Sepulang sekolah dengan langkah pelan Samuel berjalan ke arah parkiran, Ia tak membawa kendaraan apapun hari ini, Di tambah kepalanya yang sedari tadi pusing.
Ia ingin sekali meminta tolong kepada Reza ataupun Dikta tapi keduanya telah pulang duluan, Reza sempat menawarkan tapi Samuel menolak karena Pria itu ada janji dengan orang tuanya untuk makan bersama.
Pria itu menghentikan langkahnya ketika kepalanya terasa berat, Kenapa penyakitnya harus kambuh di saat seperti ini. Samuel memilih duduk di bangku dekat dengan lapangan basket, Sebaiknya ia harus beristirahat sebentar daripada ia harus tumbang di jalan kan tidak keren.
Pelangi yang baru saja lewat melihat Samuel dari jauh, Mata cowok itu terpejam di tambah badan Samuel yang bersandar sepenuhnya kepada belakang bangku kayu yang ia duduki. Pelangi menghampiri Pria itu, takut terjadi apa-apa, Entah mengapa semakin hari Pelangi merasa sangat peduli pada Pria itu.
"Samuel?" Panggil Pelangi dengan pelan entahlah Samuel mendengarnya atau tidak, Gadis itu cukup takut untuk membangunkan Pria itu.
"Lo kenapa?" Sahut Samuel dengan sedikit kekuatan ia mendongak menatap Pelangi.
"Lo sakit?" Pelangi menyentuh kening Samuel terasa hangat dan wajah Pria itu sangat pucat.
Samuel bangkit dari duduknya "Gue nggak apa-apa!"
"Semua orang yang bilang mereka nggak apa-apa itu sebenarnya ada apa-apa kan?"
"Boleh gue suka sama lo?" Tanya Samuel tanpa beban.
Pelangi mematung apakah indera pendengarannya sedang bermasalah saat ini.
"Lo apa-apa-an sih!" Bentak Pelangi.
"Tuh kan pertanyaan segampang itu aja lo nggak bisa jawab!" ucap samuel lalu berjalan meninggalkan Pelangi.
Gadis itu hanya menatap kepergian Samuel, Bagaimana bisa Pria itu menyatakan perasaannya dengan cara seperti itu.
"Jangan difikir Pel!" UcapNya dalam hati menyakinkan dirinya bahwa Samuel hanya sedang bercanda tadi.
Samuel berbalik menatap Pelangi yang masih berdiri.
"Sorry"
***
Samira berlari ketika gadis kecil itu baru saja turun dari mobil mewahnya.
Tak henti-henti gadis kecil itu tersenyum bahagia, Ini adalah kejadian yang sangat jarang terjadi, Papanya mengizinkannya untuk pergi ke kafe milik Bunda.
"Selamat pagi Samira cantik!" Sapa sang Pelayan Kafe dengan semangat kepada anak bosnya tersebut.
"Selamat pagi kak Risa cantik!" Balas Samira tak kalah semangat dari sang Pelayan.
Lain Pria lain pula wanita, Samira sangat menghargai pelayan Wanita disini berbeda dengan Pengawal laki-laki yang ada di rumahnya Samira seakan hanya ingin menonjok hidung pengawal tersebut, Samira sangat tidak menyukainya.
"Bunda!" Samira membuka pintu ruangan Bundanya, Dengan senyum mengembang ia berlari memeluk Novita.
"Kamu di antar siapa nak?"
"Pengawal Bunda!"
"Ohh gitu,?"
"Iya Bunda,!"
"Ya sudah Samira keluar dulu ya main sama Tante Risa atau siapapun , Bunda mau kerja dulu!"
"Iya Bunda!" Samira melambaikan tangannya tak cukup beberapa lama gadis itu sudah berjalan keluar dari ruangan Novita.
Samira menghampiri Risa yang masih saja menyapa satu persatu pelanggan yang berdatangan.
"Kak Risa!"
Risa berjongkok ketika Samira memanggilnya "Kenapa Samira cantik?"
"Samira boleh minta spidol, Samira mau nulis harapan lagi!"
