Mobil Reza memasuki area sekolah, setelah terparkir rapi para lelaki di dalamnya berhambur keluar, Samuel menyampirkan tas punggungnya di sebelah kanan tak berniat untuk memakai dengan benar benda tersebut.
Pemandangan yang cukup bagus untuk pagi Samuel, senyum tipis tersimpul kala matanya menangkap seseorang yang jalan dengan terburu-buru, siapa lagi kalau bukan Pelangi, satu-satunya alasan Pelangi berjalan cepat agar ia tak bertemu dengan Qiana dan kawan-kawannya.
"Gue duluan" Pamit Samuel kepada kedua sahabatnya lalu berlari mengejar Pelangi.
Dikta dan Reza saling pandang "Gue kayaknya sama lo terus" Ucap Reza lalu melenggang pergi.
"Tungguin gue woy!" Teriak Dikta
--
"Gue nggak tau manfaat jalan cepat tuh apaan?"
Pelangi menghentikan langkahnya, ia menutup mata sejenak, ia tahu itu suara siapa, suara yang setiap kali ia dengar akan menciptakan sesuatu yang mampu menggetarkan hatinya.
"Terhindar dari kesialan" Jawab gadis itu Samuel tertawa "Tumben"
Kedua alis Samuel terangkat
"Lo datang pagi"
"Gue emang datang pagi terus"
"Helehh''
Pelangi melanjutkan langkahnya, Samuel hanya mengekor di belakang Sesekali pria itu tersenyum canggung ketika para adik kelas menyapa dirinya.
"Enak ya jadi lo''
"Apaan?''
"Lo di pandang seakan mereka kagum sama lo" Samuel tak sadar bahwa pelangi memperhatikannya.
"Karena gue ganteng" Ucap Samuel mencairkan suasana.
"PD!"
"Emang benar kan?"
"Iya juga sih"
"Gue ke toilet dulu"
Pelangi mengangguk memperhatikan punggung Samuel yang semakin menjauh.
---
Samuel mengeluarkan botol obatnya, ia hampir lupa dengan benda pahit itu.
Tubuhnya sedikit rewel hari ini, dipaksa bergerak sedikit saja ia akan merasakan lelah yang berkepanjangan, ia harus menjaga kondisinya jika tak ingin menjadi tahanan rumah sakit lagi.
Samuel membasuh mukanya , lalu keluar dari toilet, Pria itu sedikit keheranan kala semua siswa berlomba-lomba berlari, apakah ini sedang ajang lomba lari?
Samuel menghentikan salah satu siswa yang tak sengaja berlari di hadapannya "Kenapa?"
Siswa laki-laki itu menghembuskan nafas kuat bertemu dengan Samuel sama sekali tak membawa keuntungan baginya. "Qiana berulah lagi!''
"Dimana lagi?"
"Lapangan basket!"
Seakan mengerti apa yang terjadi, Samuel berlari ke arah lapangan basket yang lumayan jauh dari toilet yang ia tempati tadi.
Benar saja di sana sudah berdiri Qiana dengan para kawan-kawannya. Bukan itu yang menjadi daya tarik bagi Samuel tapi perempuan yang sudah duduk dengan wajah dan rambutnya di penuhi dengan tepung.
Sejak kapan sekolah ini menjadi sekolah yang menjijikkan bagi Samuel.
Atmosfer di sekitar yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi tegang kala kaki jenjang Samuel melangkah ke tengah-tengah lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HoPe✔️
Teen FictionFollow dulu yuk baru baca! Untuk sebuah kisah yang hebat dan untuk kisah yang luar biasa, Terima kasih telah mencintaiku hingga akhir. ~SamuelAlexandre Terima kasih telah membuatku merasakan cinta yang hebat, cinta yang luar biasa dan cinta yang me...