Soobin and Dad (special chapter)

323 70 30
                                    

Btw aku pernah nulis cerita tentang iblis dan anaknya yang ajaib di ffn dengan cast exo, jadi pengen buat soobin-jungkook juga.

Makasih kemarin yang udah nyempatin diri baca cerita ini dan meninggalkan jejak, nanti bakal kubalas satu-satu kalau laptopku gak hang-hang lagi. Keseeeeel.

Meskipun cuma segelintir aku terharu :')

.

.

.


Soobin

Aku senang bisa membuat ayah dan ibuku akur, duduk bersama membaca jurnal ayahku, dimana kepala ibuku bersandar di pundak ayahku. Ada benteng tak terlihat yang melindungi mereka dari penyusup, lagipula tidak ada juga yang berani mengusik pasangan itu.

Jarang-jarang aku melihat mereka seperti itu, biasanya mereka lebih sering pacaran di kamar. Bikin risih saja! Suarah desahannya, bukan pacarannya yang bikin risih.

Aku malah lebih suka melihat mereka tenang dan damai, saling menguatkan satu sama lain, berbincang-bincang layaknya orang dewasa. Ya kayak gini.

Mungkin karena dua-duanya sudah sama-sama pasrah menerima takdir. Benar-benar ketetapan yang sulit diutak-atik lagi.

Selain itu aku juga senang kekuatanku mengalami kemajuan. Gimana? Keren kan? Berkat latihan intensif yang ayahku paksakan.

Dia ngotot supaya aku tidak ceroboh dan menggunakannya sembarangan.

Kata ayahku: "Kekuatanmu tidak hanya menjawab permintaanmu, tapi juga pikiranmu."

Aku harus menyeimbangkan antara mulut dan pikiran. Atau hasilnya malah kacau.

Latihan kekuatan? Aku sudah tiga kali latihan menggerakkan garpu dan diperlukan tujuh kali tatap muka agar aku bisa memindahkan benda-benda cukup dengan merapal mantra dan berkonsentrasi. Gabungan dari pikiran dan ucapan. Percayalah, itu tidak segampang yang kalian pikirkan. Awalnya aku latihan menggerakkan garpu dengan telunjuk. Menurut ayahku, latihan yang rutin bertujuan agar aku bisa menyalurkan kekuatan ke benda-benda mati dan merubahnya menjadi suatu energi untuk membuat benda itu bergerak, terbang, melayang, berputar. Latihannya sangat rumit. Menguras tenaga, aku benar-benar tidak bisa bangun dan langsung ketiduran. Selain kecapekan, sebagian lagi karena aku malas mendengar ayahku ngoceh tidak habis-habis.

Aku pernah menggabungkan ketiganya sekaligus. Ucapan, pikiran, dan gerakan tangan. Oh iya, di tambah emosi (seperti biasa). Mau tahu apa yang terjadi? Garpu itu melesat terbang dari meja dan menancap kuat di tembok, satu senti dari kepala ayahku. Aku bersyukur cuma kena tembok. Meskipun dia iblis, tapi kasihan juga lihat garpu menancap di jidatnya.

Ssstt.. jangan bilang-bilang ya, aku sebenarnya dilarang pakai kekuatan pemanggil arwah. Dilarang selama-lamanya. Itu sihir berbahaya. Nah yang waktu kapan itu di rumah sakit baru percobaan pertama, menggunakan darahku sebagai perjanjian dengan dunia bawah, sekaligus mengikat kekuatanku dengan mereka agar leluasa meminta bantuan roh-roh. Aku tahu itu salah dan tidak pantas. Kalau ketahuan ayahku di masa depan, habis aku ditembaki di halaman belakang...

Eh... bukan salahku! Salah ayahku kok! Kalau memang dia bermaksud melarangku menggunakan kekuatan pemanggil, kenapa malah cerita? Kenapa dibocorkan? Siapa yang tidak penasaran dan tidak kepengen mencoba?

.

.

.

Tak ada yang pernah menjelaskan padaku soal sekolah sihir atau apalah. Ibuku senang mengalihkan topik setiap kali kutanyai tentang hal-hal klenik.

1001 NightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang