*9*

1.3K 56 6
                                    

Salah satu Taxi berhenti di sebuah rumah mewah, Tak lama kemudian seseorang turun dengan masih lengkap menggunakan seragam putih abu-abunya, Entah mengapa Samuel berhenti di rumah yang sudah lama ia tinggalkan.

Sedari tadi ia hanya berkeliling tak tentu arah, ia juga tak tahu hal apa yang membuatnya berfikiran untuk ke rumah itu.

Samuel melangkah masuk, Suasana Rumah Masih sama dengan dengan tahun-tahun yang lalu, Pria ber-jas hitam masih berdiri tegak layaknya patung yang berjejeran tanpa bergerak.

"Tuan Muda?" Seorang pengawal mendekati Samuel.

"Apa kabar Pak?" Tanya Samuel tersenyum kepada pengawal tersebut, Yang memang sudah akrab dengannya sejak Dirinya masih kecil.

"Baik, Sama seperti dulu" Balas sang pengawal.

Samuel menepuk bahu pengawal tersebut " Aku masuk dulu!"

Saat Samuel melangkahkan kakinya di dalam rumah tersebut, Sunyi kata itulah yang menggambarkannya.

"Den Sam" Bi Jum yang masih dengan membawa sapu langsung meletakkan sapunya ke sembarang arah lalu berlari memeluk Samuel.

"Kamu toh den, Nggak pernah kesini lagi" Ucapnya terisak, Bagaimana tidak ini adalah hal yang jarang sekali terjadi, Samuel si putera kecil sudah kembali.

"Samira mana Bi?" Tanya Samuel tak melihat adik kecilnya itu.

"Samira, Tuan Dengan nyonya pergi, katanya bertemu dengan kerabat Nyonya!" Bu Jum merasa tak enak mengucapkan kalimat tersebut yang pastinya akan membuat Samuel berpikir bahwa ia bukan lagi keluarga dari rumah ini.

"Ya sudah lupakan semua itu, Aden mau makan apa toh? biar bibi siapkan"

"Nggak usah bi, Aku mau langsung ke kamar aja, Bibi istirahat saja!"

Samuel melangkah menaiki tangga untuk menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua.

Saat memasuki kamar tersebut, Ruangan itu masih sama seperti ketika ia meninggalkannya, Mungkin Bunda ataupun Papanya tak berniat memberikannya kepada Samira.

***

Pelangi menghentikan aktivitas belajarnya, ia berjalan keluar rumah, langit malam sangat indah bintang-bintang yang berkedap kedip juga bulan sabit yang indah.

Pelangi termasuk orang yang jarang memandangi hal-hal yang seperti ini.

Satu pertanyaan timbul di benak Pelangi kemana Samuel pagi tadi setelah istirahat, Pelangi mengingat jelas kala ia masuk ke dalam kelas, Pria itu sudah tak berada lagi di dalam ruangan tersebut.

Entah sejak kapan, Samuel menjadi salah satu dari banyaknya hal yang di pikirkan Pelangi, karena memang benar bagi Pelangi Samuel sudah menjadi daftar seseorang yang harus ia khawatirkan.

"Kak?" Pelangi menoleh melihat Adik kecilnya yang sedang membawa buku, Pelangi tahu adik laki-lakinya itu akan meminta tolong untuk di bantu mengerjakan pekerjaan rumahnya.

"Kakak sibuk! Minta tolong sama Papa!"

"Papa bantu mama buat masak makan malam!"

"Ya sudah sini"

Bocah laki-laki itu ikut duduk di samping Pelangi.

"Belajar yang bener, biar bisa masuk sekolah yang kamu inginkan"

"Nah ini lagi belajar kak;"

"Sejak kapan sih adik kakak udah pintar lawan kalau kakak bicara?"

Bocah laki-laki itu tertawa, selang beberapa menit terdengar suara dari dalam rumah.

Pelangi dan adiknya berbalik, mendapati papanya yang muncul di jendela rumah "kalian masuk gih, makanan udah jadi!".

"Baru aja mau belajar" Ucap Regal adik Pelangi.

"Udah nanti aja, di panggil sama papa Ayuk!"

---

Pelangi tersenyum lalu duduk di meja makan "selamat makan!"

"Bagaimana sekolah kamu?" Tanya Papa Pelangi, ia baru sempat menanyakan pertanyaan ini kepada putrinya, karena akhir-akhir ini mereka jarang berkumpul akibat pekerjaan.

"Bagus kok Pa, lebih baik daripada Sekolah Pelangi yang dulu!" Dalam hati Pelangi sangat ingin mengatakan apa yang terjadi tentang kasus pembullyan nya dan tentang bagaimana seisi sekolah itu tak menerima dirinya.

"Bagus lah kalau seperti itu, Papa bangga sama kamu, sekolah itu katanya sekolah yang paling bagus di sini!"

"Iya pa" Ucap gadis itu menghargai ucapan Papanya.

"Kamu nggak ada niatan untuk ikut les gitu?"

"Pelangi bisa belajar sendiri pa"

"Pelangi".

Gadis itu mendongak, menatap sang Papa.

"Papa harap kamu mulai hari ini jangan mempermsalahkan kondisi keuangan kita".

"Pelangi nggak gitu!"

"Papa tahu, kamu selama ini berusaha menghemat!"

"Pelangi senang dengan kehidupan Pelangi pa!".

"Papa ingin kamu seperti remaja di luaran sana, kamu nggak perlu memikirkan tentang uang!"

"Dan pada kenyataannya uang yang bermain di dunia ini pa!".

"Sudah-sudah kalian ini, lanjut makan gih" Ucap Vera mama Pelangi menengahi, daripada perdebatan itu tak kunjung selesai.

Pelangi kembali menyantap makanannya dalam diam.

"Papa udah selesai, Regal sini papa bantu kerja tugas kamu"

Regal adik Pelangi yang memang sudah selesai mengikuti sang papa.

"Papa kamu pengen lihat kamu juga bahagia Pel" Ucap Vera tersenyum kepada sang anak.

"Pelangi udah bahagia ma!"

"Lebih bahagia lagi nak" Vera tersenyum ia berdiri lalu mengacak rambut panjang putrinya. "Biar mama yang beresin ini, kamu istirahat besok sekolah kan!"

"Pelangi bantu"

"Nggak, sana ke kamar mu"

Pelangi mengangguk sebelum benar-benar pergi Pelangi membalikkan badannya melihat sang mama yang sudah sibuk membersihkan meja makan.

"Ma?"

"Ya?"

"Makasih!"

"Untuk?"

"Semuanya"

"Itu tugas orang tua"

"Pelangi benar-benar bahagia"

"Iya iya Mama percaya"

Gadis itu tersenyum lalu berjalan meninggalkan dapur.

-SalamManisDariPenulis-






HoPe✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang