Hari ini hari sabtu. Aneska sedang berbelanja di supermarket. Ketika menelepon Brian pagi ini, suara cowok itu terdengar serak dan nyaris berbisik ketika berbicara. Aneska semakin khawatir dengan kondisinya dan memutuskan untuk memasakkan sesuatu yang sehat.
"Terus ntar gue nemenin lo ke kosannya gitu?"
Tentu dia tidak sendirian. Nayla, sebagai pendukung nomor satu hubungannya dengan Brian, turut hadir siang itu.
Aneska tertawa kecil tanpa menoleh pada sahabatnya. Ia sibuk memilih sayuran yang pas, sementara Nayla berdiri dibelakangnya, mendorong troli.
"Lagian, dia kenapa sih, Nes? Lo nggak cerita." ujar Nayla lagi, yang kali ini membuat Aneska menoleh setelah memasukkan belanjaannya ke dalam troli.
"Dia demam, Nay. Kayaknya, kecapekan dan setres juga. Kerjaannya banyak." jawab Aneska.
"Masalahnya juga?" tanya Nayla. "Gue tau ada yang belum lo ceritain ke gue kan, Nes?"
Aneska terdiam sebentar, memikirkan perkataan Nayla baik-baik. Aneska bukannya tidak mau bercerita tentang masalah Brian pada Nayla, tapi ia tahu bagaimana watak Nayla. Aneska takut, Nayla akan keras dan malah akan salah paham kepada Brian. Padahal Aneska sendiri memilih untuk mempercayai Brian.
"Jadi?" ucap Nayla menyadarkan Aneska dari lamunannya. Aneska hanya menyengir dan tetap tidak menjawab.
Nayla menggelengkan kepalanya, memilih untuk tidak mau bertanya lagi sambil tetap mendorong troli.
"Jan, bikinin gue spaghetti dong,"
Nayla berhenti mendorong benda itu ketika ia merasa mendengar suara Jerremy. Nayla perlahan memutar tubuhnya dan mendapati Jerremy juga sedang mendorong troli bersama seorang perempuan disebelahnya.
"Jerre!" suara Nayla membuat Jerremy mendongakkan kepalanya lalu menyambut senyuman Nayla dengan sebuah senyuman juga. "Ih! Nggak nyangka ketemu disin!"
"Nay, apa kabar?" tanya Jerre setelah bersalaman dengan Nayla. "Sendiri lo?"
"Sama Neska," jawab Nayla sambil melihat ke Aneska yang sekarang sudah berjalan menghampiri mereka.
"Halo, Jerre." sapa Aneska sambil sedikit menundukkan kepalanya.
"Hai, Neska." sapa Jerremy kembali.
Nayla lalu mendapati Anjani yang sedang berdiri dibelakang Jerremy sembari memperhatikan mereka sejak tadi.
"Ooooh, ini yang namanya Ica Ica itu, Jer?" tanya Nayla heboh sendiri, walau ia tak yakin bahwa tadi Jerremy menyebutnya Ica.
Anjani menyengir kaku sambil menoleh pada Jerremy. Jerremy sendiri terkekeh, "Bukan, Nayla. Ini Anjani. Jani, ini Nayla, dan yang itu Neska."
"Anjani," ujar Anjani pelan. Aneska dan Nayla mengangguk-angguk.
Aneska teringat saat Brian pernah menyebut nama perempuan yang ada didepannya sekarang ini. Aneska tahu bahwa saat melihat Jerremy di Dine In, ada Anjani disana. Dan Aneska tahu bagaimana hubungan mereka berdua, walau ia tak tahu persis tentunya.
"Sori, gue pikir lo Ica Ica yang dia bucinin." ucap Nayla lagi.
Anjani menoleh pada Jerremy dan tersenyum dengan garing, "Ica. Bukan, gue bukan dia."
Melihat senyum Anjani yang seperti itu, Aneska seperti mengerti apa maksud senyumannya. Walaupun Aneska tidak tahu siapa itu Ica, tapi Aneska tahu bahwa tidak ada tempat lagi dihati Jerremy untuk Anjani.
"Kalian lagi belanja?" tanya Jerremy.
"Neska mau masak buat Brian. Lagi sakit si Brian, kan?" balas Nayla.
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Met
General Fiction[Completed] Kita bertemu untuk sebuah alasan. Entah itu berupa karunia atau hanya sebagai pelajaran. Ketika kita bertemu, kita saling tahu bahwa kita sama-sama spesial. Aku menganggapmu spesial dan kamu juga. Dari cara kita menatap satu sama lain d...