"Lo kenapa, Nes?"
Aneska mengangkat wajahnya ketika mendengar suara Nayla datang menghampiri. Gadis itu baru saja selesai bertemu klien diluar kantor.
"Nggak kenapa-napa, Nay." balas Aneska yang kembali menatap layar komputer.
Nayla memperhatikan Aneska dengan seksama. Tentu saja, Aneska sedang berbohong padanya dan Nayla tahu. Sudah dua hari ini, sikap Aneska sedikit berbeda. Ia sering kali melamun dan tidak nyambung jika diajak bicara.
"Beneran?" tanya Nayla sekali lagi untuk memastikan.
Aneska hanya menganggukkan kepalanya. Setelah saling berdiaman untuk beberapa saat, Aneska pamit untuk kembali ke ruangannya dan meninggalkan Nayla sendiri di ruang istirahat kantor.
"Jelas banget kenapa-napanya," gumam Nayla. Tapi, Nayla tidak mau terlalu ikut campur dengan masalah Aneska. Ia akan menunggu sampai Aneska sendiri yang bercerita kepadanya.
"Nay," Junior memasuki ruangan dan kemudian duduk disebelah Nayla. "Tadi gue pas-pasan sama Neska. Dia kenapa, Nay?"
"Salah orang kalo lo nanya," jawab Nayla segera. "Gue juga nggak tau."
"Tumben lo nggak tau?" tanya Junior tidak percaya.
"Beneran, gue nggak tau. Gue nggak mau terlalu ikut campur kalo pun dia beneran ada masalah sama Brian, Jun."
Junior tidak merespon tapi diam-diam dia menyetujui perkataan Nayla. Nayla menghela nafasnya lalu menyenderkan kepalanya ke pundak Junior dan memejamkan mata.
"Kata siapa lo boleh nyender-nyender." sahut Junior seraya menolak kepala Nayla dengan jahil.
Nayla mendongakkan wajahnya dan memukul pundak pria itu. "Sombong banget lo, Joms!"
"Elah, Jomblo teriak jomblo!"
-ooo-
Sudah sekitar sepuluh menit, Brian hanya memandangi ponselnya diatas meja. Brian tidak tahu harus bagaimana. Setelah malam itu, Aneska agak berubah.
"Neska marah?"
Brian mengangkat kepalanya saat Jerremy berdiri didepan mejanya. Brian menggelengkan kepalanya, "Gue nggak tau. Tapi, dia jadi... gimana ya, nggak tau. Gue bingung."
Jerremy hanya memandangi Brian sejenak dengan tangan yang tersimpan dikedua saku celananya. "Makanya gue bilang bad idea banget lo ajak Neska ke rumah Cerlia."
Brian sudah mendengar kata itu keluar dari mulut Jerremy mungkin sekitar dua puluh kali. Tapi itu bukan salah Jerremy. Brian tahu Jerremy kesal padanya. Padahal niat Brian membawa Aneska kesana adalah untuk memberi tahu Cerlia atau keluarga Cerlia bahwa Brian tidak mau lagi Cerlia bergantung padanya.
Tapi ternyata ia salah, semua terjadi diluar kehendaknya. Brian mengacak rambutnya dengan frustasi, "Cewek tuh ribet banget sih, gue pusing."
"I know, Man." sahut Jerremy sambil tersenyum kecil.
-ooo-
Aneska tidak marah kepada Brian. Sejak tadi masih di Kantor, Aneska terus memikirkan ini. Sampai-sampai ajakan Nayla untuk pulang bersama diabaikannya dan lebih memilih pulang dengan ojek online. Selama perjalanan pun, Aneska banya diam walau sang supir sudah basa-basa bertanya.
Aneska bukannya marah. Ia merasa dirinya tidak tepat untuk Brian. Ia merasa bahwa disudut hati Brian yang tidak ia ketahui, Brian masih peduli dengan Cerlia. Enam tahun bersama, itu bukan waktu yang singkat. Aneska merasa ia hanyalah orang baru yang harusnya memberi kesempatan lagi untuk mereka berdua. Aneska benar-benar tidak yakin dengan apa yang ia pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Met
Narrativa generale[Completed] Kita bertemu untuk sebuah alasan. Entah itu berupa karunia atau hanya sebagai pelajaran. Ketika kita bertemu, kita saling tahu bahwa kita sama-sama spesial. Aku menganggapmu spesial dan kamu juga. Dari cara kita menatap satu sama lain d...