Hari ini, Bapak sudah boleh pulang ke rumah. Karena kerap dipaksa oleh Eyang dan Nana, Brian pun berkesempatan untuk menginap di rumah Aneska. Tentunya setelah diizinkan Bapak dan Ibuk. Walau agak sedikit tidak enak, tetapi Brian juga ikut pulang ke rumah itu sekalian membantu.
"Ayo, Mas! Nana tunjukin kamar buat mas Brian!" seru Nana sembari menarik-narik tangan kanan Brian.
"Tunggu dulu, Na." suara kecil Bapak membuat Brian dan yang lainnya yang ada di kamar itu menoleh ke arah Bapak. "Bapak mau ngobrol sama mas Brian mu itu,"
Brian dan Aneska saling pandang. Aneska menggeleng kecil setelah ia membuka tirai gorden untuk membiarkan cahaya masuk ke kamar.
"Yuk, Na." sahut Aneska membawa Nana keluar. Lalu, hanya ada tinggal Brian dan Bapak di dalam kamar. Aneska tampak sedikit khawatir, takut-takut Bapak akan memberi pertanyaan yang membuat Brian tidak nyaman. Tapi akhirnya Brian tersenyum, membuat Aneska agak sedikit lega lalu kemudian menutup pintu kamar.
"Kira-kira bapak mau ngobrol apaan, Mbak?" tanya Nana yang polos.
Aneska tidak menjawab. Ia sama ingin tahunya dengan Nana.
"Tenang aja, Mbak." kata Eyang yang tadi berjalan keluar terlebih dahulu. "Nggak bakalan diapa-apain itu Briannya."
Mendengar ucapan Eyang, Ibuk dan Lia tertawa kompak. Aneska lalu tersenyum kecil dan menyusul mereka semua ke ruang keluarga.
-ooo-
Aneska buru-buru masuk ke rumah setelah tadi disuruh ke warung sebentar oleh Ibuk. Karena hari ini Brian menginap, Ibuk ingin masak sesuatu untuk Brian.
"Ini buk." ucap Aneska sambil menyerahkan belanjaan pada Ibuk. Aneska lalu melirik ke arah kamar bapak yang tampak hening.
"Udah selesai dari tadi kok, Mbak. Brian lagi di ruang belakang tuh, kayaknya lagi kerja deh." sahut Ibuk menjawab rasa penasaran Aneska.
"Lama ya, Buk?"
"Ah, enggak kok. Waktu mbak pergi juga udah selesai."
Aneska menganggukkan kepalanya. "Buk, ntar aku bantuin masaknya ya. Aku mau lihat Brian dulu sebentar boleh?"
"Iya, Mbak. Temenin dulu gih,"
Setelah itu, Aneska mendatangi ruang belakang. Ruang belakang itu bukan kamar, tapi semacam ruang keluarga namun jarang didatangi kecuali ada tamu yang menginap di kamar dekat ruang itu.
Disana, Brian sedang menatap laptopnya dengan serius. Tangannya bergerak cepat diatas keyboard laptop.
"Sibuk?" tanya Aneska.
Brian menoleh sebentar lalu kembali menatap layar laptopnya. "Iya, Nes. Tiba-tiba ada kerjaan masuk. Bentar ya. Sebentar lagi kok."
Aneska tak bicara banyak. Ia duduk di sebelah Brian, memandangi pria itu sibuk dengan laptopnya. Ruangan itu hening. Yang terdengar hanyalah suara ketikan.
"Kamu mau kopi?"
Brian menjawab dengan sebuah anggukan. Aneska kemudian beranjak dari duduknya dan pergi ke dapur untuk membuat secangkir kopi. Saat kembali, Brian sudah tak lagi serius dengan laptopnya dan juga tidak ada lagi suara ketikan.
"Lho? Udah?" tanya Aneska sambil meletakkan secangkir kopi diatas meja.
"Iya, udah. Sedikit lagi kok waktu kamu dateng." jawab Brian sambil menyeduh kopi tersebut. "Makasih ya."
Aneska kemudian duduk lagi disebelah Brian. "Bapak ngomong apa sih?"
"Hmm, kirain kamu kesini karena mau nemenin aku kerja taunya kepo," balas Brian.
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Met
General Fiction[Completed] Kita bertemu untuk sebuah alasan. Entah itu berupa karunia atau hanya sebagai pelajaran. Ketika kita bertemu, kita saling tahu bahwa kita sama-sama spesial. Aku menganggapmu spesial dan kamu juga. Dari cara kita menatap satu sama lain d...