*41*

1.3K 62 1
                                    

Novita berjalan ke arah Dapur rumah sakit, Ia tak sempat meminta tolong kepada Bi Jum untuk membuatkan makanan Pagi ini untuk Samuel, Wanita anggun itu berniat untuk membuat makanan itu sendiri.

Tak ada yang heran ketika para pekerja di dapur itu melihat Novita, Karena mereka semua tahu wanita itu adalah istri dari Alexandre seorang pengusaha juga donatur  terbesar di rumah sakit ini, Bahkan tak segan-segan para pekerja membantu Novita.

Setelah hampir sejam ia berkutat dengan dapur, Bubur labu yang ia buat akhirnya jadi, Ia berpamitan kepada para pekerja dan menuju ke kamar rawat Samuel.

-----

Samuel masih tertidur kala Novita membuka pintu, Ia sedikit tak tega untuk membangunkan anaknya tapi Samuel harus makan dan minum obat.

"Sam?" Panggil Wanita itu sangat pelan "bangun dulu yuk makan!"

Samuel terlihat menggeliat, Novita dengan cepat menahan tangan Pria itu yang di infus takut Samuel tak sadar bahwa ia sedang berada di rumah sakit.

"Ayo bangun dulu! Bunda udah buat bubur!"

Akhirnya Mata Samuel terbuka, Ia menatap Bundanya lalu tersenyum.

Novita segera membantu anaknya untuk duduk, Samuel memang tak bisa bergerak banyak saat ini tubuhnya masih lemah.

"Sam mau ke kamar mandi dulu Bun, Tapi kayaknya Sam nggak bisa berdiri deh!"

"Bunda ambilkan air saja ya? Kamu cuci muka disini"

"Nyusahin itu mah, bantu aku berdiri aja!"

Novita setuju, Ia membantu anaknya tangan Yang satunya ia gunakan untuk menahan Samuel tangan satunya ia biarkan untuk mendorong tiang infus anak itu.

"Biar Sam aja!" Pria itu mengambil alih tiang infusnya sendiri.

Samuel membasuh mukanya dengan satu tangan "Maafin Sam nyusahin Bunda pagi-pagi!"

"Nggak apa-apa bukannya ini tugas seorang Ibu?" Novita mengelus rambut Samuel "Udah? Ayo kembali ke tempat tidur mu"

-----

Pria itu menatap bubur labu itu tak berselera "Bun Samuel nggak bisa habisinnya deh itu banyak banget, Sam kasih saran panggil Dikta sama Reza itu bakalan habis"

"Tapi bunda buatnya untuk kamu bukan untuk dua orang itu, Lagipula teman mu lagi sekolah."

Alasan Samuel tak bisa di terima ia segera menyendok kan sedikit demi sedikit makanan itu ke dalam mulutnya berharap makanan itu tak keluar, ia tak ingin mengecewakan bundanya yang bahkan bersedia memasak walaupun wanita itu sedang berada di rumah sakit, Padahal Novita bisa saja menyuruh Bi Jum.

"Udah ya Bun perut Samuel rewel banget!"

Novita menatap mangkuk bubur itu tersisa setengah dari yang ia bawa tadi "Oke nggak apa-apa!"

-------

Pelangi menutup wajahnya, Matanya membengkak karena sedari kemarin menangis, Ia bahkan belum pernah menemui Samuel ia takut akan menangis didepan lelaki itu dan membuat pikiran Samuel kacau lagi dan akan memengaruhi kesehatan Pria itu.

Pelangi mendongak ketika meja yang ia duduki di pukul dengan keras oleh seseorang, Ia tahu itu adalah Qiana tapi ia tidak ingin di ganggu saat ini.

"Pengawal Lo semua nggak ada? Gue bisa bebas dong apain Lo?" Qiana tersenyum licik.

"Gua nggak mau di ganggu!"

Suara tawa terdengar "Emangnya Lo bilang gitu gue bakalan turutin?"

"Mau lo apaan sih?" Pelangi menatap tajam ke arah Perempuan itu.

"Mau gue gampang kok, Keluar dari sekolah ini!".

