43 - Beautiful Feeling

2.5K 377 31
                                    

Aneska sedang dihotel bersama dengan Mama Brian, membantu wanita berusia empat puluhan lebih itu untuk merapikan barang-barangnya. Sore ini, kedua orang tua Brian akan kembali ke Kanada.

"Nanti kalo tanggalnya sudah pasti untuk lamaran, Mama bakalan kesini lagi sama Papa." ujar Mama Brian sembari melipat baju-bajunya dan dimasukkan ke dalam koper berukuran sedang.

"Coba aja kalo Kanada itu deket ya, Ma." timpal Aneska membuat Mama Brian tersenyum.

"Kalo bisa pun, Mama mau lama-lama disini, Neska. Tapi kerjaan Papa nggak bisa ditinggal." balas Mama Brian lagi.

Aneska menghela nafasnya. Selama seminggu Mama Brian di Jakarta, ia sudah sangat dekat dengan wanita itu. Tapi dibanding Aneska, Brian pasti akan sangat merindukan kedua orang tuanya.

"Bapak kamu udah sehat-sehat aja kan, Nes?" tanya Mama Brian.

"Udah, Ma. Minggu depan mau ke Jakarta."

"Waduh, sayang sekali Mama nggak bisa ketemu."

"Tapi, Mama kan udah ketemu sama Eyang. Nggak apa-apa kok."

Mama Brian terkekeh, "Iya ya."

Aneska kembali menyusun barang-barang yang akan Mama Brian bawa pulang. Bahkan Aneska terlihat lebih serius dan memastikan barang-barangnya dibanding Mama Brian sendiri. Melihat itu, Mama tersenyum tipis dan meletakkan pakaian yang sudah selesai ia lipat.

"Neska," panggil Mama pelan.

Aneska mengangkat wajahnya dan menoleh untuk menatap Mama. Mama kemudian mendekatinya dan mengambil tangan Aneska.

"Neska, kamu baik-baik ya sama Brian. Tolong jaga Brian." ucap Mama dengan lembut. Ada sedikit jeda sebelum akhirnya Mama menarik nafas dan kembali berbicara. "Mama pikir, Brian agak trauma dan nggak bakalan secepat ini temuin pengganti Cerlia. Ternyata, Mama salah."

"Ma..."

"Kalo Brian jahatin kamu atau bikin kamu nangis, kamu harus segera bilang ke Mama ya, Nes. Apa pun itu." lanjut Mama.

Melihat seriusnya wajah Mama berbicara, Aneska agak lama merespon sebelum akhirnya mengangguk dan tersenyum. "Terima kasih, Neska. Kamu tempat Brian pulang sekarang. Kamu rumahnya."

Aneska menggelengkan kepalanya, "Tempat Brian pulang ya tetep Mama. Mama kan Ibunya Brian."

Mama kembali tersenyum lembut. Ia menatap Aneska dengan penuh kasih sayang lalu mengelus pelan rambut Aneska dan mendekapnya ke dalam sebuah pelukan hangat.

"Mama bener-bener bersyukur Brian ketemu kamu, dan punya temen-temen yang baik."

"Berarti aku boleh sering-sering nelepon Mama kan?"

Mama Brian lalu melepaskan pelukannya dan menatap Aneska dengan serius. "Ya tentu aja boleh dong. Kamu udah jadi anak Mama."

"Tapi, maaf aku nggak bisa ikut anter Mama ke Bandara... Aku ada acara di Kantor." ujar Aneska dengan wajah sedih.

"Sabtu gini?"

Aneska menganggukkan kepalanya. "Hari ini ulang tahun Kantor, Ma."

"Ya udah, nggak apa-apa. Yang penting sekarang Mama udah lihat kamu." balas Mama. "Yuk bantuin Mama lagi, Nes. Aduh mama pusing kemarin kok belanja banyak ya."

Aneska mengedarkan pandangannya dan menatap satu persatu barang-barang Mama yang dibeli selama di Jakarta. Melihat itu, Aneska hanya tertawa renyah lalu kembali membantunya untuk beres-beres.

"Ngomong-ngomong, Brian sama Papa lama ya, Ma."

"Iya, Neska. Ya mungkin mau boys time dulu."

When We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang