39 - Best Man

2.3K 384 23
                                    

"Duh, Na, Tadi aku bilang apa?"

Nana, adik Aneska paling bungsu itu memutar bola matanya lalu melirik Lia, Kakaknya dengan kesal. Lia memang jauh lebih cerewet dari Aneska.

"Jangan ngemil terus." jawab Nana akhirnya.

"Terus, kamu beli apaan lagi itu?" tanya Lia sembari menatap beberapa cemilan yang Nana masukkan ke dalam keranjang.

Nana mendesah, "Sekali ini aja, Mbak. Besok-besok enggak lagi!"

"Kamu selalu ngomong gitu tapi nggak pernah ditepatin," balas Lia. "Kamu tuh gampang sakit. Kalo kamu ngemil terus, kamu bakalan cepet kenyang dan bisa-bisa nggak makan sampai malem! Kamu jangan nyari masalah, Na, Bapak—"

"Duh iya iya! Mbak Lia tuh ya! Cerewet banget! Mending tadi Mbak Neska aja yang belanja!" gerutu Nana sambil berlalu pergi untuk mengembalikan cemilan-cemilan yang tadi ia ambil.

Lia menggelengkan kepalanya. Nana memang lebih takut dengannya daripada Aneska. Hal itu dikarenakan Aneska sudah lama sekali jauh dari mereka sehingga Lia mengambil alih peran Aneska selama di Jogja.

Hari ini sepulang sekolah, Lia dan Nana langsung mampir ke rumah sakit. Untungnya, Bapak sudah sadar dan sudah tahu bahwa Aneska ada di Jogja. Awalnya, Bapak marah-marah dan mengatakan kalau Aneska tidak perlu repot-repot datang ke Jogja untuk melihatnya. Tapi kemudian, Eyang malah memarahi Bapak yang keras kepala.

"Kamu ada pr nggak?" tanya Lia saat mereka sedang menuju kamar tempat Bapak dirawat.

Nana mendengus, "Mbak Lia tuh cerewet banget sih."

"Ih, kamu tuh ya, kalo dikasih tahu." balas Lia sembari memukul pelan pundak Nana yang kemudian hanya dibalas dengan decakan oleh Nana.

Lia menggelengkan kepalanya dengan dahi yang berkerut. Ia lalu menoleh menatap lurus ke depan dan menghentikan langkahnya saat melihat seorang laki-laki sedang berdiri dengan ragu didepan kamar Bapak.

"Kenapa, Mbak?" tanya Nana. Lia tidak menjawab, ia hanya menganggukkan kepalanya ke arah laki-laki tersebut dan membuat Nana ikut memandanginya.

Kedua adik Aneska itu saling pandang untuk beberapa saat sampai akhirnya mereka berdua malah tersenyum dan dengan pelan menghampiri laki-laki itu.

"Mas Brian?" sapa Lia.

Brian yang disapa tersentak lalu menoleh dan menatap Lia dan Nana bergantian. Kemudian ia tersenyum lega. "Ng... Lia, ya?"

"Wah, ini beneran Mas Brian, cowok barunya Mbak Neska yang waktu itu kita video call?" sahut Nana dengan senyum lebar.

Brian lalu menatap Nana. "Ini Nana ya?"

Lia dan Nana mengangguk sambil tersenyum.

"Mas Brian kok ada disini?" tanya Lia lagi. "Kok nggak masuk?"

"Emang boleh?" tanya Brian.

Nana menatapnya bingung, "Ya, boleh... emang siapa yang larang?"

Brian tak menjawab. Ia menggaruk kepalanya yang entah memang gatal atau tidak. Melihat sikap Brian yang sedikit aneh, Lia seperti dapat menebak apa yang sedang Brian pikirkan.

"Mas Brian takut?" tanya Lia tiba-tiba.

"Hah, takut?" ulang Nana dengan bingung.

"Nggak takut kok, Li... Tapi, aduh gimana ya... Nggak apa-apa kan ya?"

Saat itu pula, tiba-tiba pintu terbuka. Mereka bertiga terkejut dan melihat Aneska sedang berbicara dengan seseorang dibelakangnya.

"Iya, air mineral yang biasa kan?" ujar Aneska lalu ia menoleh, menatap ke depan dan membulatkan bola matanya saat melihat Brian sedang berdiri didepannya.

When We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang