*40*

1.4K 66 0
                                    

Alexandre menatap Miko berharap bahwa tak ada kebohongan dari keponakannya tersebut.

"Jadi sejak kapan?" Tanya Alexandre.

"Dua bulan yang lalu Om, Samuel datang katanya dia sering mimisan, makanya aku ngambil sampel darah dia dan positif kanker darah Stadium tiga, Samuel tipe orang yang cuek jadi dia mengabaikan padahal penyakit itu bisa cepat di obati jika cepat di temui!" Miko menarik nafas panjang "Dia udah jalanin kemo pertamanya dan itu berhasil akhir-akhir ini Samuel nggak kambuh karena rajin minum obatnya, Tapi temannya ngabarin aku bilang Samira hilang karena Samuel! Pas aku sampai disana anak itu udah keduluan tumbang, dia nggak minum obat dua hari lamanya!"

Alexandre merasa bersalah "Dia pernah di Vonis kanker darah pas umur dia satu tahun!"

Miko terkejut ia baru mengetahui fakta tersebut.

"Tapi kami cepat nanganinya dan semangat Samuel kecil dulu itu besar sekali untuk sembuh kami ngerahasiainnya dari semua orang bahkan Samuel sendiri nggak tahu, Dan dokter menyatakan dia sembuh total, Om nggak nyangka hal mengerikan itu balik lagi ke dia karena Om!"

"Aku nggak mau nyalahin siapa-siapa dalam kasus ini Om, Yang harus kita pikirkan saat ini adalah kesehatan Samuel serta kesembuhan anak itu!"

"Apa yang akan di lakukan selanjutnya?"

"Aku udah jadwalin kemo Ke duanya dia, Tapi itu harus di tunda karena Keadaan Samuel sekarang!"

Miko menatap Omnya itu dengan perasaan sedih, Mengapa ia tak marah padahal ia bisa saja memaki di depan Papa Samuel, Ia tak bisa melakukannya karena dari raut wajah Pria itu menampakkan bahwa Alexandre sangat terpukul dengan keadaan putranya sekarang.

"Om percaya sama kamu,"

-------

Alexandre membuka pintu kamar rawat anaknya, Novita terlihat sibuk memperbaiki letak selimut anaknya.

"Gimana keadaanya?"

"Demamnya nggak turun mas, Aku khawatir sekali!"

"Maafkan Aku Novita"

"Aku juga salah dalam hal ini".

Novita berjalan ke arah suaminya ikut duduk di sofa ia tahu Suaminya butuh sandaran untuk saat ini bahunya siap untuk menyaksikan tangis Pria itu.

Alexandre benar-benar menyandarkan kepala sepenuhnya ke Novita ia menumpahkan tangisnya di bahu Wanita itu, Ia terpukul, ia menyesal sikap tegasnya hampir membawa anaknya ke ujung maut.

"Aku tahu Tuhan sayang kita, Makanya dia ngasih kita ujian lebih berat lagi mari semangat lagi Mas, Samuel dengan Samira butuh kita!" Novita berusaha menguatkan suaminya padahal ia juga begitu rapuh, ia belum bisa menerima kenyataan pahit ini.

Alexandre berjalan ke arah bankar anaknya, Samuel terlelap wajah Pria itu pucat pasi "Kamu kuat Papa tahu!"

Novita memalingkan wajahnya ke samping tak sanggup melihatnya, Wanita itu kembali terisak.

"Pa? Bun?, Kalian tahu hal yang paling Sam nggak suka?"

Kedua pasangan suami istri itu terkejut, Alexandre yang berada di dekat Samuel melihat anak itu yang membuka mata.

"Sam nggak suka kalian kayak gini karena anak kurang ajar kayak aku!"

"Nggak, nggak kamu anak baik!" Alexandre menyela.

"Samuel tahu kalian udah banyak kecewa di banding bangganya sama Sam, Maafin Sam!"

Novita menghampiri Samuel ia segera memeluk tubuh kurus anaknya "Jangan bilang seperti itu lagi, Bunda bangga sama Sam, Samuel anak kuat kan? Bunda bangga sayang, bunda bangga!"

"Samuel udah nggak kuat Bun, Rasanya sakit!"

"Bunda tahu, Bagi rasa sakitnya ke Bunda, Pukul bunda sayang ayo pukul Bunda!"

Samuel mengulurkan tangannya ke Alexandre meminta bantuan Papanya untuk mendudukkan dirinya, Alexandre segera membantu puteranya.

"Baring aj..." Ucapan Novita terhenti ketika Samuel memeluk dirinya air matanya kembali terjatuh, Ia mengusap punggung anaknya "Bertahan lebih lama lagi Ya? Bunda ingin lihat kamu sembuh lagi!"

"Samuel nggak tahu!"

"Itu perintah dari Bunda,"

Samuel mengangguk mengiyakan saja,Walaupun ia tak bisa menjanjikan apapun.

"Papa belum minta maaf!"

"Sam nggak nyalahin siapapun, Lagi pula ini kesalahan Samuel juga,"

Alexandre dan Novita saling tatap mereka benar-benar bangga dengan Samuel anak itu terlihat dewasa.

"Ayo baring lagi!" Novita membantu puteranya.

Samuel benar-benar tidak punya tenaga untuk saat ini, Ia tahu efek tak meminum obat dua hari akan seperti ini dan ia tetap melakukannya.

"Bunda?"

"Iya?"

"Teman Samuel tahu?"

"Mereka dengar tadi, Tante mu yang memberitahukan Bunda!"

"Samuel tahu pasti dia, Tante Sam yang satu itu memang luar biasa sekali, Tidak di sekolah, di rumah bahkan di rumah sakit selalu mencampuri urusan Sam"

Novita tertawa, Samuel benar-benar anak ajaib, Pria itu baru saja di hadang maut tapi masih bisa bercanda di saat seperti ini.

"Pelangi juga ada?" Raut wajah Pria itu berubah kala Nama itu ia sebut.

Novita mengangguk "Kamu siap-siap hadapin pacar kamu marah!"

"Pelangi marah nggak bisa di tangkis Bun, Samuel bolos aja berasa dia pengen bakar sekolahan!"

"Bagus dong, Makin pengen Bunda jadiin menantu,"

"Dia pasti kecewa sama aku Bun"

"Kecewa itu wajar, Kamu hanya perlu jelasin baik-baik ke dia!"

"Aku nggak tahu mau jelasin apa ke dia!"

Percakapan mereka terhenti ketika Miko masuk tanpa mengetuk pintu.

"Halo Bang!" Samuel tersenyum menampakkan deretan gigi putihnya, Walaupun bibirnya tak ada warna sama sekali.

"Abang nggak mau saksikan yang kedua kali kejadian tadi Samuel!"

"Itu yang terakhir bang!"

"Tumben teman kamu nggak datang!" Heran Miko biasanya jika Samuel di rawat dua kucrut yang selalu bersama itu selalu ada.

"Mungkin tenangin hati mereka pasti kaget dengar berita siang tadi!"

"Iyalah, Abang lihat kamu aja tadi kaget banget! Nafas kamu pendek banget seandainya Abang nggak ngasih kamu nafas buatan kamu udah lewat!"

Samuel tiba-tiba memegang Bibirnya "Itu ciuman pertama Sam Bang!" Ucap Pria itu tak terima ia merenggut kesal.

Semua yang berada dalam ruangan tersebut tertawa.

"Sudah tahu kamu tentang Ciuman pertama ya Samuel?" Alexandre memukul pelan kepala sang anak.

Samuel terlihat kesal "Kenapa bisa gitu bang?"

"Nanti Abang jelasin, kamu istirahat saja kalau ada apa-apa pencet tombol samping kamu!"

"Kamu tidak perlu mencemaskan itu Miko, kedua orang tuanya sudah ada disini!" Ujar Novita berusaha tersenyum.

"Aduh Miko lupa Tante, Maaf Tante dulu anaknya saya sering ikat salahkan dia yang selalu ingin kabur!"

"Kamu memang nakal Samuel!" Alexandre berkata.

"Iyalah masa aku di tinggal sendiri kan sepi banget!"

Miko memukul kening Samuel "Tidur sana, kamu butuh istirahat!"

"Oke bang!"

Samuel kembali menutup matanya berusaha untuk tidur, Ia memang benar-benar butuh istirahat

Ketika mendengar dengkuran halus dari Samuel, Miko berpamitan keluar.




Tambahin garam hambar banget wkwkwkwk. Tapi Keep Voment yaaa😚
-SalamManisDariPenulis-

HoPe✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang