Samuel melangkah masuk ke dalam mobil Miko dengan bantuan Pria itu. Kemo pertama Samuel telah selesai, dan dinyatakan berhasil, dirinya tinggal menunggu kemo kedua yang entah kapan akan di lakukan.
"Masih lemes?" Tanya Miko ketika ia sudah masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi pemudi, melihat Samuel menyandarkan badannya sepenuhnya pada sandaran kursi membuatnya khawatir dengan keadaan Pria itu.
Walaupun Miko tidak mengetahui bagaimana pastinya rasa sakit itu, tapi ia yakin itu pasti sangat sangat membuat sepupunya itu merasa tidak nyaman.
Samuel mengangguk, rasanya ia tak punya kekuatan saat ini, padahal yang ia lakukan dua hari di rumah sakit hanya berbaring saja, tapi rasa lemas itu belum saja hilang.
"Yaudah tidur aja, nanti Abang bangunin kalau udah sampai di apartemennya!"
Samuel hanya mengangkat kedua jempolnya lalu memejamkan kedua matanya, guna mengusir pening dan mual yang datang bersamaan.
---
Pelangi melangkah ke arah ruangan BK entahlah mengapa Bu Gita memanggilnya dan Pelangi rasa ia tidak melakukan kesalahan apapun. di depan pintu ia bertemu dengan Qiana, tanpa menyapa Qiana langsung saja masuk mengabaikan Pelangi begitu saja.
"Kalian berdua duduk di depan!" Pinta Guru berkaca mata itu menunjuk kursi di hadapannya kala melihat dua sosok perempuan cantik baru saja muncul dari balik pintu.
Keduanya duduk di hadapan Bu Gita, Guru itu menghela nafas kala Qiana hanya memandang ke arah jendela seakan hal yang akan di bicarakannya bukanlah hal penting menurutnya.
"Qiana? bisa perhatikan ibu sebentar?" Gadis itu menoleh dengan acuh.
"Langsung saja Bu!" Ujarnya tak ingin berlama-lama dalam ruangan ini.
"Oke! Ibu punya laporan kalau kamu sering bully Pelangi?" Qiana sedikit tersentak, setahunya tak akan ada yang berani melaporkan hal seperti itu kecuali~
Qiana berdiri dari posisi duduknya, ia menarik kerah baju Pelangi "Ternyata Lo tukang lapor juga ya?" Pelangi, gadis itu sama sekali tak tahu apa yang terjadi, ia juga tak tahu dimana dan kapan Bu Gita mengetahui hal ini.
Gadis itu sedikit berpikir satu nama tiba-tiba terlintas di pikirannya 'samuel'
"Qiana lepaskan! Dan kembali duduk di kursi mu!" Bu Gita membentak gadis itu Nada suara Wanita itu meninggi, Ia harus tegas dengan siswi bernama Qiana ini.
Qiana melepaskan cengkramannya bukannya duduk kembali di kursi ia malah berbalik keluar dari ruangan tersebut, bodoh amat jika ia akan di keluarkan dari sekolah, Walaupun hal itu tidak akan pernah terjadi, koneksi Papanya sangat banyak.
"Kamu juga bisa keluar, Ibu akan tanya Qiana lain kali, ibu minta maaf atas ketidaknyaman kamu sebagai seorang siswi di sekolah ini"
"Tidak apa-apa Bu, dan terima kasih sudah ingin sedikit membantu saya!" Pelangi tersenyum "dan sampaikan terima kasih ku untuk Samuel, aku harap dia tidak terlalu ikut campur dalam hal ini, aku bisa melewatinya sendiri!"
Pelangi pamit kepada Bu Gita, Guru itu hanya mengangguk mempersilahkan.
Diluar Pelangi mendapati Reza dan Dikta yang berdiri, Reza terlihat bersandar penuh pada dinding Pria itu menghentak-hentakan sepatunya di lantai, Pelangi tak tahu jelas sejak kapan kedua Pria itu berdiri disini? "kalian kenapa disini?"
Dikta terkejut tapi senyuman terbentuk jelas di sudut bibir Lelaki itu, Dikta menyodorkan sebuah lollipop kepada Pelangi, "Berkah tuhan!" Katanya, hal itu berhasil membuat kening gadis tersebut berkerut.
Tanpa bertanya apapun gadis itu mengambil pemberian Dikta dengan senyum yang sedikit ia paksakan, Ia tahu siapa yang menyuruh kedua laki-laki ini, tapi lollipop bukannya terlalu kekanakan untuk usianya yang sudah menginjak tujuh belas tahun?
"Kita bakalan temenin lo hari ini!" Ucap Reza.
"Suruhan siapa lagi? Samuel?" Tebak Pelangi walaupun ia sudah yakin, Hanya satu yang peduli kepada dirinya di sekolah ini yaitu Samuel, Walaupun kedua teman Samuel sedikit membantu dirinya untuk bertahan di sekolah ini tapi Samuel yang paling berperan.
Keduanya terdiam.
"Tanpa gue tebak gue tahu kok!" Pelangi menepuk bahu kedua lelaki itu secara bergantian "Nggak usah gue bisa jaga diri gue sendiri Qiana mah kecil yang nggak bisa gue lawan itu kekuasaannya dia!" Ujar Pelangi menjelaskan hal yang sebenarnya terjadi.
"Berarti gue nge-langgar perintah Sam kalau kek gitu Pel!" Kata Dikta kecewa.
"Gue bakalan telfon dia!"
Pelangi mengambil handphone-nya lalu mencari nama yang akan ia hubungi.
"Halo Sam?"
Di seberang sana Sam sedikit keheranan ia sedang bersantai sambil menonton televisi acara kartun yang ia tonton menjadi hiburannya setelah kembali ke apartement.
"Lo kenapa?" Tanya Pria tersebut.
"Gue punya pertanyaan," Pelangi memberi jeda lalu melanjutkan perkataannya "maksud Lo tanya Bu Gita kek gitu kenapa gue sama Qiana di panggil ke ruang BK tadi, dan dua sahabat Lo juga disini nungguin gue!"
"Gue disuruh tuhan!"
"Ha?" Pelangi menatap kedua Sahabat Samuel dengan heran, sedangkan Dikta dan Reza hanya menaikkan kedua alisnya ikutan heran.
"Lo waras kan?"
"Iya gue waras, tuhan emang nyuruh gue buat jaga salah satu umatnya, kan umatnya banyak, gue bingung makanya gue pilih Lo!"
"Gak jelas banget sih Lo!"
Di seberang sana Samuel tertawa, ia pastikan wajah Pelangi saat ini sedang memerah menahan marah.
"Izinin dua teman gue jaga Lo! itu perintah Tuhan juga!"
"Udah udah, Lo hari ini keknya lagi nggak jelas banget!"
Pelangi memutuskan sambungan, ia melirik malu ke arah teman Samuel, keduanya terlihat tersenyum, tapi senyum Dikta lah yang sangat menakutkan bagi Pelangi, Senyum Reza masih bisa di kontrol tapi tidak dengan Pria di sampingnya.
Pelangi menggelengkan kepalanya lalu berlalu meninggalkan keduanya, ia lebih baik ke kantin.
-----
"Jadi kapan Lo jadian sama Samuel ?" Tanya Dikta lelaki itu ikut duduk di kursi kantin bersama Pelangi begitupun juga Reza, lelaki itu sudah sibuk dengan ponselnya lagi dan lagi.
"Gue nggak jadian sama dia!" Bantah Pelangi.
"Gue nggak percaya!"
"Yaudah nggak usah!"
"Gue kan bisa tanya Samuel, dia bisa lebih jujur!" Kata Dikta, ia tersenyum kala pesanannya sudah datang.
Reza meletakkan ponselnya mengambil bakso yang di bawakan oleh ibu kantin "Lo jadi orang kepo banget sih Ta!"
"Tuh kan Reza aja bilang Lo kepo!"
"Udahlah!"
Ketiganya menyantap makanan masing-masing dalam hening, hingga makanan itu habis.
Pelangi menyodorkan uang dua puluh ribu pada Reza "Gue nitip bayar ya!" Bukan menerima Reza malah mengembalikan uang tersebut lalu berjalan ke arah ibu kantin.
"Tenang Pel, traktir bakso kek gini nggak bakalan buat dia bangkrut!" Ucap Dikta sambil menunjuk Reza.
"Gue yang nggak enak sama kalian!"
"Enakin aja!"
-SalamManisDariPenulis-
KAMU SEDANG MEMBACA
HoPe✔️
Teen FictionFollow dulu yuk baru baca! Untuk sebuah kisah yang hebat dan untuk kisah yang luar biasa, Terima kasih telah mencintaiku hingga akhir. ~SamuelAlexandre Terima kasih telah membuatku merasakan cinta yang hebat, cinta yang luar biasa dan cinta yang me...