"Urusan Lo sama hal itu apaan?"

"Gue nggak suka aja ada manusia yang nggak selevel dengan para murid di sekolah ini!"

"Lalu karena hal itu Lo bebas ngelakuin apa aja? Lo sadar nggak sih malahan murid kayak Lo yang patutnya keluar dari sekolah ini!"

Qiana mengangkat tangan kirinya ingin menampar wajah Pelangi tapi hal itu terhenti ketika Reza langsung saja muncul dan menahan pergelangan tangannya "Keluar!!! Ini bukan kelas Lo kan?"

Qiana menyentakkan tangannya yang di pegang oleh Reza lalu ia keluar dari kelas itu.

"Makasih Za!"

"Nggak apa-apa kan?"

"Hmm!"

"Lo harus kuat Sam butuh kita semua".

"Gue udah berusaha"

Keduanya berbalik ke arah Dikta yang baru saja datang, Pria itu terlihat menenteng nasi bungkus tapi untuk apa?

"Pel gue di suruh Samuel katanya Lo belum makan!". Dikta menyerahkan kantong plastik itu ke Pelangi

"Sok tahu dia mah, Padahal ngabarin gue aja nggak pernah"

"Berarti itu feeling, Dan gue yakin itu benar!"

"Makasih Dikta!"

"Jangan berterima kasih sama Gue sama pacar Lo noh! Ohiyaaa nanti pulang sekolah jadi jengukin Sam kan?"

Reza mengangguk.

"Iyaaa!" Jawab Pelangi.

"Gue nggak nyangka Sam sakit, Bahkan hal itu ganggu tidur gue!"

"Gue juga," Ujar Reza.

"Dia bisa di bilang jahat kah? Nyembunyiin hal itu di kita semua, Dia selalu berusaha baik-baik aja padahal sebenarnya dia sakit!" Dikta terlihat kecewa.

"Gue pengen marah tapi nggak bisa!" Pelangi menatap kedua sahabat Samuel.

"Kita nggak ada yang boleh marah atau ngambek, Kecewa wajar tapi kita nggak boleh marah, Sam lakuin itu buat kebaikan kita juga dia nggak mau buat kita semua khawatir sama keadaan dia, yang harus kita lakuin adalah semangatin dia itu aja!"

"Gue selalu terpukau sama Lo Za jika kalimat Lo sepanjang itu!" Dikta merasa kagum, Reza adalah lelaki pendiam menurut Dikta makanya ia sangat kagum jika Reza mengeluarkan kalimat yang panjang seperti tadi itu adalah hal yang paling langka.

"Jangan fokus kesitu Ta, Ambil makna dari ucapan Reza, Lo ini!"

Dikta menyengir aneh "Iya Pel Iya!"

-----

Sepulang sekolah mereka bertiga berhenti di salah satu minimarket yang searah dengan rumah sakit tempat Samuel di rawat, Mereka ingin membelikan sesuatu untuk Samuel, tak enak jika menjenguk seseorang tak membawa apapun.

"Beliin apa?"

"Samuel sih nggak suka yang ada di dalam sini!" Ujar Dikta.

"Maksud Lo?" Heran Pelangi.

"Sam tuh sukanya PS atau hal-hal yang berbau game gitu!"

Pelangi tak segan-segan memukul Pria itu "Pacar gue sakit mau Lo ngasih game? Stres Lo Ta!"

"Ya gue cuma ngasih saran sih sekaligus bahagian pacar Lo!"

"Saran Lo gue tolak!"

"Udah abaikan dia, Sana ambil buah!" Reza mengambilkan keranjang untuk pelangi segera menyuruh Gadis itu untuk pergi, Daripada perdebatan gadis itu dan Dikta tak kunjung selesai dan berakhir dengan Pelangi yang emosi parah.

"Baru gue mau mancing dia!" Dikta kesal sendiri hal itu membuat Reza geleng-geleng kepala ia segera berjalan meninggalkan Pria tak waras itu.

"Tungguin gue woyyy!"


Keep Voment!!!
-SalamManisDariPenulis-



HoPe✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang