"Lo jangan sok kecantikan!" Qiana mendorong pelangi membuat gadis itu tersungkur ke belakang Kali ini pelangi merasakan pantatnya seperti di hantam batu keras, ia mengusapnya dengan pelan.
"Gue cuma lewat, terus salah gue apa?" Ujar Pelangi tak suka, Setidaknya Hak asasi manusia masih berlaku di negara ini.
"Lo nge balas ucapan gue ya?" Qiana menarik rambut lurus milik Pelangi membuat Pelangi meringis kesakitan, ia mencoba melepaskan tangan Qiana tetapi gadis bar-bar ini semakin menariknya.
"Kalian bisa pada minggir nggak?" Pelangi dan Qiana menoleh ke arah suara serak yang baru-baru saja terdengar merasa heran kala sosok Tinggi berwajah tampan sedang menatap mereka datar, Ia adalah Samuel, tapi sejak kapan pria tinggi itu berdiri disitu.
"Kalian bisa minggir nggak?" Tanya Samuel sekali lagi, Ia mengayunkan tangannya memerintahkan kedua orang tersebut untuk pindah, karena keduanya memang sedang menghalangi jalan.
"Urusan gue sama dia belum selesai Sam" Kata Qiana, Tetapi selangkah demi selangkah gadis itu mundur hanya Pelangi yang masih saja berdiri pada tempatnya sambil merapikan rambutnya yang berantakan.
"Terus sampai kapan gue mau berdiri disini, Nonton Drama yang tak seindah drama korea yang gue Tonton?" Sebagian siswa yang sedang menyaksikan kejadian tersebut hanya tertawa, Samuel tetaplah Samuel sang King of bolos tetapi otaknya tak tertandingi, Dan paling jago nge-lawak di antara kedua temannya.
Qiana tersenyum sinis lalu berjalan pergi sedangkan Pelangi menoleh ke arah Samuel, Pria itu hanya tersenyum menandakan gadis itu tak usah berterima kasih.
---
Pelangi menaiki tangga satu persatu untuk sampai di kelasnya, Di sekolah ini terdapat lift tapi ia tak ingin menaikinya karena biasanya akan antri oleh adik kelas ataupun kakak kelas, ia paling anti untuk bergabung dengan mereka. Lebih baik ia harus menaiki seribu tangga daripada harus bertemu perempuan yang modelnya hampir sama dengan Qiana.
Sesampainya di kelas Samuel melihat Pelangi yang duduk di bangkunya, Pria itu terkejut.
Samuel yang memang tak tahu apa-apa hanya menatap Pelangi, ia melangkah ke arah Reza Bangku gue kok di pakai Ama dia?" Samuel berbisik pelan kepada Pria itu.
Reza berbalik menatap Pelangi lalu kembali menatap layar handphone nya "Lo sih bolos mulu"
Samuel mengacak kasar rambutnya, ia segera duduk di bangku depan Reza, mau tak mau Reza kembali menaruh handphonenya lalu mengangkat kedua alisnya mengisyaratkan Kata apa?
"Gue duduk dimana?"
"Lantai!" Jawab Reza, Membuat Samuel berdecak kesal.
Tiba-tiba bahunya di pukul dengan pelan, Pria itu mendongak menatap wajah takut-takut seorang gadis "Lo kenapa?"
"Gue denger itu bangku Lo?" Pelangi merasa tak enak "Lo duduk disana aja, biar gue ambil bangku sendiri"
Samuel menggeleng "Lo duduk disitu aja, Gue bisa ambil bangku lain di gudang " Ujar Samuel kemudian berdiri "Gue ke gudang dulu, Gue tunggu di rooftop nanti!" Kata Samuel.
"Lo datang sekolah buat bolos aja Sam?" Dikta yang baru saja datang lagi-lagi geleng-geleng kepala.
"Yoi Bro" Samuel tertawa, segera pergi ke gudang.
---
Senyum puas Samuel terlihat kala ia baru saja mengantarkan bangku nya dengan mulus, Ralat bukan ia yang mengantarkannya tetapi seorang siswa yang ia minta tolong ii.
Entahlah Siswa tadi ikhlas atau tidak yang jelasnya ia sudah melakukan pekerjaan yang hebat.
Langkah Samuel terhenti ketika kepalanya mendadak pusing ia menggeleng berharap bahwa bayangan semua orang itu menghilang yang membuatnya nyaris ingin muntah.
Ia tak dapat menahannya, sayup-sayup ia mendengar semua orang yang meneriaki namanya, Titik-titik keringat sudah membanjiri pelipis pria itu Samuel tahu ini baru permulaan tapi mengapa sakitnya begitu luar biasa?
Reza dan Dikta merasa heran, Keduanya baru saja ingin melangkah naik ke tangga untuk menuju rooftop tetapi kerumunan orang tersebut menarik kedua pria Itu.
"Ada pembagian sembako kah? Ramai banget" Kata Dikta ia berniat mengikuti langkah Reza yang sudah terlebih dulu naik tetapi tiba-tiba seseorang meneriaki namanya, membuatnya kembali menoleh ke arah kerumunan itu.
"Samuel Pingsan" Kata salah satu dari mereka, Barulah kedua Pria itu berlari dan benar Samuel benar-benar pingsan.
"Dia nggak bercanda kan?" Tanya Dikta, Ia takut bahwa Samuel sedang mengerjainya mengingat bahwa pria ini adalah Pria yang paling jail.
Bahkan hal seperti ini pun sangat mudah ia lakukan, tetapi melihat wajah Samuel yang semakin pucat jelas membuat Keduanya khawatir.
Semua orang berbalik ketika seorang guru berlari ke arah mereka nafasnya ngos-ngosan karena berlari dari ruang guru.
"Temen kalian pingsan kok cuma di liatin?"
Senyum Dikta terlihat, melihat Bu Gita adalah suatu hal yang ia sukai, Bagi Dikta Bu Gita adalah sosok guru yang sangat ia sukai karena apa? Mungkin karena ketegasan karena hal itu pula ia sering di ejek oleh Reza ataupun Samuel.
Tetapi mengapa ia malah memikirkan hal itu, Padahal Samuel sedang tak sadarkan diri.
"Kalian bantu Ibu bawa dia ke mobil" Dikta mengangguk, ia segera menyuruh Reza untuk menaruh Samuel di pundaknya.
------
Pelangi menghentikan kedua Pria yang tak sengaja lewat di hadapannya, Gadis itu menarik nafas kala tatapan nya bertubrukan dengan keduanya.
"Gue denger Samuel pingsan?" Gadis itu menunduk.
Reza dan Dikta saling tatap "Dia nggak apa-apa" Ujar Reza "Lagian bukan salah Lo" Kata Pria itu, jelaslah Pelangi menyalahkan diri karena jika bukan karena bangku Samuel yang di ambil alih oleh gadis itu Samuel mungkin tak perlu bersusah payah ke gudang.
"Seandainya dia nggak ke gudang mungkin dia nggak bakalan pingsan" Kata Pelangi hembusan nafas kasar terdengar lagi.
"Sejak kapan Lo kenal Sam?" Heran Dikta, Apalagi Pelangi adalah siswa baru bagaimana bisa ia mengenal Samuel secepat ini mengingat Pria itu jarang berada di kelas begitupun Reza ia juga merasa heran, pertama kali ia melihat Pelangi tadi pagi berbicara dengan Sam.
Apakah keakraban tercipta dengan hal-hal seperti itu.
"Gue udah kenal dia sebelum nya" Ujar Gadis itu membuat kedua pria itu mengangguk "Gue mau jenguk dia nanti, Aku boleh minta alamat rumah sakitnya?"
Dikta mengangguk lalu mengatakannya membuat Pelangi tersenyum, dan hal itupun membuat keduanya terdiam kala senyum manis itu terpampang nyata.
"Terima kasih Dikta, Reza" Pelangi tersenyum segera pergi, Gadis itu merasa masih ada orang baik di sekolah ini, Reza dan Dikta kedua pria itu hampir sama dengan Samuel, Mereka tak ambil pusing akan darimana asalmu dan berapa banyak harta mu.
"Manis banget senyumannya" Mata Dikta membulat, masih menatap punggung Pelangi yang menjauh.
Pukulan dari Reza mendarat mulus di kepala Pria bodoh itu, Ia segera menarik tangan Dikta menuju ke kelas "Kita jenguk Sam, malam aja sekalian nginep"
"Setuju"
"Gitu aja Lo setuju, Bilang aja Lo malas ketemu bokap lo"
"Setuju!" Dikta menyengir "Gue harus persiapkan sesuatu, tapi omong-omong kenapa Samuel bisa pingsan, dia kan jarang banget sakit"
Reza mengangguk setuju, Ia juga terkejut melihat Samuel tadi "Mungkin dia lagi kecapean" Ujar Reza "Semoga"
-salamManisDariPenulis-
KAMU SEDANG MEMBACA
HoPe✔️
Teen FictionFollow dulu yuk baru baca! Untuk sebuah kisah yang hebat dan untuk kisah yang luar biasa, Terima kasih telah mencintaiku hingga akhir. ~SamuelAlexandre Terima kasih telah membuatku merasakan cinta yang hebat, cinta yang luar biasa dan cinta yang me...