Aneska tidak pernah merasa paginya sebagus ini. Hari ini, adalah hari terakhir ia di Bandung. Aneska sudah tidak sabar untuk memulai hari bersama Brian lagi. Baginya, Brian bukanlah seseorang yang akan membantunya untuk melupakan Jose. Baginya, Brian adalah seorang teman, teman baru yang menyenangkan. Oh dan jangan lupa, Brian adalah penyelamat hidupnya.
Aneska melangkah kakinya keluar dari Lift. Orang yang pertama kali ia lihat adalah, tentu saja, Brianda Verdianto yang pagi itu ketampanannya bertambah berkali-kali lipat. Brian memakai jaket kulit berwarna hitam dan kaos yang juga berwarna hitam. Aneska dapat melihat beberapa pegawai hotel yang lewat, sekali-kali melirik Brian.
Brian kemudian menyadari sepasang mata yang mengawasinya sejak semenit yang lalu. Pria itu mengangkat wajahnya dan menoleh, lalu melempar senyuman manis untuk Aneska. Mungkin, orang-orang bisa salah paham dengan hubungan mereka. Tapi saat ini, mereka hanya berteman, dan tidak lebih dari itu.
"Aneh." kata Brian saat ia bangkit dari duduknya dan mendatangi Aneska yang tidak beranjak dari tempatnya berdiri.
Aneska mengedipkan matanya berkali-kali setelah Brian mengucapkan hal itu, "Aneh kenapa?"
"Kok saya seneng banget ya liat kamu pagi ini, Nes?" ujar Brian.
Aneska terdiam. Tidak, jantungnya saat ini biasa saja dan tidak berdebar. Sedetik kemudian, gadis itu tertawa dan Brian pun ikut tertawa bersamanya.
"Saya juga lho, Bri. Padahal ini hari terakhir di Bandung. Besok udah kerja lagi deh." Aneska menghela nafasnya lalu mulai berjalan pelan diikuti oleh Brian yang bergerak disampingnya.
Brian hanya menatap Aneska dalam diam. Setelah dipikir-pikir, yang ia tahu soal Aneska hanyalah seorang perempuan tegar yang sedang mencoba untuk melupakan kenangan. Selain itu, ia sama sekali tak tahu apa-apa. Baik soal umurnya maupun pekerjaan.
"Kamu kerja dimana, Nes?" tanya Brian sambil menekan tombol yang ada di kunci mobilnya. Mobil berwarna hitam itu pun berbunyi, bahwa mobil itu sudah tidak terkunci lagi.
"Saya kerja di salah satu penerbit, Bri. Sebagai Editor." jawab Aneska lalu menoleh cepat ke Brian, "Kamu sendiri?"
"Saya Business Development, di salah satu perusahaan Korea Selatan, Nes." balas Brian.
Aneska mengangguk paham lalu mereka berdua masuk ke mobil.
Sambil memasang sabuk pengaman sementara Brian masih memanaskan mobilnya, Aneska bertanya, "Kamu pulang ke Jakarta kapan, Bri?"
"Kalo kamu besok, berarti saya juga pulang besok."
"Lho, kok?" Aneska memiringkan kepalanya ke kanan, sambil menatap Brian bingung.
"Nanti saya bosen kalo sendirian, Nes. Hehehehe," balas Brian lagi sambil memberikan cengiran lebar pada Aneska.
"Ah, bisa aja kamu, Bri." ucap Aneska dengan senyuman khas di wajahnya.
"Terus, kita mau kemana nih?" tanya Brian saat mobilnya sudah siap untuk melakukan perjalanan lagi bersama Aneska.
"Kemana ya?"
"Ke Lembang, yuk?"
Aneska mengangguk berkali-kali seperti anak kecil. Brian lalu tersenyum dan menurunkan rem tangan mobilnya, "Let's go!"
"Let's go!"
***
Mereka memutuskan untuk ke Lembang. Lebih tepatnya ke Farm House, salah satu tempat wisata yang ada disana. Saat tiba disana, Aneska sudah mempersiapkan kameranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Met
General Fiction[Completed] Kita bertemu untuk sebuah alasan. Entah itu berupa karunia atau hanya sebagai pelajaran. Ketika kita bertemu, kita saling tahu bahwa kita sama-sama spesial. Aku menganggapmu spesial dan kamu juga. Dari cara kita menatap satu sama lain d...