Samuel melangkah masuk ketika salah satu bus berhenti tepat di depan halte yang ia duduki selama berjam-jam ini, Kenyataan pahit itu membuat ia kehilangan arah, apa yang harus ia lakukan ketika kehidupannya tinggal beberapa bulan lagi.
Samuel hanya Anak SMA yang tak mengerti apapun, Hidupnya seharusnya masih panjang, kenapa tuhan harus memberikannya cobaan seperti ini. Ia masih muda umurnya baru saja menginjak tujuh belas tahun, Ia harus apa?
"Handphone lo jatoh tadi!" Samuel menghentikan lamunannya lalu mendongak menatap seorang gadis menyodorkan ponselnya, Ia menatap mata sayu gadis itu yang entah mengapa membuat jantungnya berdegup, apakah ia perlu percaya dengan cinta pada pandangan pertama?
Gadis tersebut masih setia menyodorkan ponsel milik Samuel walaupun tak ada pergerakan dari pria itu untuk menerima benda tersebut.
Pelangi menaruh ponsel Samuel di atas paha pria tersebut ia berpikir untuk apa Samuel menerima jika itu berasal dari tangannya, seharusnya pelangi tak terlalu berharap bahwa Samuel akan tersenyum lalu mengucap terima kasih kepadanya.
"Makasih" Ucap Samuel tersenyum lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku celana miliknya berbeda dengan Pelangi merasa takjub bahwa pemikirannya sama dengan apa yang di ucapkan oleh pria itu.
Pelangi mengangguk lalu berjalan ke belakang mencari tempat duduk yang masih kosong.
Bus berhenti, tanpa berpikir panjang Samuel turun dan berjalan tak tentu arah, Pikirannya masih menjalar kemana-mana dan tak memiliki akhir dimana.
Pelangi yang melihat kondisi lelaki tersebut sedang tidak baik-baik saja dan melamun dari tadi terpaksa mengikuti pria itu, Walaupun sebenarnya ini bukan urusannya tapi apakah ia harus melihat orang pergi dengan keadaan seperti itu, jiwanya seakan pergi, Pastinya akan berbahaya untuk keselamatan pria itu.
Mata samuek menyipit kala melihat mobil yang melaju ke arahnya cahaya dari lampu itu membuat penglihatannya seakan menghilang. Jarak ia dan mobil tersebut semakin dekat hingga....
tiba-tiba sebuah tangan kecil menariknya dan membuatnya terjatuh di atas aspal bersama gadis itu.
Brukk
"Lo cari mati ya?" Teriak Pelangi, Ia menatap tajam ke arah Samuel.
Samuel balik menatap gadis itu dengan tatapan yang tak suka "Lo ngikutin gue?"
"Bagaimana gue nggak ngikutin orang yang jiwanya seakan nggak sama dia!"
"Itu bukan urusan lo!"
"Tuhan ngasih lo hidup itu agar lo bisa mensyukuri waktu yang di berikan sama lo, apa dengan cara bunuh diri kayak tadi lo bakalan tenang, Malahan lo bakal masuk neraka! Neraka paling bawah malahan!"
"Siapa yang mau bunuh diri tolol!"
Pelangi diam lalu menunjuk ke arah jalan "Nah terus ya itu tadi lo kenapa nggak nge hindar pas lo ngelihat mobil ke arah lo?"
"Ya mana gue tau, Ini bukan sinetron Mobilnya masih jauh gue udah teriak aaaaaa, Tadi itu mobilnya udah deket banget baru gue lihat, Cahaya lampunya juga buat gue nggak fokus!"
Pelangi mengangguk mengerti, "Yaudah kalau gitu, maafin gue."
"Tanggung jawab celana gue robek gara-gara lo!" Sam menunjuk celananya yang memang robek di bagian lututnya dan lututnya juga mengeluarkan darah akibat bergesekan dengan aspal.
Dengan cepat Pelangi menutup matanya, luka dan darah adalah hal yang paling tidak ia sukai karena itu menandakan seseorang sedang terluka, ia tak suka jika seseorang terluka.
"Lo Kenapa?" Tanya Samuel merasa ada yang salah dari gadis di hadapannya.
"Gue nggak terlalu suka lihat darah"
Samuel melepaskan dasi yang ia pakai lalu mengikat lututnya yang berdarah.
"Gue udah ikat" Samuel berdiri lalu mengulurkan tangannya untuk membantu Pelangi berdiri, Samuel terkekeh kecil kala mengingat kejadian yang baru-baru saja terjadi.
Bagaimana bisa gadis pintar ini mengira ia akan bunuh diri, Hidupnya memang tak lama lagi tapi apakah bunuh diri adalah jalan yang terbaik dari setiap permasalahan, hanya orang bodoh yang melakukan itu.
"Nggak usah ketawa!" Pelangi menerima uluran tangan Samue, ia menunduk membersihkan rok sekolahnya yang kotor.
"Rumah lo dimana?" Tanya Samuel nyatanya ia harus mengantarkan anak orang, Setidaknya ucapan terima kasih karena Pelangi sudah menolongnya dua kali, untuk ponselnya dan untuk kejadian baru-baru ini.
"Lurus aja dari sini" Pelangi menunjuk jalan yang ada di depannya.
"Yaudah Ayo gue anter, Buat balas budi udah nolong gue!"
Gadis itu sempat terkejut tetapi melihat Samuel yang sudah berjalan lebih dulu membuatnya segera menyusul pria tersebut.
Mereka berjalan beriringan menyusuri jalanan yang sepi, karena jalanan itu Memang jarang di lewati orang-orang.
Samuel menoleh ke arah Pelangi "Hari pertama sekolah lo udah jadi sorotan ya?"
Pelangi mengangguk "Lo nggak bakalan niat buat bully gue kan?" Tanya pelangi waspada.
Samuel tertawa "Gue nggak suka lakuin hal-hal yang nggak berguna!"
Pelangi mengelus dadanya setidaknya ia punya Samuel yang tak akan bertindak semena-mena dengan dirinya.
"Gue cuma pengen lulus dari SMA tanpa buat masalah apapun"
"Kenapa lo harus daftar di SMA Wijaya?"
"Setidaknya itu satu-satunya sekolah yang menjanjikan buat ngasih gue pekerjaan yang baik
""Nggak tentu"
Selanjutnya tak ada yang mereka bicarakan, mereka berdua terus saja berjalan, Samuel hanya mengikuti langkah Pelangi.
Sampai satu jam mereka berjalan jarak rumah pelangi benar-benar jauh, Jika tahu begini ia seharusnya tak usah mengantarkan gadis itu.
Samuel menghentikan langkahnya ketika melihat pelangi juga berhenti.
"Udah sampai!" Pelangi menunjuk rumahnya.
Samuel melihat rumah Pelangi yang mungkin sedikit kecil.
"Kecil ya?" Tanya Pelangi menyadari bahwa ia seharusnya tak membiarkan Samuel untuk melihat kehidupannya yang bercukupan ini, Ia tak ingin seseorang merasa kasihan dengan dirinya.
"Nggak lah" Bantah Samuel "Gue pulang dulu" Pamit Samuel segera berlalu meninggalkan Pelangi yang masih saja setia menatap kepergiannya.
"Makasih Sam, udah buat gue nyaman dengan pertemuan kedua kita"
***
Samuel membuka pintu apartemennya, Sunyi, Kata itulah yang menggambarkan tempat itu, Karena hanya Samuel yang tinggal sendiri, Pria itu telah hidup mandiri sejak ia baru menginjak bangku SMA, Ia memutuskan untuk menjauh dari ayahnya yang selalu memintanya untuk pergi.
Pria itu melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri seharian ini ia hanya berjalan terus tanpa mengganti seragam sekolahnya.
Ia tersenyum kala melihat dasi abu-abu yang masih terikat di lututnya.
"Ini baru kedua kalinya gue ketemu lo dan lo udah buat lutut gue kek gini" Samuel tersenyum sambil melepaskan ikatan dasi tersebut Setelah itu baru ia benar-benar membersihkan diri, hari ini begitu melelahkan baginya.
Kenyataan pahit tentang penyakitnya dan tentang gadis ajaib yang telah membuat lututnya akan meninggalkan bekas luka.
-SalamManisDariPenulis-
KAMU SEDANG MEMBACA
HoPe✔️
Teen FictionFollow dulu yuk baru baca! Untuk sebuah kisah yang hebat dan untuk kisah yang luar biasa, Terima kasih telah mencintaiku hingga akhir. ~SamuelAlexandre Terima kasih telah membuatku merasakan cinta yang hebat, cinta yang luar biasa dan cinta yang me...