"Namanya Jose."
Aneska menyeruput jus jeruk yang tadi ia pesan tepat setelah minuman mereka datang. Aneska mengangkat wajahnya lalu menatap Brian yang ternyata sejak tadi masih memandanginya. Dia tersenyum, memamerkan eye smile miliknya.
"Dia mantan tunangan saya." lanjut Aneska lagi. Masih dengan senyuman yang tak hilang dari wajahnya. Brian tak habis pikir, bagaimana perempuan itu bisa tersenyum sambil menceritakan masa lalu nya yang pahit?
"Kamu mau denger cerita saya, Bri? Sambil nunggu makanan kita dateng." ucap Aneska lagi.
Brian masih terdiam. Tidak satu pun kata keluar dari mulutnya sejak tadi. Aneska hanya melihatnya maklum. Mungkin Brian agak sedikit terkejut karena Aneska memiliki masalah yang hampir sama dengannya. Dan mungkin Brian masih terheran kenapa Aneska mampu menceritakan hal itu sambil tersenyum dan sangat berbanding terbalik dengannya.
"Saya sama Jose, pacaran dua setengah tahun. Lalu dia ngajak saya nikah dan kami tunangan. Tapi..." Aneska tersenyum kecut. Seperti enggan melanjutkan kisahnya.
"Saya nggak maksa kamu cerita, Neska." ujar Brian.
"Tapi saya mau. Untuk kamu juga."
Brian hanya menatap Aneska lekat lalu Aneska tersenyum lagi dan melanjutkan ceritanya.
🌻🌻🌻
"Ceilah! Yang mau jadi istri orang!" seru Nayla saat menemui Aneska. Mereka janjian untuk bertemu di salah satu café yang ada di salah satu Mall di Jakarta.
Aneska, bukannya senang tapi malah tersenyum tipis. Sang sahabat, Nayla yang menyadari hal itu langsung duduk di depan Aneska dan merubah ekspresi wajahnya menjadi cemas sekaligus ingin tahu.
"Lo kenapa, Nes?" tanya Nayla.
"Ada yang mau gue omongin, Nay. Gue butuh advice lo." jawab Aneska.
Nayla tahu ini ada sangkut pautnya dengan Jose, tunangan Aneska yang sudah ia pacari selama 2,5 tahun ini.
"Jose kenapa?" tanya Nayla lagi.
"Gue nggak tahu." balas Aneska. "Dia berubah, Nay."
"Maksudnya? Berubah gimana, Nes?"
Aneska menggelengkan kepalanya, "Gue nggak tahu... yang jelas, setelah acara tunangan semuanya nggak lagi sama. Dia keliatan enggan bersama gue, Nay. Gue juga tahu, setelah tunangan itu, pasti nggak bakalan sama lagi."
"Kenapa lo mikir gitu?"
"Karena saat tunangan, baik gue maupun Jose nggak ada yang bahagia, Nay."
Jawaban Aneska membuat Nayla terdiam. Setelah dia pikir-pikir, memang acara tunangan itu agak aneh. Ternyata, Aneska pun merasakan hal yang sama. Saat acara tunangan itu, baik Jose maupun Aneska tidak ada yang terlihat senang atau seperti menantikan hal itu. Semuanya terlihat datar.
"Dan sekarang, gue nggak tahu lagi... tiba-tiba dia jarang chat atau ngabarin gue, Nay. Padahal 2 bulan lagi gue nikah sama dia." lanjut Aneska lirih.
"Nes..." Nayla memandang sahabatnya itu sejenak. "Lo harus ngomong sama Jose, Nes. Lo harus tanya dia itu kenapa."
Aneska terdiam untuk beberapa saat lalu berkata, "Gue takut, Nay. Gue takut denger jawaban Jose."
"Nes, ilangin pikiran yang enggak-enggak. Pokoknya lo harus tanya dulu, oke?"
Bahkan Aneska belum sempat bertanya. Chat dari Jose yang tiba-tiba itu sudah menjawab semuanya. Aneska tidak berkutik dan masih terdiam sambil menatap layar ponselnya. Aneska lalu terduduk di atas tempat tidurnya dan segera menelpon Jose. Namun Jose sama sekali mengabaikan teleponnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Met
General Fiction[Completed] Kita bertemu untuk sebuah alasan. Entah itu berupa karunia atau hanya sebagai pelajaran. Ketika kita bertemu, kita saling tahu bahwa kita sama-sama spesial. Aku menganggapmu spesial dan kamu juga. Dari cara kita menatap satu sama lain d...