36 - The Last

2.2K 390 20
                                    

Jerremy bergegas turun dari mobilnya ketika ia tiba di Rumah Cerlia. Lalu ia buru-buru masuk ke dalam Rumah, dan ternyata ada Eric dan Anjani di Ruang Tamu.

"Jani," sapa Jerremy begitu ia sudah masuk. "Lo kapan nyampe?"

"Tadi malem, Jer." balas Anjani.

"Apa bener Rayan udah ditangkep?" tanya Jerremy yang kemudian duduk disebelah Anjani.

Eric yang ditanya mengangguk, "Bener, Jer. Tadi malam, di Kosan sekitaran Tanah Abang."

Jerremy dan Anjani dengan kompak bernafas lega.

"Lo berdua nggak usah khawatir. Gue dan Tim berusaha nyelesaiin masalah ini. Sekarang, kayaknya lo perlu tahu kondisi Cerlia yang makin mengkhawatirkan."

Kali ini, Jerremy dan Anjani saling pandang lalu menatap Eric lagi.

Eric menghelakan nafasnya, "She wished to see Brian,"

"She can't, Eric." balas Jerremy, "Gue nggak bisa biarin dia ngerusak hubungan Brian dan Neska lagi."

"Tapi, Jer, Mungkin Cerlia juga cuma mau minta maaf..." sanggah Anjani.

Jerremy menggelengkan kepalanya. Tak yakin dengan pernyataan Anjani barusan. "Dia sakit, Jani. Pikirannya lagi nggak lurus."

"Justru karena sakit, lo harusnya bisa—"

"Ngertiin dia? Gue nggak bisa ngasihani Cerlia kalo kayak gitu, Jan."

"Guys, guys," Eric pun menengahi. Kedua orang yang barusan bertikai kecil itu pun menoleh padanya. "Gue ngerti. Kalo pun Brian nggak bisa, kita nggak bisa maksain. Gue paham gue orang baru disini, tapi secara garis besar, gue udah tahu masalahnya gimana. Cerlia ceritain semuanya ke gue."

Anjani menatap Eric dengan ragu, "Dia... Ceritain semuanya?"

Eric menganggukkan kepalanya lagi. Anjani tak berbicara apa pun lagi. Tapi diam-diam ia merasa takjub dengan pernyataan Eric barusan. Pasalnya, Cerlia bukan orang yang seperti itu. Mendengar bahwa ia menceritakan semuanya kepada Eric, itu artinya Cerlia sudah mempercayai Eric dengan seratus persen.

Ketiga orang itu kembali terdiam. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Jerremy hanya ingin melindungi sahabatnya, begitu pula dengan Anjani. Ia tidak ingin Cerlia semakin sakit. Kalau pun dibolehkan, Anjani juga ingin mempertemukan Brian dan Cerlia sekali lagi.

Menurutnya, Jika tidak seperti itu, Brian hanya lari dari masalah.

Ketiga orang itu sama-sama menoleh saat sebuah mobil terdengar memasuki pekarangan rumah Cerlia. Tak lama, wajah Brian dan Aneska pun terlihat memasuki Rumah. Jerremy adalah orang yang paling terkejut.

"Bri, Lo ngapain?" tanyanya tanpa basa basi.

"Jer, Nggak apa-apa. Gue mau ketemu sama Cerlia." jawab Brian segera.

Jerremy melirik Aneska yang berdiri disamping sahabatnya itu, "Lo serius? Gimana kalo misalnya keulang lagi, Bri? Lo tuh ya..."

"Jer, nggak apa kok." kali ini, Aneska menyuarakan pendapatnya. Ia menatap Brian dan Jerremy bergantian. "Gue sama Brian udah ngomongin tentang ini. Kali ini, nggak bakalan kenapa-napa."

Jerremy menatap kedua pasangan itu dengan sangsi. Setengah percaya dan setengah tidak. Tapi akhirnya ia menyerah. Ia menghela nafas, menandakan bahwa ia menyerahkan semuanya pada Brian lalu kembali duduk disebelah Anjani.

"Brian, Neska," panggil Anjani. "Makasih ya,"

Brian mengangguk, "Sudah seharusnya, Jan. Gue minta maaf udah bikin temen lo kayak gitu."

When We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang