14 - Love Pressure

3.1K 471 50
                                    

Aneska sibuk menatap layar komputer di mejanya. Tidak terlalu sibuk baginya hingga ia sempat memandangi foto-foto Brian yang ia potret waktu di Bandung kemarin dengan kameranya. Sudah tiga hari, ia dan Brian tidak bertukar kabar. Brian sempat menghubunginya, tapi Aneska terlalu bingung untuk merespon.

"Hmm, bukannya kerja malah liat-liat foto Pacar." Nayla yang tak sengaja lewat dibelakangnya menegur. Dengan cepat, Aneska segera menutup folder memori kameranya dan menoleh. Nayla terkekeh puas.

"Nay! Lo tuh ya!" teriak Aneska kesal.

Nayla masih tertawa puas. Ia senang sekali menjahili Aneska disaat cewek itu sedang kasmaran. Nayla meletakkan make up pouch nya diatas meja lalu duduk disebelah Aneska. "Kalo kangen tuh, telepon duluan dong. Hari gini masih gengsi."

"Siapa juga yang kangen." Aneska mendengus.

"Haduuh, sohib gue manis banget sih, pantesan Brian suka." goda Nayla yang tersenyum usil.

Aneska memutar bola matanya lalu menggeleng pelan. Rasanya terlalu malas berdebat dengan Nayla yang sudah pasti akan selalu ia menangkan.

"Menurut gue, wajar-wajar aja kali Brian tuh cemburu sama Jun." sahut Nayla. "Jun kan cakep, baik banget lagi sama cewek. Gue kalo punya cowok juga pengennya dia cemburu ke Jun."

"Astaga, Nay, lo nih aneh banget ya." Aneska menggelengkan kepalanya. Nayla hanya cengengesan. Tapi, sepertinya dia tidak sedang bercanda.

"Lo inget nggak sih awal ketemu Jun gimana? Gue aja sempat naksir,"

"Lo mah naksir sama semua cowok cakep."

Nayla tertawa lagi dan Aneska tersenyum simpul. Tidak seperti Aneska, Nayla tidak terlalu mencari-cari pendamping hidup. Katanya, kalau ada ya bakalan datang, kalau tidak ya sudah. Menurut Nayla, dia lebih ingin jalan-jalan sendirian atau hanya bersama Aneska, pergi makan dan belanja. Tapi hobinya suka liatin cowok cakep juga, dasar.

"Woi,"

Aneska dan Nayla secara bersamaan menoleh ke pemilik suara yang tak lain adalah Junior. Ia tersenyum menampakkan gigi-gigi rapinya di muka pintu lalu berjalan menghampiri mereka dan duduk di sebelah Nayla.

"Woi, Jun, ngapain lo disini? Kantor lo kan di lantai atas." ujar Nayla dengan sebelah alis yang terangkat.

"Gue ada perlu sama Mbak Najwa. Nggak kerja lo berdua?" balas Junior menatap Aneska dan Nayla bergantian.

"Udah nggak ada yang mau dikerjain, Jun." Aneska terkekeh.

"Mantap! Makan kuy!" ajak Junior.

Aneska mengangkat bahunya dan menatap layar komputer dengan lesu. Melihat itu, Junior jadi menyadari ada yang tidak beres. Junior menatap Nayla ingin tahu.

"Apa, Jun?" tanya Nayla setelah ia tak paham arti tatapan Junior.

"Kenapa tuh temen lo," tanya Junior terang-terangan membuat Aneska tersenyum geli.

"Ini, temen gue, cowoknya cemburu sama lo, Jun."

"NAY!"

Aneska yang tadi masih memasang senyum tidak jelas, langsung berubah seratus derajat ketika Nayla malah dengan jujur menjawab pertanyaan Junior. Nayla memandang Aneska tak bersalah, lalu ia menatap Junior lagi.

"Jadi, Jun, Brian tuh cemburu sama lo." lanjut Nayla.

Aneska memukul pelan keningnya dan sudah sangat menyerah dengan Nayla. Dengan pasrah, ia membiarkan Nayla berbicara ceplas ceplos. Walaupun gitu, Aneska tidak pernah bisa membenci Nayla.

When We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang