37 - Her Friend

2.2K 383 14
                                    

"Iya, Ma. Tapi, aku nggak bisa nyusul, kan aku kerja—Neska apalagi, Ma. Kan dia kerja juga. Kita nggak bisa kemana-mana kecuali weekend. Iya, Hati-hati disana."

Brian mematikan sambungan teleponnya dengan Sang Mama yang baru saja memintanya dan Aneska untuk menyusul orang tuanya ke Rumah adik mama nya yang ada di Surabaya. Mamanya bersikeras meminta Brian untuk datang kesana. Mungkin sekalian ingin mengabari adiknya bahwa Brian sudah menemukan calon pendamping hidup yang baru.

Brian sedang berdiri sambil mengantri sekarang. Tadi, dia baru saja bertemu dengan klien dan akan segera kembali ke Kantor. Karena sudah siang hari dan pekerjaannya semakin menambah saja, Brian memutuskan untuk membeli kopi agar kantuknya hilang. Walau Brian tahu bahwa minum kopi agar tidak mengantuk itu hanyalah sugesti.

"Kelihatannya, udah dikasih restu ya?"

Brian tertegun ketika seseorang yang berdiri dibelakangnya seakan sedang bicara kepadanya. Perlahan ia membalikkan tubuhnya dan menatap Junior yang sekarang sedang melempar senyuman kepadanya.

"Brian," sapa Junior akhirnya.

Brian sedikit mengangguk. Meskipun Aneska sudah mengatakan bahwa ia dan Junior hanyalah teman, tapi sampai sekarang Brian masih tidak bisa ramah jika nama Junior disebut-sebut apalagi bertemu secara langsung seperti sekarang.

"Kok lo disini?" tanya Brian.

"Gue pikir ini kedai kopi bukan punya lo?" balas Junior. Brian hanya tersenyum miring dan Junior pun kembali tersenyum. "Gue tadi meeting diluar."

"Oh, sama." balas Brian acuh tak acuh.

"Pertanyaan gue yang tadi," ujar Junior lagi. "Kok nggak lo jawab?"

"Restu? Udah sama orang tua gue." jawab Brian sembari kembali menatap mas-mas kasir yang masih sibuk didepan.

Junior terlihat tenang. Ia sama sekali tak mempermasalahkan bagaimana sikap Brian terhadapnya. Karena ia sendiri pun melakukan hal yang sama.

"Tapi belum ke Bapak dan Ibuk Neska di Jogjakarta." sahut Junior membuat Brian kembali menoleh menatapnya.

Brian terdiam agak lama sampai ia tidak sadar bahwa di depannya sudah kosong. Setelah ia sadar, ia melangkah ke depan dan mulai memesan minumannya. Setelah selesai, ia memberikan ruang untuk Junior yang juga akan memesan minuman.

"Memangnya, susah?" tanya Brian tiba-tiba.

Junior menatapnya bingung, "Lo serius lagi nanya gue?"

Brian hanya menganggukkan kepala.

"Kalo Bapaknya Neska sih, lumayan lah."

"Kok lo tahu? Lo pernah ketemu?"

"Menurut lo?"

"Atas nama Brian,"

Brian tersentak saat namanya dipanggil. Ia melirik ke asal suara sekilas lalu menatap Junior lagi. "Gue duluan ya, Jun."

"Good luck," balas Junior.

Brian tak mengindahkan. Ia buru-buru mengambil minumannya dan melangkahkan kaki menuju parkiran. Perkataan Junior tentang ayah Neska tidak terlalu ia pusingkan. Justru ia memusingkan kenapa Junior bisa lebih dulu bertemu dengan orang tua Neska di Jogjakarta sana.

"Ya bisa jadi mereka liburan ke Jogja terus ketemu," gumam Brian saat ia sudah berada di dalam mobilnya. "Ya, bisa jadi."

Ia menggelengkan kepalanya lalu mulai menyalakan mobil. Saat ia benar-benar ingin meninggalkan tempat itu, sosok Junior keluar dari kedai kopi tersebut. Junior hanya berdiri di depannya sambil mengeluarkan ponsel. Brian menatap Junior agak lama, hingga akhirnya ia kembali mematikan mesin mobil dan keluar dari mobil.

"Jun,"

Junior mengalihkan pandangannya dari ponsel. Sosok Brian didepannya sekarang tentu saja membuat Junior kebingungan.

"Kenapa lo?" tanya Junior.

"Lo suka sama Neska, kan?" tanya Brian tiba-tiba, tanpa basa-basi dan langsung ke inti.

Junior terdiam. Ia tidak menyangka Brian akan blak-blakan bertanya tentang itu padanya. Hening. Junior masih terlalu bingung untuk merespon, Brian hanya menunggu yang ditanya menjawab.

Junior lalu menyimpan kembali ponselnya dan menatap Brian lekat-lekat. "Iya. Gue suka sama Neska. Terus, apa alasan lo nanya ini ke gue? Lo mau larang Neska buat jangan berteman sama gue lagi?"

Brian tertawa, "Gue bukan tipe orang yang kayak gitu, Jun. Santai. Gue cuma nanya."

"Ya, tapi pasti ada alasannya kenapa lo bertanya."

"Gue cuma mau mastiin, kalo insting gue ternyata suka bener." balas Brian setelah terkekeh. "Jujur, gue sempat takut kalo bener lo suka sama Neska. Gue dan Neska sempat berantem karena itu."

Junior akhirnya tersenyum, lalu ia tertawa. "Gue nggak tahu kalo gue berhasil bikin lo cemas,"

"Soalnya lo kenal Neska lebih dulu dari gue, dan lo lebih sering bareng Neska dari gue. Wajar aja kalo gue cemas kan?"

"Gue bisa ngerti perasaan lo." Junior mengangguk, "Gue nggak ada niat buat ngerebut Neska kok. Kecuali, lo nyakitin Neska, gue orang pertama yang bakalan ngelakuin hal itu dan ngehajar lo."

"Maaf ngecewain lo. Tapi, itu nggak bakalan kejadian, sih."

"Oke, lo ngajakin gue berantem?" tanya Junior.

Brian kemudian tertawa lagi lalu menggelengkan kepalanya. "Nggak lah. Kalo gue ngajakin lo berantem, Neska bisa benci sama gue seumur hidup dan gue nggak mau itu."

"Oh, kalo gue sih, berharap banget itu kejadian, Bri." balas Junior lagi.

Brian menatap sengit Junior dan lagi-lagi cowok itu tertawa renyah. Ia lalu menepuk pundak Brian. "Udah ah, gue harus balik Kantor." ujarnya.

"Lo mau di mobil gue? Kan sejalan sama Kantor lo." kata Brian menawarkan.

Junior menatapnya sangsi, "Lo nggak bakalan celakain gue di tengah jalan kan?"

"Ya elah, Jun."

"Oke, oke." Junior tertawa, "Lumayan buat gue hemat ongkos. Thanks ya!"

"No problem, Jun." balas Brian lalu mengajak Junior menghampiri mobilnya. "Eh, tapi serius Bokapnya Neska tuh galak?"

"Ah enggak galak kok, Bri. Cuma, kalo lo ntar ketemu, bakalan panjang deh. Paling lo dikasih wejangan sampe lo bosen dengernya dan lo nggak sadar kalo udah jam satu malem."

"Hah?"

"Iya, bokapnya tuh suka ngasih wejangan ke orang yang baru dia ketemu. Apalagi nih kalo orang itu cowok. Gue kesana waktu liburan bareng Nayla juga. Kalo nggak diberhentiin sama ibuknya Neska, ada kali sampai subuh."

Junior tertawa sembari ia mengenang hari itu. Tapi, Brian tidak tertawa. Menurutnya, itu jauh lebih menakutkan daripada bertemu dengan Bapak-bapak yang galak.


🌻🌻🌻🌻


Haaaai! Apa kabar semuanyaa? Kelihatannya udah lama banget aku tuh nggak nyapa abis update ya hehehe 

Sekali lagi aku mau bilang makasih banget buat yang selalu mampir, selalu ninggalin jejak, bener-bener berarti buat aku. Dan buat orang-orang yang baru baca pun, terima kasih ya. Terima kasih mau baca cerita yang tidak seberapa ini hehehe

Aku bener-bener lagi nggak ada ide banget sih hahaha ini aja random banget kasih judul chapter wkwkwk habisnya nggak tau mau kasih judul apaan

Yaudah, pokoknya enjoy yaaa! Maaf kalo ngebosenin<3 Semoga kalian sehat selalu dan jangan lupa senyum!

When We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang