*7*

1.4K 63 0
                                    

Hari ini Samuel telah di izinkan keluar dari rumah sakit, itupun akibat dari permohonannya kepada Miko, Miko sebenarnya tidak mengizinkan mengingat kondisi Samuel yang tidak meyakinkan, tetapi sekeras apapun ia melarang, Keras kepala Samuel lebih parah.

"Kamu jaga diri, Jika ada apa-apa hubungin gue!"

"Siap bang!" Samuel memberi hormat kepada Miko dan melambaikan tangan ketika Miko sudah berjalan keluar dari apartement miliknya.

Samuel menghempaskan tubuhnya ke sofa, Seperti biasa ia hanya duduk termenung menatap seluruh penjuru apartement, Yang sudah ia tempat tinggali itu sejak SMA.

Samuel melirik ponselnya di atas meja, benda tersebut bergetar terpampang jelas nama Bundanya tertulis disitu.

Mungkin sudah ribuan kali Samuel mengabaikan pesan telfon atau apapun yang berkaitan dengan Papa ataupun Bundanya.

Ia ingat sekali ketika Papanya mengusir dirinya tetapi Bundanya hanya diam memandangi Samuel tanpa berniat membantu dirinya.

"Dunia di penuhi orang-orang kejam!"

Lagi-lagi ponselnya bergetar, Samuel menggeser tombol hijau dengan sedikit gusar.

"Hallo, Bunda nggak mimpi kan Sam?"

Samuel bergeming tak menanggapi.

"Bunda minta maaf nak!"

Pria itu mengangkat sudut bibirnya lengkungan kecil terbentuk, tetapi bukan senyuman tulus tetapi senyuman yang penuh dengan amarah.

"Samuel nggak mau bicara ya sama Bunda?"

"Samuel jaga diri ya disitu, Bunda cuma mau bilang, bunda sayang banget sama Samuel.!"

Sambungan tersebut terputus, Samuel yang memutuskannya.

"Gue benci semua yang berhubungan dengan kalian!"

"Gue benci kaliannnnn!" Teriak Samuel meluapkan emosinya.

Bertahun-tahun Samuel hidup berjauhan dengan mereka tapi hanya Raganya lah yang membenci kedua orang tuanya, di dalam hati yang paling dalam ia sangat merindukan Papanya, Bundanya dan Samira Adik kecilnya itu.

Tak ada yang berubah dari Papanya, Samuel sangat berharap bahwa Sang Papa akan datang memohon untuk dia ketika ia pergi meninggalkan rumah itu. Tapi tidak ada tanda-tanda bahwa Papanya akan melakukan itu.

Samuel mengingat kejadian tiga tahun yang lalu, Ketika ia pulang ke rumahnya, Ia ingat sangat betul ketika sang Ayah memarahinya karena pulang malam.

Pada hari itu Samuel merayakan perpisahan dengan Teman SMPnya, jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam ketika ia memasuki rumah tersebut, Tetapi pemandangan yang pertama ia lihat adalah Papanya yang terlihat sangat Marah.

"Lebih baik kamu keluar dari rumah ini, Jika kamu tidak mematuhi aturan Papa, Saya tidak punya anak yang kerjanya hanya keluyuran!" Perkataan itu masih saja Samuel ingat, Papanya yang dulu sangat menyayanginya berubah seperti Monster pada malam itu. Bahkan tidak segan-segan Papanya memukulnya.

Walaupun kedua orang tuanya membiayai kehidupan yang ia jalani saat ini, Tapi Samuel hanya sesekali mengambil uang yang di kirimkan oleh Bundanya.

Samuel terbilang berhemat untuk kebutuhannya Sehari-hari, Jadi uang tabungan yang di kirimkan Bundanya di biarkan saja menumpuk setiap bulannya, Mungkin suatu saat ia akan memerlukan uang tersebut.

***

Sepulang sekolah Pelangi menyusuri trotoar, Masih dengan menggunakan seragam SMAnya ia berjalan memasuki beberapa Kafe yang mungkin akan memberikannya pekerjaan.

HoPe✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang