[Package of Love]

3.8K 350 90
                                    

Minho menjatuhkan tubuhnya di sofa panjang studio.

Tubuhnya sudah dibanjiri dengan peluh. Napasnya bahkan sudah tersengal hebat; namun suaranya berhasil terendam oleh musik yang terus terputar. Kaca-kaca pada ruangan itu sudah buram akibat embun. Hal itupun menjelaskan seberapa kerasnya seorang Lee Minho berlatih malam ini. Jika bukan karena cita-citanya untuk menjadi seorang idol dan membuktikan pada dunia bahwa dia bisa membuat nama keluarga menjadi lebih baik, Minho tidak akan mau berlatih sekeras ini.

Minho sadar akan segala kekurangan yang ia miliki. Dia tahu titik-titik terlemah dalam dirinya. Dia tahu dia bukan berasal dari keluarga yang berada; yang bisa menjalankan hidup dengan begitu mudah. Dia tahu dunia begitu kejam pada orang-orang biasa sepertinya. Itulah kenapa Minho terus berlatih dan membuktikan pada dunia kejam ini bahwa dia bisa. Dia bisa meraih mimpinya yang dahulu sering diremehkan banyak orang.

CTAK!

Secara refleks Minho yang sedaritadi memejamkan mata kini membukanya. Pemuda kelahiran Gimpo itu bahkan bangkit dari tidurnya guna melihat siapa yang berani mematikan musik miliknya. Oh ayolah, studio ini masih menjadi miliknya sampai beberapa jam kedepan, siapa yang berani seenaknya masuk tanpa izin dan berkelakuan tak sopan seperti itu?

Mata Minho mengerjap begitu melihat pemuda bersurai hitam yang berdiri di depan komputer dan menatapnya kesal. Pemuda yang mematikan musik tanpa izin itu menggembungkan pipinya dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Sungguh, dia sangat kesal pada Minho yang berlatih hingga dini hari tanpa memberitahunya.

"H-han Jisung?" Minho mengeja nama itu ragu. Dia ragu karena tahu setelah ini Jisung pasti akan mengamuk dan memakinya habis-habisan. Apalagi Jisung sudah mulai melangkah mendekatinya.

"Hyung! Sudah berapa kali sih aku bilang jangan kayak ini?! Kenapa sih Hyung gak pernah dengerin aku?! Hyung boleh latihan, gak ada yang pernah ngelarang Hyung buat latihan, tapi bukan berarti kayak gini. Bukannya terus maksain diri sampe lupa waktu, aku tahu Hyung bisa baca jam, aku tahu Hyung gak bodoh!

"Aku tuh udah nungguin Hyung dari jam makan malam tahu gak? Aku kira Hyung kenapa-napa karena sampe jam segini belum pulang. Mana ku telpon gak diangkat, di SMS juga gak dibales. Setidaknya kasih kabar atau apa kek, jangan kayak gini!"

Minho tertawa pelan mendengar ocehan Jisung. Semuanya sesuai dengan apa yang baru saja ia pikirkan. Ocehan pemuda tupai itu tidak pernah berubah.

"Jadi kamu khawatir sama aku ya?" Tanya Minho dengan senyum jahilnya.

"Bukan aku, tapi kami! Terlebih Chan-hyung, Changbin-hyung, pokoknya semua orang khawatir!"

Jisung mengerang frustasi melihat ekspresi Minho yang sangat menyebalkan, menurutnya. Padahal dia sudah lari-larian malam-malam begini dengan penuh kecemasan. Tapi Minho malah menunjukkan senyum yang membuat Jisung ingin sekali memukul wajah yang lebih tua itu menggunakan sepatunya.

Ini bukanlah kali pertama Minho melakukan hal seperti ini. Latihan sampai pagi hari dan membuat semua orang khawatir adalah kebiasaan buruk yang tak pernah dilewatkannya. Lupa jam makan, lupa jam pulang, dan lupa segalanya hanya untuk latihan adalah hobinya selama menjadi trainee.

Sungguh, Jisung hanya takut pemuda ini tumbang karena terlalu memaksakan diri. Bagaimana pun juga mereka satu tim ㅡmeski pada kenyataannya mereka belum debut dan tim itu bisa saja bubar sebelum masanya. Tapi yang jelas Jisung mau Minho tetap dalam keadaan baik sampai waktu itu akan tiba.

"Pokoknya Hyung pulang bersamaku sekarang juga!"

×××

Sudah lebih dari dua jam kau dan adikmu mengelilingi pusat perbelanjaan, tapi barang yang kau cari tak kunjung kau temukan. Terhitung sudah tiga kali kau bolak-balik, tapi rasanya kau masih harus berkeliling untuk mencari barang itu. Bagaimanapun juga kau tidak mau pulang dengan tangan kosong.

[Stray Kids IMAGINE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang