12 - A Day With Jerremy

3.3K 466 28
                                    

Jerremy menggeliat dengan malas diatas tempat tidurnya. Tapi matanya masih tertutup, Cowok tinggi itu masih tertidur lelap. Ia hanya merubah posisi tidurnya. Hari ini adalah hari minggu, Jerremy akan bermalas-malasan di rumah seharian sebelum lusa ke Korea Selatan.

Suara langkah kaki yang sedang berlari menaiki tangga terdengar bergitu kuat dan semakin lama semakin dekat dengan kamar Jerremy. Dahinya berkerut, ia menarik selimutnya sehingga menutupi seluruh tubuhnya dari kepala. Lalu, pintu kamarnya pun terbuka.

"KAK JERREEEEE!" Seseorang berteriak keras di muka pintu kamarnya sembari memandang Jerremy yang tak bergeming.

Cewek yang tadi berteriak itu menggelengkan kepalanya lalu berjalan menghampiri tempat tidur dimana Jerremy sedang tertidur pulas.

"KAK JERREEEE! BANGUN PLIS! I NEED YOUR HELP!" teriaknya lagi sambil menarik selimut Jerremy sehingga sekarang tubuhnya tak dilapisi oleh selimut lagi.

"KAK!" teriaknya sekali lagi. Kali ini, berhasil. Jerremy menggeliat lagi seperti ulat bulu.

Ia membuka sebelah matanya dan mendesah panjang. Lalu dengan malas bangkit dan duduk diatas tempat tidur. "Kenapa, Ca? Masih pagi, lho." gumamnya dengan suara serak.

"Pagi, pagi apaan sih, Ayam!" seru Cindy Ariessya, atau yang akrab disapa Ica oleh Jerremy. "Ini udah jam sebelas tau, Kak!"

"Itu masih pagi kali, Ca. Kalo jam satu baru deh udah siang." sanggah Jerremy yang mengusap matanya lalu menguap. "Kenapa, sih?"

"Duh, Kak. Ica lagi bikin tugas sama temen-temen di rumah, pake laptop Ica." jelas Ica yang tidak menyelesaikan perkataannya.

"Terus?" tanya Jerremy masih dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka.

"Terus, tiba-tiba ngefreeze gitu Kak. Ica nggak ngerti. Kak Jerre kan jago IT, tolongin dong. Deadline nya besok, Kak." lanjut Ica dengan wajah cemas.

Kali ini Jerremy sudah sepenuhnya sadar lalu memandang Ica lagi, "Makanya kerjain tugas tuh pas dikasih Dosen, bukan H minus satu!"

"Huh! Emangnya Kak Jerre dulu mahasiswa rajin??" tanya Ica balik.

"Karena gue bukan mahasiswa yang gitu, makanya gue bilang ke elo, Icaaa."

"Ya udah, terserahlah! Yang penting tolongin Ica."

Jerremy menggaruk kepalanya lalu meninggalkan tempat tidurnya dan meneguk air dari botol minum yang ada di meja kerjanya. "Ya udah bentar. Gue cuci muka dulu ntar lagi kesana ya, Ca."

Senyuman Ica langsung merekah. Cewek itu mengangguk berkali-kali dengan semangat lalu berjalan menuju pintu kamar Jerremy. "Ica tungguin ya, Kak Jerre! Daaah!" lalu ia meninggalkan kamar Jerremy.

Jerremy memandangi pintu kamarnya yang barusan ditutup oleh Ica untuk beberapa saat. Setelah itu, ia tersenyum lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Kalau saja bukan Ica yang membangunkannya, Jerremy akan mengamuk besar. Untung saja ini Ica, bukan anak tetangga satu lagi.

-ooo-

Jerremy mengetuk pintu rumah Ica yang pada saat itu sedang ketawa ketiwi dengan teman-teman kuliahnya. Mendengar suara ketukan, Ica langsung tersenyum lebar menyambut kedatangan Jerremy. Melihat itu, bohong jika jantung Jerremy tidak berdegup kencang. Bohong jika ia tidak gugup sekarang. Cuma Ica yang bisa membuatnya seperti itu.

"Kak Jerre, masuk sini!" ajak Ica sembari menganggukkan kepalanya. Jerremy mengangguk singkat lalu duduk disebelahnya.

"Maaf gangguin minggu Kak Jerre ya." sahut salah seorang teman Ica yang Jerremy tak ingat namanya. Jerremy mengangguk lagi lalu mengecek laptop Ica yang jadi tujuan utama kenapa Jerremy ada disini sekarang.

When We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang