"Gimana kalo beneran, ya?"
"Apanya, Nes?"
Malamnya, Aneska dan Brian sedang menikmati eskrim di Cihampelas Walk Bandung. Sambil memegang es krim miliknya, Aneska terpaku. Menatap kosong ke arah depannya, tempat orang berlalu lalang. Sedangkan Brian, duduk disampingnya sambil sibuk menghabiskan es krim. Setelah beberapa hari di Bandung, baru hari ini nafsu makannya kembali. Maksudnya, sejak ia ditinggal oleh Cerlia.
Aneska menoleh pelan ke Brian, dahinya mengernyit, dan matanya terlihat khawatir. "Kalo Jose beneran sama Cerlia."
Brian tertawa, "Kok mikirin itu sih?"
"Lucu aja gitu..." bisik Aneska sambil kembali menjilati es krimnya.
Brian yang sudah menghabiskan es krimnya, lalu merogoh ponsel yang ada di saku jaket. Jarinya dengan cepat membuka aplikasi Instagram, lalu membuka bagian searching, tapi tiba-tiba tangan cowok itu berhenti.
"Kok berhenti? Lanjut, buruan." suruh Aneska yang ternyata sejak tadi memperhatikan Brian.
Brian menatapnya dengan ragu, "Nggak ah, Nes. Males kalo harus liat dari ig Cerlia. Kamu aja, buka ig nya Jose."
"Nggak mau ah, Bri! Saya takut, nanti ke-like."
"Sama."
Brian terkekeh setelah mendengar jawabannya sendiri. Mau tak mau, Aneska juga ikut tertawa. Kalau dipikir-pikir, sejak mengenal satu sama lain, mungkin sudah tidak terhitung berapa banyak mereka tertawa.
"Ya udah, gini aja." ujar Brian, "Kita liat instagramnya Jose pakai hp saya, biar nggak ketahuan."
Aneska mengangguk setuju.
"Nama Jose siapa, Nes?"
"Pradipta Josevin." jawab Aneska.
Brian lalu tidak membalas lagi. Jarinya sudah bergerak cepat untuk mencari Instagram milik Jose. Dalam hati berharap, orang yang akan di nikahi Cerlia nanti bukan Jose, mantan tunangan Aneska.
"Gimana, Bri?" tanya Aneska dengan wajah yang sedikit cemas.
Brian tiba-tiba menghela nafas lega. Cowok itu menoleh ke Aneska dan tersenyum lebar. Lalu ia menunjukkan layar ponselnya pada Aneska. Disana, terlihat foto pre-wedding Jose dengan seorang Cewek. Tentu saja dengan caption panjang dan tidak lupa emoticon love berwarna merah.
"Ini bukan Cerlia." sahut Brian kemudian menghilangkan foto itu dari pandangan Aneska. Lalu Brian menatap foto itu lagi, "Namanya Davina."
Diamnya Aneska membuat Brian menoleh padanya. Aneska kini sudah menatap kosong lantai yang ada di bawah mereka. Hidungnya memerah. Matanya sudah berair. Ternyata, Aneska tidak setegar kelihatannya.
Kali ini, Brian yang memandangnya maklum. Disaat Brian sudah lega dan mulai agak merelakan Cerlia, Aneska malah teringat lagi. Brian menepuk pelan pundak kecil Aneska, membuat air mata cewek itu jatuh. Matanya sudah tidak kuat lagi menahan air matanya.
-ooo-
"Tadi, es krim saya belum habis, Bri... malah jatuh." ucap Aneska saat Brian memarkirkan mobilnya di basement hotel.
"Hahaha, besok-besok kita beli lagi ya." balas Brian.
Mendengar perkataan Brian, Aneska yang tadinya bersandar langsung menegakkan punggungnya, "Besok-besok? Kan besok kita udah balik ke Jakarta, Bri..."
"Emangnya kamu udah nggak mau ketemu saya lagi, Nes?"
"Di Jakarta?"
Brian tersenyum, "Iyalah, masa di Bandung."
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Met
General Fiction[Completed] Kita bertemu untuk sebuah alasan. Entah itu berupa karunia atau hanya sebagai pelajaran. Ketika kita bertemu, kita saling tahu bahwa kita sama-sama spesial. Aku menganggapmu spesial dan kamu juga. Dari cara kita menatap satu sama lain d...