli kepalamu. Dasar onta!"
"Nona, kurasa dia lebih merindukanmu ketimbang jaketnya sendiri." Itu kata Ehren.
Mereka ketawa sambil tepuk tangan merayakan Jungkook yang salah tingkah mengantongi rokok dan pemantik dengan gaya orang cupu. Sementara Jimin menunduk dalam-dalam dengan pipi merona merah. Coba lihat, betapa imutnya mereka berdua. Saling malu-malu, saling tidak tega membalas tatapan mata, persis bocah remaja.
Jungkook cuek melangkah diantara paha Avan, dan sambil melangkahi paha, dia tak lupa meninggalkan satu jitakan di kepala Ehren, dan satu lagi di kepala Avan, sementara dua cowok itu ketawa-ketawa laknat.
KAMU SEDANG MEMBACA
1001 Nights
Fanfiction[INI BUKAN REMAKE ALADIN!] Jungkook si IBLIS dari keluarga misterius. Jimin si Gadis biasa-biasa saja dari keluarga wartawan. Mereka bersatu di negeri penuh konflik Timur Tengah dengan cara yang tidak pernah mereka sangka. BTS Jornalist AU! Konflik...