Brian kembali lagi ke tempat ini. Farm house. Di tempat ini, ia dan Aneska sama-sama saling bertukar cerita tentang apa yang terjadi dengan mereka.
Brian kembali teringat tentang itu, lalu ia tersenyum. Menurutnya, masih lucu sekali tentang bagaimana ia dan Aneska bertemu. Ia pikir, pertemuan yang seperti itu hanya akan terjadi di film-film saja. Tapi ternyata tidak. Itu terjadi pada dirinya. Tanpa sengaja, ia dan Aneska bertemu. Dan siapa yang tahu, pertemuan itu malah membawa mereka ke hubungan yang sekarang.
"Lo kesini sama Neska?"
Suara Jerremy menyudahi Brian akan ingatannya tentang hari itu. Ia menoleh dan melihat Jerremy yang sedang berdiri disampingnya, sambil melihat Danu dan yang lainnya sedang sibuk mengabadikan diri masing-masing.
"Iya, Jer. Disini untuk pertama kalinya, gue tahu. Neska tuh seneng banget sama fotografi." kata Brian sambil sesekali mengenang kerjadian waktu itu lagi. Lalu, dia terkekeh. "Gue inget banget dulu panggil saya-sayaan sama dia."
Jerremy ikut tertawa, "Untung nggak sayang-sayangan langsung ya."
"Ya kali, Jer." balas Brian.
"Jadi gimana?"
"Apanya, Jer?"
"Lo dan Neska."
Brian terdiam sejenak. Memikirkan hubungannya dan Aneska yang sekarang sedang di awang-awang. Kemudian pria itu menyunggingkan senyum. Sebuah senyuman yang Jerremy tahu apa artinya.
"Gue nggak bakalan nyerah, Jer. Gue nggak bakalan nyerah dan pasrah kayak dulu. Kalo pun misal Neska nolak gue lagi, gue bakalan berjuang."
"Wow, Brian. Is this really you? I mean—Wow." Jerremy tertawa dan Brian ikut menertawai dirinya sendiri.
"Bang Jerre, Bang Brian!"
Brian dan Jerremy sama-sama menoleh ke Arini yang meneriaki nama mereka. Arini melambaikan tangan sambil menunjuk kamera yang ia pegang. Brian dan Jerremy saling pandang lalu sama-sama menghampiri rekan kerja mereka yang sejak tadi sibuk mengambil gambar.
"Terus, siapa yang fotoin?" sahut Bella sambil menatap Arini yang berdiri di depan sambil memegang kameranya.
"Minta tolong aja tuh. Tuh ada orang dibelakang lo." Danu menyahut sambil menunjuk seseorang itu dengan dagunya.
Setelah meminta tolong untuk mengambil gambar mereka, mereka kembali berpencar untuk melihat-lihat tempat yang bagus untuk berfoto. Sementara Brian dia lebih memilih untuk bergabung bersama Satria yang memilih untuk duduk-duduk saja. Lelah, katanya. Lalu Jerremy memilih bergabung bersama tim yang suka berfoto.
"Sehat lo?" tanya Satria tiba-tiba pada Brian yang duduk disebelahnya.
"Hah? Gue nggak sakit tuh." balas Brian.
Satria terkekeh, "Akhir-akhir ini lo kayak banyak masalah. Semua orang khawatirin lo."
"Thanks, maaf gue nggak professional." kata Brian lagi dengan tersenyum kecut.
"Nggak ah, siapa bilang? Kerjaan lo masih bagus. Tapi, emang ketara banget sih. Muka lo kusut mulu, Bri."
"Tapi gue yakin gue tetep cakep, Sat."
Satria langsung memasang wajah keki begitu mendengar ucapan Brian. Brian hanya tertawa.
"Kalo lo udah ngomong gitu berarti lo udah balik lagi." ujar Satria.
"Gue juga capek sih sedih-sedih mulu. Lemah amat gue."
Brian tidak bercanda saat ia mengatakan itu kepada Satria. Brian tidak mau sedih-sedih lagi dan terlalu stres dengan masalahnya. Setelah ini, ia akan menyelesaikan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Met
Fiksi Umum[Completed] Kita bertemu untuk sebuah alasan. Entah itu berupa karunia atau hanya sebagai pelajaran. Ketika kita bertemu, kita saling tahu bahwa kita sama-sama spesial. Aku menganggapmu spesial dan kamu juga. Dari cara kita menatap satu sama lain d...