Risa menunjuk ke arah kasir "Kamu minta sama kakak cantik itu!" Samira mengangguk lalu berjalan ke arah meja kasir.
"Kakak cantik?" Panggilnya lagi kepada petugas kasir itu.
"Ada apa adek cantik?" Jawabnya sambil tersenyum.
"Aku boleh minta spidol nggak?"
"Tentu saja!" Sang petugas kasir mengambil spidol yang berada tepat di sampingnya lalu memberikannya kepada Samira.
"Terima kasih, Dan salam kenal kakak cantik,Namaku Samira!" Samira memperkenalkan dirinya.
Setiap gadis kecil itu datang ke kafe ia memang selalu memperkenalkan dirinya kepada pekerja yang baru,agar mereka bisa mengenalnya juga.
"Namaku Pelangi!" Ya gadis itu Pelangi, Sejak di terima menjadi pelayan oleh Novita ia bukannya menjadi Pelayan, Malahan ia di beri tugas untuk menjadi kasir, pekerjaan yang tak terlalu sulit.
"Nama yang cantik! seperti orangnya!"
"Terima kasih,Kamu juga cantik!"
"Terima kasih,Aku kesana dulu ya kak, Aku harus nulis harapan!"
Pelangi mengangguk membiarkan gadis kecil itu pergi, entah harapan apa yang akan di tulis gadis kecil itu dari raut wajah Samira terpancar jelas bahwa ia sangat bahagia dengan kehidupannya apalagi yang harus ia harapkan
Tapi bukankah luka selalu tersembunyi di balik kebahagian?
***
"Kenapa bisa begini sih Samuel?" Tanya Miko ketika memberi kompresan kepada sepupunya yang pulang ke apartement dengan keadaan jauh dari kata baik.
Sudah beberapa kali Pria itu berjalan ke kamar mandi memuntahkan isi perutnya.
"Lo udah nggak nggak ke kontrol banget ya? Nggak minum obat, makan sembarangan , apalagi ha!"
"Bang Pala gue pusing, ceramahnya pas kepala gue udah mendingan ya?" Tawar Samuel.
"Kemarin lo nginap dimana?Gue ke apartement lo nggak ada!"
" Rumah Papa!"
Miko membulatkan matanya, Pantas saja Samuel tak meminum obatnya, Melihat wajah papanya saja mungkin anak itu memilih untuk mati saja.
"Lo ketemu mereka?"
Samuel menggeleng "Pulang aja nggak pamit bang, Gue kayak maling ngendap-ngendap keluar!"
Antara ingin tertawa dan kasihan Miko memilih diam saja sesekali mengecek suhu tubuh Pria itu.
"Lo Pulang kek gini lagi, Gue beritahu sama Om Alex dengan tante Novita!" Ancam Miko.
"Bang please deh jangan buat kesepakatan kayak gitu!"
"Makanya jangan telat minum obat lagi, Jadwal kemo juga udah gue beritahu kan?"
"Iya bang!" pasrah samuel, Tak menanggapinya lagi kondisinya untuk berdebat tidak memungkinkan saat ini. Jika ia berbicara seakan perutnya ingin memuntahkan isinya lagi.
"Lo istirahat, besok nggak usah sekolah!"
"Gue udah kebanyakan bolos bang, kasihan Tante Gita mungkin dia udah nggak sanggup ceramahin gue!"
"Nggak boleh, Turutin apa yang gue bilang, atau lo berakhir di rumah sakit sekarang juga!"
"Yaudah aja ya bang! Lo lebih baik pulang deh" Usir Samuel dirinya hanya ingin menenangkan pikirannya saat ini.
"Gue nginap sini malam ini!"
"Suka-suka lo aja bang!" Pasrah Samuel.
-SalamManisDariPenulis-
KAMU SEDANG MEMBACA
HoPe✔️
Teen FictionFollow dulu yuk baru baca! Untuk sebuah kisah yang hebat dan untuk kisah yang luar biasa, Terima kasih telah mencintaiku hingga akhir. ~SamuelAlexandre Terima kasih telah membuatku merasakan cinta yang hebat, cinta yang luar biasa dan cinta yang me...