39. Close To You

406 70 37
                                    


"Why do birds suddenly appear

Every time you are near?

Just like me, they long to be

Close to you."

The Carpenters - Close To You

.

.

.

.

Seokjin

Jumat, 20 Juni 2003

Kami berangkat ke rumah orang tua Taehyung di Daegu pukul tujuh keesokan paginya, mengendarai mobil sedan Namjoon, dan tiba sekitar pukul setengah sepuluh.

Aku memandang keluar jendela, pedesaan di luar sana. Tau nggak, aku pernah punya cita-cita tinggal di desa dari kecil, mungkin hidup sebagai petani penanam tomat atau apa. Menurutku kehidupan desa terlihat damai dan bebas dari kerumitan.

"Ke mana sekarang?" Namjoon tolah-toleh saat kami tiba di persimpangan kecil lagi.

"Em, seingatku Taehyung bilang belok kiri di sini."

Ketika mobil itu berbelok, aku mengeluarkan undangan dari tas, memeriksa alamat yang tertera di sana. Biar tidak nyasar ke rumah orang.

Mobil berhenti di depan pagar batu. "Rumahnya yang ini?" tanya Namjoon.

"Ya, ini dia. Masuk saja."

Sebelumnya aku sudah pernah ke rumah Taehyung satu kali, tapi selalu berhasil dibuat terkesan oleh rumah itu. Kami memasuki jalanan lapang dan panjang yang dijajari pepohonan di kiri dan kanan, masuk ke halaman berkerikil yang luas. Rumah Taehyung bertingkat dua, dicat abu-abu, agak kelihatan kuno, dua pilar besar di teras depan, dan tanaman ivy tumbuh menghiasi badan pilar.

"Rumah yang bagus," kata Namjoon saat kami menuju pintu depan.

Aku meraih bel dan menariknya sekali. Lalu mengetuk pintu beberapa kali menggunakan gagang pintu berbentuk bulat, dan ketika tidak ada jawaban juga, aku mendorong pintunya, ternyata tidak dikunci.

"Halooo... permisi? Taehyung?" panggilku mengintip dari pintu. "Permisi? Ada orang?"

Aku melihat ayah Taehyung tertidur pulas depan perapian, mendengkur di kursi berlengan. Jujur, aku agak segan pada ayah Taehyung. Jangan sampai mengganggu dia.

"Taee?" ucapku lebih pelan.

"Eonni?" Suara Taehyung menyambut panggilanku.

Aku melihat ke atas, dan ada Taehyung berdiri di tangga, dalam balutan gaun tartan, rambut hitam panjangnya tergerai di punggungnya, dia senyum gembira.

"Taehyung!" Kuserbu dia lalu kuberi pelukan. Saat aku menjauh, kami berdua sama-sama sumringah. Ya Tuhan, aku kangen padanya, bahkan lebih dari yang aku sadari.

"Naiklah ke kamarku!" ucap Taehyung menarik tanganku. "Sini lihat gaunku!"

"Jimin sama Jungkook mana?" Aku celingukan. "Kau umpetin ya?"

"Belum sampai, terakhir Jimin telpon, katanya masih di jalan."

"Kayaknya cantik deh," ucapku bersemangat. "Di dalam foto kelihatan keren."

1001 NightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang