*26*

1.3K 68 4
                                    


Novita mengelus rambut Samuel, Lelaki itu kembali tidur sejak aksi sadarnya tadi.

"Kamu ke bawah saja!" Perintah Alexandre kepada sang istri.

"Aku disini saja, Jagain anak ku!"

"Nggak enak sama orang di bawah, Biar aku yang jagain dia!"

Novita menurut ia mencium kening putranya lalu keluar dari kamar.

----

"Ini ketiga kalinya gue lihat Sam tumbang,"

Reza mengangguk menyetujui ucapan Dikta.

"Samuel akhir-akhir ini sakit-sakitan ya?" Tanya Pelangi, Ia menatap kedua sahabat pacarnya itu.

"Gue juga heran, Samuel orangnya jarang banget sakit!"

"Tante Novita noh!" Tunjuk Dikta ketika Bunda Samuel baru saja muncul dari balik pintu kaca.

Reza berjalan ke arah Novita "Gimana keadaan Sam Tante?"

"Dia nggak apa-apa, sekarang dia lagi tidur, Papanya yang jagain!"

"Kenapa Tante turun?"

"Kasihan kalian kan, Tante jadi nggak enak bikin acara malam ini nggak terlaksanakan dengan semestinya!"

"Nggak apa-apa kok Tante!"

"Kalian lanjutin acaranya ya, Kalian harus-bersenang-senang, karena ini malam terakhir besok pagi kita harus kembali ke jakarta.!"

"Iya Tante!"

---

Samuel terbangun pertama kali yang ia lihat adalah Sang Papa yang sedang membaca buku, Samuel tak bisa melihat buku apa yang sedang Alexandre baca.

"Pa!"

"Kamu udah bangun?"

"Papa kenapa disini?"

"Papa nggak suka jika pertanyaan di balas dengan pertanyaan!"

Samuel mendengus kesal " Pertanyaan Papa itu nggak pantas untuk di jawab, Udah lihat mata aku kebuka ya jelas bangun la!"

"Anak kurang ajar!"

"Makanya ajarin Samuel untuk tidak kurang ajar!" Balas lelaki itu.

Alexandre menggeleng ia tak ingin berdebat lama-lama dengan putranya yang keras kepala itu, jika ia tidak mengalah, perdebatan itu sama sekali tak akan pernah terhenti "Maafin Papa"

"Nggak apa-apa, Ayo turun kasihan Bunda sendiri di bawah,"

Samuel mencoba bangkit dari tidurnya ia merasakan kepalanya kembali berdenyut, Ia merasakan tangannya yang di tarik oleh Papanya  Pria itu sedang membantu dirinya, Orang tua tetaplah orang tua bukankah begitu?

Senakal dan sebaik apapun anaknya orang tua nggak akan pernah benar-benar membenci apa yang sudah tuhan titipkan kepadanya.

"Kalau nggak bisa nggak usah di paksakan!"

"Samuel nggak apa-apa!" Dalam hati Samuel mengatakan ia memang harus tidak apa-apa.

------

"Sam?" Panggil Pelangi ketika ia melihat Samuel yang berjalan ke arah mereka bertiga.

"Kenapa lagi tadi?" Tanya Reza mewakili ketiganya.

"Nggak tahu, kecapean mungkin"

"Nggak seru Lo!"

"It's okay!"

Samuel mengambil duduk di samping Pelangi gadis itu hanya tersenyum kaku, Sembari melihat wajah Samuel yang sedikit pucat tapi bukankah wajah Samuel setiap hari seperti ini? Apakah Samuel segitu lelahnya?

HoPe✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang