*16*

1.3K 65 3
                                    

Samuel terbangun ketika sinar matahari menerobos masuk dari balik jendela kaca kamarnya. Remaja itu memaksakan matanya untuk terbuka menyesuaikan cahaya.

"Udah bangun? Siap-siap sana! kita ke rumah sakit sekarang,"

Samuel mengubah posisi berbaring nya menjadi duduk "Bang?"

"Hmm"

"Vonis yang terakhir pas ketemu Lo, Stadium tiga kan?"

"Hmm, kenapa?"

Samuel tersenyum lalu menggeleng mensirnakan apa yang ada di pikirannya saat ini.

"Lo tunggu di luar aja, gue mandi dulu!"

"Oke!"

---

Setelah puas dengan penampilannya Samuel keluar dari kamar, lelaki itu mendapati Miko yang sedang sibuk mengurus perlengkapannya untuk kemo pertamanya.

"Lo kayak emak-emak tau nggak Mik!"

"Lo udah siap? Ayo berangkat."

Samuel mengikuti langkah Miko hingga mereka berdua masuk ke dalam mobil.

----

"Samuel nggak masuk lagi?" Dikta memandang senduh bangku ujung paling belakang.

"Melow banget si Lo!" Ujar Reza.

Pandangan keduanya teralih pada seorang gadis yang baru saja masuk, bukan itu yang menjadi daya tarik tapi rambut gadis itu dan seragam sekolahnya yang penuh dengan lumpur.

"Pelangi!" Panggil Reza

Kaki Pelangi seakan tak punya tenaga, ia membiarkan tubuhnya merosot hingga terduduk di lantai.

Dikta segera berjongkok, gadis di hadapannya itu sudah menangis.

"Siapa yang bully Lo lagi? Qiana?"

Gadis itu tak menjawab ia sibuk dengan memperbaiki suasana hatinya saat ini. Pelangi tak tahu bahwa Qiana tak main-main untuk mem-bully seseorang.

"Gue kira Lo bakalan lawan dia, secara Sam udah ada di pihak Lo"

Dikta mengangguk membenarkan ucapan Reza "Sam nggak bakalan tinggal diam kalau Lo di giniin Pelangi!"

"Jangan beri tahu Samuel,"

"Sayangnya pesan gue udah terkirim" Reza menunjukkan handphonenya.

"Reza! Gue udah terlalu nyusahin Sam"

"Anaknya suka di susahin ko Pel" Ucap Dikta serius.

---

Samuel kira proses kemoterapinya hari ini akan berjalan dengan lancar, tapi tidak setelah pesan dari Reza muncul dari hpnya memperlihatkan Pelangi yang terduduk di lantai dengan seragam yang penuh lumpur.

Seorang suster muncul dari balik pintu di ikuti dengan Miko di belakangnya.

"Kamu udah siap?" Tanya sang Suster.

"Nggak sus"

"Loh" Suster tersebut keheranan

"Sam!" Miko menengahi " dia bercanda sus, mari kita mulai"

Sang suster mulai memasang infus di punggung tangan kiri Samuel "tahan ini bakalan sedikit sakit"

"Udah biasa sus"  Sang suster tertawa begitupun dengan Miko.

Setelah selesai dengan pekerjaannya suster itu pun meninggalkan ruangan.

"Tahan, obatnya bentar lagi bereaksi!"

HoPe✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang