13 - Then, What are we?

3.2K 479 28
                                    

"Sepi banget ya, nggak ada bang Jerre sama bang Satria." sahut Danu setelah meregangkan kedua lengannya karena sudah letih bekerja.

Brian tidak menyahut, ia melakukan hal yang sama dengan apa yang Danu lakukan. Jam sudah menunjukkan waktu untuk istirahat makan siang. Brian menoleh ke arah meja Stella yang kosong dan teringat menitipkan sesuatu sebelum Stella berangkat ke Korea Selatan bersama Satria dan Jerremy.

"Ngopi yuk, bang Bri." ajak Wirga yang sudah berdiri didepan meja Brian.

"Eh, di deket sini ada kedai kopi baru buka tuh, kesana yuk?" timpal Danu. Brian hanya mengangguk pelan, karena ia sudah mengantuk juga.

Coffee Shop yang dimaksud oleh Danu ternyata tidak begitu jauh dari kantor mereka. Dalam jarak lima menit, ketiga orang itu sudah sampai disana.

"Eh, eh, Bang, Bri!" panggil Danu menghentikan Brian melihat-lihat buku menu yang tadi diberikan oleh pelayan kafe. Entah kenapa, Danu terlihat tidak sabar ingin memberitahu sesuatu.

"Tau nggak, minggu kemarin, Bang Jerre—" belum selesai Danu mengatakan kalimat yang akan ia sampaikan, Wirga sudah keburu menyikut lengan Danu dan membuat Danu teringat bahwa ia sudah berjanji kepada Jerremy, untuk tidak bicara yang bukan-bukan terhadap Satria, apalagi Brian.

Dahi Brian kemudian berkerut, memandang Danu dan Wirga dengan bingung secara bergantian. "Apaan? Gitu ya, rahasiaan."

"Nggak jadi, Bang." ucap Danu, "Nanti gue dimarahin Bang Jerremy."

"Nu!" tukas Wirga.

"Kenapa Jerre?" tanya Brian lagi.

"Nggak ada, Bang Bri. Santuy." timpal Wirga lalu dengan cepat menghindari tatapan Brian. "Eh, pesen ini aja kali ya? Mau cemilan apa nasi nih?"

"Bang Jerre kemarin jalan sama Nayla!" tiba-tiba, Danu berbicara dengan cepat, membuat Wirga memandangnya tak percaya. Cowok ini benar-benar tidak bisa menjaga rahasia.

"Hah? Nayla? Nayla temennya Neska?" tanya Brian yang kali ini sudah memandang Wirga dan Danu ingin tahu.

"Sori, Bang Wir, gue nggak bisa rahasiaan sama Bang Brian." Danu menepuk pelan bahu Wirga yang duduk disebelahnya. Ia lalu memandang Brian lagi dengan semangat dan mengangguk. "Iya, Bang. Kemarin gue sama Wirga nggak sengaja ketemu. Tapi kata Bang Jerre, temenan aja sih. Tapi, masa iya sih temenan doang."

"Lah, emang kenapa kalo temenan?" sanggah Wirga merasa tak terima dengan ucapan Danu barusan.

Danu berdecak, "Mana ada cowok sama cewek temenan jalannya berdua doang."

"Siapa bilang?" tanya Wirga lagi sangsi. "Ada kali,"

"Siapa?" tanya Danu.

"Tuh, Bang Jerre sama Nayla." jawab Wirga.

Danu menggeleng, merasa bahwa argumennya tetap benar. Ia menoleh lagi pada Brian, "Menurut lo gimana Bang?"

Brian mendesah, "Nggak tau sih. Gue malah nggak tahu tuh kalo Jerre sering main sama Nayla. Mereka pertama ketemu waktu dinikahan Cerlia. Secara kebetulan banget, nikahan Cerlia sama mantannya Neska tuh satu hotel beda gedung."

"Wow!" seru Danu. "Ada ya kayak gitu. Gue pikir difilm aja." dan Wirga mengangguk-angguk setuju.

Brian terkekeh. Ia lalu memanggil seorang pelayan untuk mencatat pesanan mereka. Siang ini, Brian merasa ia lebih mengantuk dari hari biasanya. Ia bersandar di sofa kafe dan memejamkan matanya sebentar. Sayup-sayup, ia mendengar Wirga dan Danu masih heboh bercerita dan sekali-kali ia tersenyum dengan mata tertutup mendengarkan cerita mereka.

When We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang