Saat pertemuan Brian dan Aneska pertama kali itu, Brian benar-benar tidak mengharapkan apa-apa.
Saat melihat Aneska terpeleset, ia hanya benar-benar ingin menolong perempuan itu dan tidak lebih.
Tapi, siapa yang sangka? Setelah menerima tawaran makan malam Aneska yang merasa berhutang budi, membawa Brian ke pernikahan yang sesungguhnya.
Tak ada lagi yang ditinggal. Baik itu untuk Brian, atau pun Aneska.
"Udah dong jangan nangis mulu, sayang."
Dengan mata yang memerah, hidung agak sedikit tersumbat, Nayla mengangkat pandangannya ke Satria yang berdiri disampingnya.
Bagaimana Nayla bisa berhenti menangis? Melihat Aneska berdiri di pelaminan sana, mengenakan gaun kebaya berwarna putih dan ia sedang tersenyum lebar, bahagia. Nayla tidak bisa berhenti menangis.
"Nay, please, sumpah lu jelek banget."
Sekarang Nayla malah menatap Jerremy yang tiba-tiba saja berdiri disampingnya bersama Anjani. "Bawel lo, Jerre! Mentang-mentang lagi kasmaran!" tukas Nayla dengan kesal.
Jerremy hanya berdeham. Anjani tertawa kecil melihat betapa merahnya telinga Jerremy. Jerremy tidak marah tiap kali Nayla mengejeknya karena hubungan barunya dengan Anjani. Tapi tetap saja, cowok itu malu.
"Ra! Kan gue bilang makannya ntar aja! Kita mau foto ini!"
Keempat orang itu lalu sama-sama menoleh ke asal suara yang tidak asing. Disana ada Danu dan Hara yang terlihat sedang berargumen. Kelihatan jelas sekali dari raut wajah Hara yang bisa meledak kapan saja.
"Bawel amat sih lo, anak Bunda! Gue tuh laper nggak sempat sarapan karena lo jemputnya buru-buru! Gue makan dikit aja udah bawel lo!"
"Eh biar ntar difoto lo tuh nggak gendut-gendut amat!"
"APA LO BILANG?!"
Jerremy menggelengkan kepalanya. "Emang bener ya. Manisnya hanya diawal."
"Gue bingung sebenernya hubungannya mereka tuh kayak gimana sih..." gumam Satria.
"Haduh, kayak gue dong sama Mas Satria, mana pernah ribut-ribut kayak begitu. Bikin malu deh." komentar Nayla.
Jerremy menatapnya sangsi. "Yakin lo nggak pernah ribut?"
"Eh, Jer, lo juga tuh awas aja ya kalo manis diawal doang ke Jani. Gue hajar lo." ujar Nayla dengan menatap Jerremy sengit.
"Makasih lho, Nay." sahut Anjani.
Nayla lalu terkekeh. "Gila sih, sebenernya Jani tuh kecantikan buat lo, Jer."
"Sat! Lo nggak mau mikir ulang apa buat nikahan nih cewek! Bawel banget astaga."
Anjani menggelengkan kepalanya. Bagi Anjani, bukan hal yang asing lagi melihat Jerremy dan Nayla yang bertengkar. Diantara ramainya tamu undangan, belum lagi mendengar Jerremy dan Nayla yang sekarang masih sibuk berargumen, Anjani menyunggingkan senyumnya saat mendapati Wirga sedang bersama Isha.
"Kalo yang itu, manis banget." ujar Anjani tiba-tiba, membuat Satria, Jerremy dan Nayla berhenti mengejek dan dengan kompak menoleh.
Nayla pun ikut tersenyum, "Isha tuh manis banget ya. Kalo gue jadi Wirga sih, gue juga bakalan sayang. Pengen ngelindungin."
"Kamu cantik." kata Wirga sambil memperagakan bahasa isyarat yang sudah ia pelajari dan sekarang sudah lumayan mahir.
Pipi Isha langsung memerah saat mendengar pujian dari Wirga lagi. Tangan Isha bergerak cepat dengan wajah yang kesal dan membuat Wirga tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Met
Fiksi Umum[Completed] Kita bertemu untuk sebuah alasan. Entah itu berupa karunia atau hanya sebagai pelajaran. Ketika kita bertemu, kita saling tahu bahwa kita sama-sama spesial. Aku menganggapmu spesial dan kamu juga. Dari cara kita menatap satu sama lain d...