"HAH?! LO DI JEMPUT BRIAN?!" teriak Nayla tiba-tiba membuat mata Aneska hampir keluar. Ia langsung menutup mulut cewek itu dengan kedua tangannya begitu menyadari beberapa rekan kerja yang langsung menoleh ke arah mereka.
"Lo tuh ya!" desis Aneska yang dibalas dengan cengiran dari Nayla.
Nayla menurunkan tangan Aneska dan balas berbisik, "Tapi, serius? Lo dijemput? Nge date dong."
Aneska tertawa lalu memasukkan beberapa kertas ke dalam laji mejanya, "Date? Enggak lah, nggak gitu, Nay."
"Lah, terus?" tanya Nayla yang sudah menyandang tasnya. Dahinya berkerut memandangi Aneska.
Aneska menutup tas berwarna krem miliknya lalu menatap Nayla, "Nggak tau."
"Ih!" geram Nayla lalu mengikuti Aneska yang sudah berjalan lebih dulu darinya. Mereka sama-sama memasuki lift yang sore itu sudah dipenuhi beberapa karyawan yang akan pulang.
Aneska tersenyum, "Gue masih bingung."
"Bingung kenapa sih, Nes? Udah jelas banget dia suka sama lo." sanggah Nayla.
"Terlalu cepat, Nayla." balas Aneska dengan mata yang tak lepas dari angka yang ditujukan pada lift.
"Nes, gue gemes banget deh sama lo." ujar Nayla, "Pokoknya, lo jalanin aja. Gue tau, lo juga suka sama Brian. Iya kan?"
Aneska tidak menjawab. Ia hanya diam sampai denting lift membuat mereka bergerak lagi untuk keluar dari lift dan berjalan keluar kantor.
"Nes, iya kan?" tanya Nayla sekali lagi.
"Nay, gue—"
"Hoi!"
Baik Aneska dan Nayla sama-sama menoleh ketika seseorang seperti meneriaki mereka. Seperti lupa akan investigasinya terhadap Aneska, senyum Nayla merekah begitu melihat pria itu.
"Woi! Jun!" seru Nayla sambil menepuk lengannya ketika Junior, salah satu rekan kerja mereka datang menghampiri.
Junior menyengir lebar, "Apa kabar lo berdua?"
"Kapan balik, Jun?" tanya Aneska sambil melempar senyum.
"Pagi ini, Nes." jawab Junior balik tersenyum.
"Lo balik nggak ngabarin kita, nih... kirain betah banget di Jepang." sahut Nayla. Junior adalah rekan kerja mereka yang beda divisi. Junior seorang Fotografer yang tiga bulan lalu diutus untuk ke Jepang. "Kenapa nggak bilang sih kalo udah balik?"
"Biar surprise." balas Junior, lalu matanya tertuju pada Aneska, "Nes, lo udah baikan, kan?"
"Udah, Jun. Tenang,"
Junior tersenyum simpul lagi. Tangannya tergerak untuk mengacak rambut Aneska. Lalu ia mengacak rambut Nayla. Hal itu sudah biasa dilakukannya pada Aneska maupun Nayla. Junior adalah cowok yang sebaik itu.
Tiba-tiba, suara deruman motor mengagetkan mereka. Sontak, mereka kompak menoleh ke asal suara. Brian membuka helmnya dengan wajah yang datar. Aneska mengerjap, sementara Nayla terlihat kelewat semangat.
Brian tidak turun dari motornya. Ia hanya menatap lurus dan itu membuat Aneska bingung. Aneska kemudian menghampirinya.
"Bri?" sapa Aneska sambil menatap wajah Brian dengan teliti, "Dari tadi apa gimana?"
"Nggak tau." balasnya singkat lalu memberikan sebuah helm untuk Aneska. Aneska mengambil helm itu dengan bingung.
Brian melepas helmnya dan tersenyum pada Nayla, "Hai, Nayla."
"Hai, Brian!" sapa Nayla balik sambil melambaikan tangannya. "Titip Aneska ya, Bri!"
Brian tergelak, "Pasti, Nay."
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Met
Fiction générale[Completed] Kita bertemu untuk sebuah alasan. Entah itu berupa karunia atau hanya sebagai pelajaran. Ketika kita bertemu, kita saling tahu bahwa kita sama-sama spesial. Aku menganggapmu spesial dan kamu juga. Dari cara kita menatap satu sama lain d...