Sekolah telah sepi Samuel, Reza dan Dikta berjalan ke arah parkiran.
"Gue naik bus aja deh," Ujar Samuel ia harus menuju ke kafe setelah ini, dan artinya arah mereka itu berlawanan dengan rumah Reza maupun Dikta.
"Kita anterin Lo deh,nggak apa-apa,"
"Yaudah kalau kalian maksa," Dengan santai Samuel membuka pintu mobil Reza, membuat kedua sahabatnya menggeleng pasrah.
---
Pelangi membuka pintu kaca Kafe, ia segera ke ruang ganti untuk mengganti pakaian sekolahnya.
Setelah berganti pakaian ia berjalan ke arah kasir menggantikan seseorang yang sudah berdiri sejak pagi di tempat tersebut.
Pelangi tersenyum ketika salah satu pengunjung dengan seragam putih merahnya datang, pengunjung yang paling manis menurut Pelangi "Selamat sore Samira!"
Gadis kecil itu tersenyum " Sore kak Pelangi, Bunda mana?"
"Di ruangannya!"
Samira tersenyum lalu berlari kecil ke tempat yang di maksud.
"Bunda?"
Novita mengerutkan keningnya kala sosok kecil itu muncul dari balik pintu.
"Loh kamu sama siapa kesini sayang?"
"Papa!"
Novita bangkit dari duduknya berjalan keluar dengan menggandeng tangan kecil Samira, mencari keberadaan suaminya.
"Mas?"
Alexandre yang sudah duduk manis di salah satu kursi berbalik.
"Tumben, mas ngapain?"
"Emangnya nggak boleh, aku kesini?"
Novita tersenyum lalu berjalan mendekat memeluk sang suami.
Pelangi yang sedari tadi melihat dari tempat ia berdiri merasa tersentuh, keluarga yang hangat bagi dia, mungkin jika Samuel berada disini itu akan menambah kehangatan dalam keluarga tersebut.
Pintu kafe terbuka mengalihkan perhatian Pelangi, matanya membulat kala sosok jangkung itu berdiri tegap di pintu.
"Selamat datang" ujar salah satu pelayan di kafe tersebut kepada Samuel.
"Kak Sammmmmmm!" Samira melompat dari tempat duduknya, Samuel menutup mata sejenak, ia sangat merindukan sosok kecil itu.
Sam berjongkok kala Samira sudah berada di depannya.
"Apa kabar!"
"Samira Baik, sangat baik,"
"Bagus!"
Novita berjalan mendekati sang anak lalu menuntun Samuel untuk duduk di sebelah sang suami, jika dalam posisi seperti itu Novita merasa melihat dua Alexandre.
"Apa kabar?" Tanya Novita, mata wanita itu sudah berkaca-kaca.
"Samuel baik!"
"Bunda tau, kamu baik sangat baik!" Setetes air mata itu akhirnya jatuh, putera satu-satunya telah tumbuh dewasa menjadi remaja tampan yang mandiri.
"Bunda apa kabar?" Tanya Samuel, ini sudah tiga tahun tapi tak ada yang berubah dari paras sang Bunda tetap cantik walaupun sedikit keriput sudah muncul di pinggiran mata wanita itu.
"Bunda baik!"
"Papa?" Samuel beralih kepada Papanya.
Alexandre menoleh menatap remaja di sebelahnya, ia mengangkat kedua alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HoPe✔️
Teen FictionFollow dulu yuk baru baca! Untuk sebuah kisah yang hebat dan untuk kisah yang luar biasa, Terima kasih telah mencintaiku hingga akhir. ~SamuelAlexandre Terima kasih telah membuatku merasakan cinta yang hebat, cinta yang luar biasa dan cinta yang me...