*13*

1.3K 65 1
                                    

Reza berjalan masuk ke dalam ruangan Samuel di ikuti dengan Dikta yang mengikut di belakangnya.

Samuel yang merasa ada yang masuk ke dalam ruangannya, mengubah posisi tidurnya menjadi duduk, masih dengan mata yang belum terbuka sempurna "Bang, Sam mau istirahat bisa nggak sih?" Kata Lelaki itu

"Hobby banget Lo masuk rumah sakit Sam" Akhirnya mata Samuel terbuka dengan benar kala suara yang tak asing masuk ke dalam indra pendengarannya.

"Tuhan yang rencanain!" Ucap Pria itu asal, Walaupun ia sempat terkejut dengan kehadiran kedua sahabatnya.

"Lo sakit apa?" Akhirnya pertanyaan itu terlontarkan oleh Reza yang sudah mati penasaran,

Samuel hanya tersenyum, seakan ia tak apa-apa ia sehat dan tak punya penyakit apa-apa.

"Gue cuma mau tau!".

"Kecapean!" Ucap Samuel pada akhirnya.

"Sampai mimisan?"

"Ya gitu!"

Reza mengangguk walau sepenuhnya tak percaya.

Samuel kembali berbaring sedangkan kedua temannya sudah duduk manis di sofa yang berada dalam ruangan tersebut.

"Gue mau liburan!" Pinta Samuel tiba-tiba membuat kedua temannya yang duduk di sofa menatap heran kepada nya.

"Gue sih yes!" Setuju Dikta.

Reza menimang perkataan Samuel lalu mengangguk tanda setuju.

***

Setelah kedua temannya pamit pulang , Ruangan Sam kembali hening, Miko berniat untuk menemaninya tadi tapi melihat wajah kelelahan sang Abang membuat Samuel sedikit tidak tega, dan menyuruh Miko untuk pulang beristirahat, Miko sempat menolak tapi bukan Samuel yang jika berdebat ingin di kalah ia harus selalu menang.

Ia menarik selimut yang berada di bawah kakinya menutupi sebagian tubuhnya.

Di saat seperti ini ia sangat merindukan keluarganya, Apakah jika sang Bunda dan Ayahnya mengetahui hidupnya tak akan lama lagi akan menyuruhnya untuk kembali ke rumah itu?

Samuel menggeleng, ia tak boleh memberitahukan keluarganya tidak akan pernah!!

Pria itu berniat tidur saja walaupun jam baru saja menunjukkan pukul sembilan.

***

"Mas udah pulang?" Seru Novita saat melihat Suaminya yang muncul dari balik pintu rumah "Tumben mas Pulang cepat!"

Alexandre tersenyum lalu berjalan ke arah istrinya memberi kecupan manis di kening wanita anggun itu " Kita butuh liburan dehh Bun!"

Novita Mengerutkan kening nya tak biasa suaminya itu meminta permintaan yang bisa menunda pekerjaannya.

"kenapa tiba-tiba?''

"Samira pasti bosen di rumah terus, sesekali mas mau nyenengin dia!"

Novita mengangguk dan tersenyum "Mas?"

Alexandre hanya berdeham ia sudah sibuk melepas sepatu dan kaos kakinya "Kenapa?"

"Aku jarang banget minta apa-apa sama mas kan?" Alexandre mengangguk menunggu perkataan istrinya selanjutnya "Aku punya permintaan, Tapi aku harap mas bakalan ngabulin permintaan aku ini"

"Emangnya apa?"

"Aku mau Samuel kembali ke rumah ini!"

"Nggak!"

"Mas aku udah pisah sama anak aku tiga tahun mas!"

"Dia bukan anggota keluarga ini lagi!"

"Mas tolong!!" Mohon wanita itu.

Alexandre sedikit tak tega melihat istrinya yang sudah menangis, ia tak suka jika wanita itu meneteskan air mata.

"Terserah kamu!" Ucapnya lalu berlalu meninggalkan istrinya yang masih tak percaya.

***

Pagi harinya Samuel berganti pakaian di dalam ruang rawatnya, hari ini ia akan pergi ke sekolah tentu dengan paksaan dan janji palsu yang mengatakan bahwa ia akan baik-baik saja.

Dan pagi-pagi sekali kedua sahabatnya sudah duduk manis di depan ruang rawatnya, menjemput katanya.

"lama banget si Lo!" kesal Reza kala sosok tinggi itu muncul dari balik pintu.

"Orang ganteng dandannya lama!"

"Suka-suka Lo!" Pasrah Reza " Ayo berangkat"

Dikta dan Samuel mengikuti langkah Reza yang sudah melangkah terlebih dahulu.

Sesampainya di parkiran, mereka berdua langsung masuk ke dalam mobil BMW putih yang sudah terparkir rapi di salah satu tempat parkir.

"Kenapa kepikiran mau jemput gue? Di rumah sakit lagi!"

"Mau aja, searah dari rumah sekalian udah lama kita nggak ngumpul !" Dikta yang menjawab.

"Kok gue jadi kangen rooftoop sekolah ye?"

"Udah lama ya kita nggak kesana?" ujar Dikta.

Mereka berdua mengangguk.

"Gue lebih kangen Bu Gita!" tawa Dikta pecah mengingat guru berkaca mata itu.

"Belum move on juga Lo sama Bu Gita" Tawa Dikta makin menjadi-jadi ketika Reza mengucapkan kalimat tersebut.

"Dia Tante gue!" Jujur Samuel pada akhirnya, rahasia terbesarnya pasti akan terbongkar hari ini juga.

Reza dan Dikta terdiam ''Serius?" Tanya Dikta terkejut.

Samuel mengangguk "Gue anak pak Alexandre,  sekaligus pebisnis yang katanya sangat sukses!"

Reza terdiam, begitupun dengan Dikta, Bukannya mereka tak percaya pasalnya baru kali ini mereka mengetahui fakta terbesar dari Samuel sahabat dari kecilnya itu.

"Kenapa lo rahasiain dari kita?" Tanya Reza sedikit agak kecewa.

"Gue mau cari teman yang nggak mandang gue dari harta!"

"Masuk akal!" Ujar Dikta. "Secarakan Lo orang kaya nih, Pasti banyak banget orang manfaatin itu, Buktinya kami selanjutnya!"

Plakk

Reza tak segan-segan memberikan hadiah pukulan di kepala anak itu.

"Gue udah kaya!" Ucap lelaki itu "Lo aja yang manfaatin dia, lumayan Ta bisa beli Lamborghini yang Lo incar!"

Plakk

Dikta memukul kepala Reza "Lo kira gue cowok apaan!"

Reza tertawa begitupun dengan Samuel yang duduk di kursi belakang.

"Tenang aja Sam kita sahabatan sama lo bukan karena itu tenang aja !''

Samuel tersenyum "Kita temenan sama lo supaya numpang tenar secarakan muka Lo itu ganteng banget gitu kan jadi sekalian menaikkan nama kami juga!"

"Kalau yang itu gue setuju!" Seru Reza yang masih fokus menyetir tanpa menatap kedua sahabatnya.

Samuel menggeleng "Untung gue orang baik ya kannn?"

Dikta mengangguk "jadi kenapa  nggak tinggal bareng orang tua Lo?"

Samuel sudah siap dengan pertanyaan itu, Ia tahu ia tak akan pernah menyimpan rahasia ini lama-lama.

"Gue di usir!"

"WHATTTTT!" Teriak Dikta.

Reza ikut terkejut tapi ia masih mengerti situasi " Karena apa?" Tanya lelaki itu pada akhirnya.

"Gue nakal!"

"Nggak mungkin itu kan?"

"Itu jawaban yang paling benar'' Samuel menarik nafas sejenak lalu menceritakan semua hal yang terjadi pada hidupnya.

**



-SalamManisDariPenulis-


HoPe✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang