~Happy reading~
.
.
.
31 Oktober 2020
Hai suamiku sayang,
Aku akhirnya paham apa yang sedang kita berdua coba lewati selama tujuh belas tahun perjalanan kita. Kau akan berpikir itu yang akan disadari sendiri oleh seorang wanita dewasa, tapi... kurasa itulah gunanya suami. Untuk menunjukkan apa yang tidak bisa kita lihat sendiri, sekalipun itu butuh waktu tujuh belas tahun.
Wow, tujuh belas tahun? Bisa kau bayangkan!? Gila ya? Aku tidak menyangka kita berhasil sejauh ini! Yeeeey! Ingat tidak, dulu banyak yang meragukan kita. Tapi kau berhasil menunjukkan pada mereka kau suami sekaligus ayah panutan Soobin. Voilaaa!
Kau benar-benar pria paling pintar, mengagumkan, paling lucu yang pernah kukenal. Kau dan selera humormu yang terkadang membuatku pusing. Herannya aku kecanduan dengan humor anehmu. Kau selalu membuatku tertawa tepat pada waktunya.
Oke, sudah cukup, kita akan masuk ke pembahasan serius. Ehem...
Soal ibumu...
Maksudku bukan Nyonya Penyihir yang selalu kau hina di saat-saat kita bosan, yang kau selipkan di momen garing. Ini tentang wanita yang baru-baru ini kudengar kabarnya dari mereka.
Oh iya, ada peraturan yang wajib kau patuhi: Dilarang bertanya.
Bertanya "Siapa": Aku akan memborgolmu di ranjang.
Bertanya "Kenapa": Aku akan melucuti bajumu dengan kasar.
Bertanya "Dimana": Aku akan membuatmu menyesal telah bertanya.
Kalau suamiku sayang sudah mengerti aturan mainnya, tolong lipat surat ini dan turunlah, pasang wajah tampan terbaikmu, angkat dagumu, senyum. Kenakan baju yang telah kusiapkan. Kita akan segera menemui kejutanmu!
Love you <3
.
.
.
Seattle, Washington, US
31 Oktober 1985
Di kejauhan tampak lingkaran-lingkaran cahaya senter dari anak-anak yang membawa keranjang labu dengan mata, hidung, dan mulut, mereka berlari melewati area pemakaman. Tertawa kegirangan.
Angin berembus melalui celah-celah pepohonan gundul. Dahan-dahan bergoyang dan berderak-derak seperti lengan-lengan kurus.
Puluhan anak-anak memenuhi jalan: Vampir, manusia serigala, hantu dan segala macam makhluk-makhluk fiksional yang seperti baru keluar dari buku dongeng. Sesosok hantu berdiri dibawah sorotan cahaya berkilau lampu jalan, anak memakai kostum tulang berkeliaran di tengah bayang-bayang pohon-pohon. Di bawah pohon, di halaman berumput Keluarga Hedgerr, Monter Frankenstein cilik melompat keluar dari persembunyian, terhuyung-huyung ke trotoar dengan gaya jalan yang kaku, bajunya yang robek berkibar tertiup angin, keranjang permennya berayun dari sisi ke sisi. Ada juga badut wara-wiri dengan sepasang sepatu kuning tebal, badut kurus itu melesat melewati si Frankenstein cilik. Topeng Frankensteinnya terbuat dari karton yang dicat, kentara hasil kreasi sendiri, si badut punya hidung merah yang memantulkan cahaya lampu jalan, rambut wig keribo berwarna ungu terayun-ayun setiap kali dia berlari. Jack O' Lantern berjaga di setiap beranda dan tangga rumah-rumah, mata segitiganya yang dicungkil berkelap-kelip mengeluarkan cahaya oranye redup. Angin berembus di sepanjang selokan, meniup daun-daun kering musim gugur.
KAMU SEDANG MEMBACA
1001 Nights
Fanfiction[INI BUKAN REMAKE ALADIN!] Jungkook si IBLIS dari keluarga misterius. Jimin si Gadis biasa-biasa saja dari keluarga wartawan. Mereka bersatu di negeri penuh konflik Timur Tengah dengan cara yang tidak pernah mereka sangka. BTS Jornalist AU! Konflik...