Suasana kantin saat mereka sampai begitu ramai, Hampir saja ketiganya tak kebagian tempat, untung saja Dikta dan Reza bersama Pelangi hari ini jika bukan karena keduanya mungkin ia tak akan mendapatkan tempat duduk.
Pelangi memakan makanannya dalam diam, Tak mempedulikan suasana kantin yang terlihat riuh, beberapa penggosip yang duduk di kursi sebelah mereka terlihat serius membicarakan bagaimana bisa Qiana dan Naufal berkencan secara mereka tidak pernah terlihat dekat, Sungguh ia tak tahu bahwa Gosip itu membuat sekolah seheboh ini mengalahkan ketika ia baru saja masuk karena jalur beasiswa, Seberapa tampannya kah Naufal itu? apakah ia lebih tampan dari pacarnya tidak mungkin! bagi Pelangi Samuel yang paling tampan.
"Kuping gue udah panas dengar cerita hari ini," Dikta mendorong mangkuk baksonya ketika tersisa kuahnya saja.
Tak ada yang menanggapi, Hingga suara teriakan histeris anak-anak kantin membawa arah pandang mereka pada dua orang yang baru saja melangkah masuk ke dalam kantin.
"Pel, Lo mau tau Naufal kan? Tuh sana" Dikta mengarahkan dagunya menunjuk Naufal dan Qiana yang datang bersama.
Pelangi merasa wajar jika cowok setampan itu bisa membuat para siswi patah hati, Siapa yang tidak terkesima tampan dan kapten basket jika dalam Novel siapapun akan mau menjadi pemeran utama Wanitanya.
"Lumayan sih!" Katanya melanjutkan makannya yang tertunda.
"Wahhh lumayan, Mentang-mentang pacar Lo lebih ganteng dari dia!"
"Nah Lo tau,"
Dikta hanya menghembuskan nafasnya, Ia menarik jus Alpukatnya dan segera meminumnya.
Pelangi terkejut ketika sepatunya di tendang oleh Qiana yang entah sejak kapan gadis itu berdiri di dekat mereka.
"Jangan cari masalah sama gue!" Pelangi menatap tajam ke arah gadis itu, Pelangi tak tahu jelas sejak kapan ia tak takut lagi melihat mata sinis Milik Qiana.
"Butut banget sih punya Lo" Kata Qiana menatap sepasang sepatu Pelangi, Ia menatap kedua lelaki yang sudah menatap dirinya dengan pandangan yang berbeda "Dikta Reza? Lo nggak malu temenan sama dia, Gaya dia nggak sebanding sama kalian, kalian tuh buat dia makin nggak terlihat tau nggak, kasihan!"
"Jaga ucapan Lo!" Reza melepaskan garpu yang di pegangnya dengan bantingan, dan menyebabkan semua orang yang semula heboh dengan kedatangan Qiana juga Naufal mengubah pembicaraan mereka.
"Gue nggak bisa selagi dia masih ada disini, penampilan dia tuh nggak ada bagus-bagusnya!"
"Barang bermerek dari uang orang tua, bangga banget sih Lo!" Kata Dikta tajam.
"Kalian di gaji berapa jadi pengawal dia? Seribu atau dua ribu?"
Suara pecahan gelas yang di banting oleh Reza menggema di kantin, Bahkan Dikta terkejut biasanya Reza orang yang paling bisa mengontrol emosinya tapi yang ia lihat bukan Reza pendiam yang hanya akan berbicara jika ia sedang bermain game.
"Za udah!" Cegah Pelangi, Ia sudah sering mendengar kata-kata itu tentang penampilannya yang biasa-biasa saja, Ia sadar sangat sadar tapi sampai sekarang mengapa ia belum terbiasa, Apa karena ia iri dengan penampilan para siswi disini tentang sepatu,tas dan mobil yang bermerek.
"Aduh Za jangan emosi gitu Lo nggak cocok!" Qiana terlihat sedih ia kembali menatap Pelangi "Samuel kenapa bisa suka sama yang model kayak lo nggak ada nilai plusnya malahan banyak minusnya!"
"Bilang aja Lo iri, Pelangi yang apa adanya bisa dapetin Samuel yang begitu, Cinta sepihak setahun yang lalu Lo sama Sam butuh gue umbar disini?" Dikta terlihat mengancam, Qiana terdiam itu adalah rahasia terbesarnya dimana ia pernah mengejar cinta Samuel sewaktu kelas Sebelas, dan hanya kedua sahabat Samuel yang tahu.
"Kurang ajar Lo" Qiana baru saja ingin menggebrak meja tiba-tiba Naufal yang baru saja memesan makanan datang menarik tangan gadis itu.
"Ayo makanannya bentar lagi di antar!" Ajak Pria itu, Qiana mengikut meninggalkan dua Pria dan satu wanita itu sekaligus mengumpat Dikta yang membuatnya malu dengan rahasia satu tahun lalu.
"Za kasihan gelasnya Mbak Tia" Kata Dikta ketika melihat pecahan gelas di lantai yang sudah dibersihkan oleh petugas kebersihan kantin "Lo harus ganti!"
"Gampang," jawab Reza seadanya
"Kalian seharusnya nggak usah ladenin Qiana," Pelangi merasa tak enak apalagi dengan Reza ia juga terkejut dengan Reza yang marah seperti tadi itu karena dirinya, padahal yang Pelangi tahu Reza anak yang pendiam.
"Masa kita ada nggak nolongin Lo sih, Lo mau Samuel ngamuk dan bom kantin ini?" Ucap Dikta serius.
"Jangan ada yang beri tahu Samuel,Ia baru saja pulang dari rumah sakit,"
"Nggak akan deh, Kasihan juga Samuel nanti kepikiran dan bakalan bom beneran kantin ini," Dikta terkekeh "Lo nggak niat ganti sepatu atau tas gitu Pel?" lanjut Dikta bertanya hati-hati takut Pelangi mengambil hati perkataannya.
"Nggak usah, Masih bagus kok" Pelangi menatap senduh sepatu putihnya yang mulai berubah warna " Bener kata Qiana kenapa bisa Samuel yang bisa dikata Sempurna bisa suka dengan gadis sederhana seperti gue"
"Karena sesuatu hal" kata Dikta Sok tahu sejenak ia berpikir "Lo nggak nyadar nggak sih Pel Lo itu cantik, Apalagi lesung pipi Lo, gue aja kalau nggak ingat Sam udah gue gebet Lo, Tapi gue masih sayang nyawa gue!"
"Lo berusaha menghibur?" Tanya Pelangi tertawa.
"Itu kenyataan!" Ujar Reza pelan tapi masih di dengar keduanya, Dikta tak menanggapi ia malah bahagia bahwa Otaknya bisa sepaham dengan Reza.
"Nah kan Pel, Samuel aja jatuh cinta sama lesung pipi Lo!" Dikta terlihat heboh, ia mengetahui hal itu ketika tak sengaja ia mendengarkan Perkataan Samuel jauh hari ketika Melihat Pelangi yang sibuk mengerjakan Tugas.
"Gue bersyukur, gue nggak tahu bakalan bagaimana jika nggak ada kalian, Makasih!"
"Yahh Pel jangan nangis dong," kata Dikta ketika melihat Mata Pelangi yang berair.
"Gue sedih aja, Gue nggak punya apa-apa buat balas kebaikan kalian,"
"Orang tua gue ngajar gue caranya ikhlas,"
"Pokok nya makasih!"
"Sama-sama deh," kata Dikta "Ohiya nanti kita ke rumah Sam kan? Gue udah lama nggak lihat dia, masalahnya tuh gue pengen nangis kalau lihat dia,"
"Ada-ada aja Lo!"
"Beneran Pel, Gue seketika pengen mewek,"
"Setiap percakapan kita pasti anak itu selalu nyelip, Segitu pentingnya Samuel dalam hidup kita,"
"Dia mah penting banget, Kita udah sama-sama pas TK, Tapi nggak bisa di bilang dekat karena kami baru tahu bahwa Papa Sam adalah Om Alex"
"Gue dulu kaget, Bu Gita yang bilang,"
"Lo tahu lebih awal dong,"
"Hmm,"
"Bu Gita memang istimewa," Mata Dikta terlihat berbinar, Entahlah khayalan apa yang akan di buat oleh otak bodoh Pria itu.
"Jangan dengerin dia!" Reza kembali berucap.
"Gue emang nggak suka dengerin dia, Orangnya nggak nyambung".
"Pinter,"
"Gue udah pinter sejak lahir"
Reza menggelengkan kepala merasa takjub, hati Pelangi sebenarnya terbuat dari apa?Gadis itu baru saja di permalukan di depan umum tapi senyuman gadis itu sudah terbit setelah kejadian itu dua kata dari Reza 'LuarBiasa,
KeepVoment Yaaaaaa
-SalamManisDariPenulis-
KAMU SEDANG MEMBACA
HoPe✔️
Teen FictionFollow dulu yuk baru baca! Untuk sebuah kisah yang hebat dan untuk kisah yang luar biasa, Terima kasih telah mencintaiku hingga akhir. ~SamuelAlexandre Terima kasih telah membuatku merasakan cinta yang hebat, cinta yang luar biasa dan cinta yang me...